Senin, 26 Maret 2012

FF Straight "Something You Can't Deny" Chapeter 2



Title: Something You Can't Deny Chapeter 2
Author: Cindy Ayu S.
Rate: PG17 (kuganti ne?)
Min Cast:-Kim Jaejoong
                - Han Shin Di
                - Jung Yunho
                - Kim Junsu
Maaf apabila di chapeter ini banyak basa basinya hehehe
Mianhe ne??
Chapeter 2: War
“Lama tak bertemu .. Kim Jaejoong” kata namja bernama Jung Yunho itu menanggapi pertanyaan Jaejoong 
Sekali lagi senyum sinis terkembang diwajah Jaejoong. Firasatnya memang benar, bahwa suatu saat masalah yang selalu ia coba untuk jelaskan akan kembali tersembunyi selama orang dihadapannya ini masih ada. Ya,orang yang ada dihadapannya adalah tembok besar yang harus ia lewati sebelum ia dapat menjelaskan semuanya pada semua orang, dan dia adalah Jung Yunho.
Yunho POV
Mataku membulat saat aku membalik tubuhku setelah memasuki kedalam rumah ahjushi dan menuju kearah beranda. Aku melihat sosok wajah yang selalu kuhindari dan paling tidak ingin aku temui. Kim Jae Joong.
“Kaa..ka..u.??” kataku gugup saat melihatnya didepan mataku
Aku bisa melihat tatapannya. Ia pasti sangat membenciku kini. Yah, siapa yang tidak akan membenciku jika kau sedang melihat orang yang membuat dirimu harus terkurung dalam jeruji besi selama kurang lebih 4 tahun? Hmmp, sungguh miris, aku bahkan tidak tau hari ini dia sudah bebas.
“Hai apa kabar..” dia memperlihatkan tatapan mematikan itu sambil mengembangkan senyum tersinis yang ia punya “Jung Yunho” lanjutnya
Dia memanggil namaku lengkap tanpa embel-embel lain. Terasa sedikit nyeri dihatiku saat melihat tatapannya padaku, apalagi jika mengingat dulu kami adalah sahabat dekat. Sangat dekat. Tapi melihatnya yang seperti itu membuatku sadar akan satu hal, persahabatan yang dulu sudah tidak berarti lagi baginya. Kini yang kulihat dia menganggapku musuh. Musuh besarnya. Jadi kau sudah mengibarkan bendera perang padaku Kim Jaejoong? Baiklah, akan kutunjukkan padamu perang sesungguhnya.
Senyum terkembang diwajahku dan aku tak kalah menatapnya tajam.
“Lama tak bertemu .. Kim Jaejoong” kataku menanggapi perkataan Jaejoong
Kurasakan keadaan di dalam ruangan menjadi tegang dengan kami yang ada didalamnya. Aku tidak mengalihkan perhatianku sedikitpun pada namja yang ada didepanku. Begitupun dengan dirinya. Kami bagai api yang bersiap siap akan membakar benda apapun yang ada disekitarnya.
“Yunho-a?” suara yang berhasil meluluhkan  hatiku mebuatku mau tak mau melihat ke arahnya
“Yunho-a?” tanyanya lagi
Bola mataku kini beralih kepada sosok wanita yang selalu berhasil mencuri hatiku. Mencuri hatiku sejak dulu. Yah, dia adalah Han Shin Di. Aku dapat melihat ada bekas aliran air mata di pipinya.
“Ne, Shin Di-a” jawabku menanggapi yeoja itu
Aku menghampiri yeoja itu sambil melewati tubuh Jaejoong. Pundak kami beradu saat aku mau mendekati Shin Di sambil melewatinya. Akan kutunjukkan padamu Kim Jaejoong. Perang yang kini berlangsung diantara kita. Kira kira pada akhirnya, siapa yang akan menang??
“Shin Di-a? Kau baik baik saja?”
End Yunho POV

“Shin Di-a? Kau baik baik saja?” tanya Yunho pada Shin Di yang kini ada didepannya
“Ah.. aku.. tadi hanya terbawa emosi” jawab Shin Di
“Emosi? Kenapa? Apa karena dia?” Yunho menunjuk pada Jaejoong yang kini tengah membalikkan badannya
“Aku?” kata Kim Jaejoong tidak terima
Shin Di merasa detak jantungnya berdetak kencang saat mendengar suara itu lagi.
“Ah, ya, itu karena dia” kata Shin Di menanggapi perkataan Yunho
Jaejoong berdiri terpaku mendengar jawaban yang dikeluarkan Shin Di. Hatinya sakit saat Shin Di selalu saja berkata tajam padanya, sementara namja yang berada didekat Shin Di hanya dapat tersenyum menanggapi perkataan Shin Di pada Jaejoong
“Sebaiknya kau hapus air matamu dulu Shin Di-a” Yunho mengusap pipi Shin Di berusaha menghapus jejak air mata yang tertinggal dipipinya itu.
Jaejoong kembali terpaku saat menatap pemandangan didepannya. Ia melihat namja lain, ah namja yang ia benci kini tengah menyentuh gadis yang amat dicintainya sejak dulu.
“Ah, Gomawo Yunho-a” Shin Di menujukkan senyumnya pada Yunho
Yunho mencoba tersenyum membalas senyum yang dikeluarkan oleh Shin Di sementara Jaejoong masih diam sambil menatap geram pemandangan yang tersaji dihadapannya. Tangannya kini kembali terkepal dan mencoba menahan dirinya untuk tidak memukul namja itu.
“Jaejoong-a” kata ahjushi mengagetkan Jaejoong
“Kau boleh tinggal disini” perkataan Tuan Park tak pelak membuat 2 pasang mata namja dihadapannya kini membesar
Jaejoong berbalik menghadap Tuan Park yang berdiri dibelakangnya
“Tu.. Tuu..” Jaejoong terbata menanggapi perkataan Tuan Park
“Ahjushi!!” pekik Yunho merasa tidak terima dengan perkataan Tuan Park
“Kenapa Yunho-a?”
“Yah! Kenapa kau membiarkan pembunuh seperti itu tinggal disini??” kata Yunho sambil meninggikan suaranya
“Yah! Aku bukan pembunuh!!” Jaejoong mengepalkan tangannya dan membalikkan badannya kembali menatap benci namja didepannya
“Lalu apa? Perenggut nyawa orang?” tanya Yunho ketus
Jaejoong terdiam dan menatap namja didepannya tidak tahan lagi. Ia ingin segera melaju menuju namja bernama Jung Yunho itu dan memukulnya telak diwajahnya
“Hentikan Yunho-a!” Ahjushi sedikit menaikan suaranya membuat mereka yang ada diruangan terkejut
“Ahjushi?!” Yunho tidak kalah terkejutnya saat Tuan Park menaikkan suaranya seperti itu
“Ini, rumah ini, bagaimanapun dibeli oleh Yoochun dan dia, jadi secara tak langsung ini rumah miliknya juga!! Kau tidak bisa mengusir pemilik rumah seenaknya!” Ahjushi membela Jaejoong
“Ahjushi...membelaku??” tanya Jaejoong dalam hati
“Yah!! Ahjushi!!” Yunho merasa tidak terima dengan ucapan ahjushinya yang seakan membela Jeajoong
Sebentar kemudian terasa hening di dalam rumah sederhana nan indah itu. Jaejoong masih merasakan keterkejutannya atas sikap sang ahjushi, sementara Yunho masih berusaha menahan segala amarah yang kini ada di hatinya. Sementara Shin Di...
Shin Di POV
Aku merasa terkejut dengan apa yang baru saja aku dengar. Bagaimana bisa ahjushi mengijinkan Jaejoong kembali tinggal disini?? Hening, itu yang terasa sekarang. Kini dapat kurasakan hawa orang yang ada disebelahku begitu panas setelah ia menolak semua perkataan ahjushi padanya. Sesaat dapat kudengar nafasnya terhembus perlahan dan kembali berkata-kata
“lalu bagaimana dengan Shin Di jika ia ada disini?” Yunho menanyakan pertanyaan yang sudah kufikirkan jawabannya dari tadi.
“Aku akan pergi” jawabku menanggapi pertanyaan Yunho untuk Ahjushi
“Mwo??” tanya Yunho kaget
“Tidak” kata Ahjushi mengagetkanku
“Eh? Tapi..” aku berusaha meyakinkan Ahjushi untuk tidak tinggal dengan Jaejoong
“Kau tidak akan pergi kemana mana Shin Di-a” ahjushi memotong perkataanku
“Apa? Tentu saja aku akan pergi! Aku tidak mau ti..” belum sempat aku menyelesaikan perkatanku ahjushi kembali memotong perkataanku
“Kubilang kau tidak akan kemana mana!!” ahjushi sedikit membuatku tersentak saat ia menaikan suaranya
“Ahh.. ahjushi?” kataku perlahan
“Maaf, Shin Di-a, aku tidak ingin kehilanganmu, tetaplah.. tetaplah disini ne? Tinggalah bersama kami” jawab ahjushi
Aku terdiam menanggapi perkataan ahjushi. Aku sangat kaget saat ahjushi berkata seperti itu. Dalam hatiku, aku tidak keberatan untuk tinggal disini karena aku merasa semakin dekat dengan Yoochun saat aku ada disini dan aku rindu setiap perasaan itu. Tapi aku juga takut jika aku tinggal disini dan berada satu atap dengan Jaejoong, aku takut, aku takut tidak dapat menahan perasaanku lagi.
End Shin Di POV

“Sin Di-a jika..” Yunho tidak sempat menyelesaikan perkataanya saat ia merasa Shin Di menghela nafasnya pelan
“Baiklah” jawab Shin Di mengagetkan Yunho seketika
“Aku akan tinggal” lanjut Shin Di dingin
“Shin Di-a?” kata Yunho kaget sambil menatap mata Shin Di. Mata yang takkan pernah bisa menatapnya balik.
Yunho memperlihatkan raut wajah yang sedih saat menatap kedua bola mata shin Di yang kini telah kehilangan sinarnya
“Shin Di-a..” Jaejoong berkata pelan
“Aku akan tinggal” kata Shin Di lagi
“Kau..” Jaejoong tidak dapat menyelesaikan perkataanya karena dipotong oleh Shin Di
“Tapi aku tidak mau kau mendekatiku” Shin Di berkata dingin pada Jaejoong
Jaejoong merasakan matanya membesar saat Shin Di berkata seperti itu
“Sedikitpun” lanjutnya
Jaejoong terpaku mendengar perkataan Shin Di, seketika wajahnya menatap kecewa pada yeoja didepannya. Ia tidak tahan harus menghadapi perkataan perkataan dingin yang diarahkan yeoja dihadapannya itu namun sisi hatinya yang lain tidak mau meninggalkan yeoja itu lagi.
“Aku tidak mau jauh darimu lagi Shin Di-a” kata Jaejoong dalam hatinya “tapi..” lanjutnya
“Baiklah” kata Jaejoong menanggapi perkataan Shin Di
Sebuah senyum mengembang diwajah Shin Di.
“Baik, kalau begitu, aku akan tinggal” jawab Shin Di
***
            Malamnya, dirumah pinggir pantai itu terlihat ketegangan yang luar biasa. Ketegangan itu semakin terasa saat mereka sudah memasuki ruang makan untuk memakan malam mereka. Ada 3 orang yang duduk disana, namun yang terdengar hanya suara ombak dan suara yang terjadi karena gesekan sendok dengan piring mereka.
“Aku selesai” kata Shin Di menaruh sendoknya dan berusaha mengambil tongkatnya
Jaejoong melihat Shin Di kesulitan meraih tongkat yang ada disebelahnya. Dengan sedikit bergeser menuju kearah Shin Di, ia menggerakan sedikit tongkat Shin Di agar dapat diraih oleh tangan Shin Di. Saat tongkat itu bergeser, Shin Di langsung dapat meraihnya dengan mudah. Jaejoong tersenyum saat melihat sebuah senyum terkembang diwajah Shin Di saat Shin Di memegang tongkatnya. Lalu Shin Di pun pergi menuju kamarnya.
“Jaejoong-a” perkataan Tuan Park mengagetkan Jaejoong
“Ah, iya Tuan..”
“Ahjushi” kata Tuan Park memotong perkataan Jaejoong
“Panggil aku ahjushi” lanjutnya
“Eh?” Jaejoong merasa bingung dengan segala kejadian hari ini
“A..ahh.. ahjushi” Jaejoong terbata memanggil nama orang disampingnya
“Aku lupa menjelaskan soal kebebasan bersyarat itu” kata Tuan Park
“Ah, benar, aku kan bebas bersyarat” kata Jaejoong dalam hati
“Kau, dibebaskan karena berkelakuan baik didalam penjara” kata Tuan Park
“Tapi, kebebasan ini juga bersyarat dan syarat nya hanyalah selama 1 tahun ini kau harus berkelakuan baik dan tidak membuat masalah hukum lainnya. Jika kau melakukannya makan masa hukum satu tahunmu akan kembali kau jalankan didalam penjara, arraso?” lanjut Tuan Park
“Ah, ne” jawab Jaejoong singkat
“Jadi, berkelakuanlah yang baik jika kau tidak ingin kembali dalam penjara itu Jaejoong-a” kata Tuan Park
“Ne” jawab Jaejoong singkat lagi
Tuan Park memperhatikan dengan seksama wajah Jaejoong yang kini tengah berfikir keras dan dalam.
“Apa kau benar Chunnie??” tanya Tuan Park dalam hati
“Apa iya?” tanya Tuan Park dalam hatinya
***
            Shin Di keluar dari kamarnya karena merasakan sakit ditenggorokkannya, ia menuju dapur dan berusaha mengambil segelas air pada botol yang ada di kulkas. Jaejoong yang kala itu baru selesai membersihkan piring makan malam mereka merasa terkejut saat mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya. Mata Jaejoong membulat saat melihat wajah yang selalu ia fikirkan tadi kini menuju ke arahnya
“Sh..” Jaejoong hendak memanggilkan sampai ia teringat pada raut wajah penuh kebencian milik Shin Di
“Aku tidak ingin dia semakin membenciku” batin Jaejoong
Sejenak Jaejoong melihat tangan Shin Di yang kini tengah mencari-cari sesuatu dimeja dapur. Awalnya Jaejoong bingung dengan apa yang hendak Shin Di lakukan hingga Shin Di mengeluarkan dehem-an yang menandakan ia kekurangan air ditenggorokkannya. Dengan sigap Jaejoong mengambil sebuah gelas dan menaruhnya ketempat yang terjangkau oleh tangan Shin Di. Setelah Jaejoong menaruh gelas itu dengan segera Shin Di dapat meraih gelas pemberian-secara tidak langsung- dari Jaejoong lalu ia menuju kearah kulkas dan hendak mengambil minuman, dengan sigap pula Jaejoong menyingkir dari hadapan Shin yang menuju ke arahnya –kulkas lebih tepatnya-. Shin Di membuka kulkas dihadapanya dan mengambil segelas botol yang ia ia ketahui sebagai tempat menyimpan air putih dan menuang air kedalam gelas yang tadi ia raih. Shin Di pun meminum air itu dengan terburu buru karena rasa haus yang luar biasa yang ia tahan sedari tadi. Selesai minum, Shin Di menaruh gelasnya tadi dan berjalan kembali menuju kamarnya.
Jaejoong memperhatikkan Shin Di yang kini sedang berjalan menuju kamarnya di bagian atas. Seketika Jaejoong menyadari langkah Shin Di yang berjalan kearah yang salah. Shin Di berjalan menjauhi anak tangga yang seharusnya ia naiki bila ia ingin menuju ke kamarnya
“Seharusnya dia menaiki tangga disebelahnya” batin Jaejoong
Shin Di tetap melangkah kepada arah yang ditujunya tanpa menyadari adanya tembok yang menjulang hingga lututnya yang siap membuatnya jatuh kapan saja. Jaejoong mengamati Shin Di yang masih terus melangkah menuju kearah yang tidak seharusnya itu.
“Omo, dia bisa terjatuh” batin Jaejoong lagi
Tidak tahan melihat pemandangan didepannya, Jaejoong pun berlari menuju arah Shin Di sambil mengikuti Shin Di ke arah yang Shin Di tuju.
“Omo, apa yang harus kulakukan?” Jaejoong berfikir sejenak hingga ia mendapatkan sebuah ide
Jaejoong berlutut dan menempelkan sebelah kiri dirinya kepada tembok setinggi lutut kaki itu. Lalu ia mensejajarkan kakinya pada dadanya yang bidang itu. Kini Jaejoong telah menjadi anak tangga yang siap untuk dinaiki kapan saja.
Terasa tongkat Shin Di menyentuh tubuh sebelah kanan Jaejoong yang tidak menempel pada tembok. Mengira itu adalah sebuah anak tangga tanpa basa basi Shin Di pun langsung menaikan sebelah kakinya dan menginjak punggung Jaejoong
“Ah..” Jaejoong mendesah ngilu kala Shin Di menginjakkan kakinya di puggungnya
Langkah Shin Di terhenti sejenak dan Shin Di kembali menurunkan kakinya. Jaejoong yang merasa khawatir Shin Di akan mengetahui kehadirannya menutup mulutnya dalam dalam dan tidak mengeluarkan suara apa-apa lagi. Hening menyelimuti mereka seketika hingga Shin Di akhirnya melangkahkan kakinya lagi menginjak punggung Jaejoong dan akhirnya berjalan dengan menuju kamarnya.
Jaejoong bangkit berdiri saat menyadari Shin Di sudah memasuki kamarnya. Jaejoong menatap kamar itu sejenak. Jaejoong menatap kamar Shin Di dengan tatapan sedih dan rindu yang menghiasi wajahnya.
“Benarkah kau telah mencintai Yoochun sebesar itu, Shin Di-a?” tanya Jaejoong dalam hatinya sambil terus memperhatikan kamar Shin Di itu, ah lebih tepatnya kamar milik Park Yoochun
Jaejoong pun berbalik dan menuju ketempat yang baru saja ia tinggalkan. Dapur. Saat ia tiba didapur, hal pertama yang ia tangkap adalah gelas yang tadi digunakan Shin Di untuk minum. Jaejoong mendekati gelas tersebut dan meraih gelas mungil tersebut.
“Han Shin Di” gumam Jaejoong dalam hati
“Apa aku sudah benar-benar menghilang dari hatimu?” tanya Jaejoong dalam hatinya sambil menatap gelas itu
***

Shin Di POV
Aku yakin sekali seharusnya tidak ada anak tangga disana. Aku menyadarinya. Tapi kenapa?
Flashback :
Selesai meminum segelas air putih yang membuat tenggorokkanku segar kembali, aku memutuskan untuk kembali kekamar. Entah mengapa sejak aku mengingat kini aku tinggal satu atap dengan pria bernama Kim Jaejoong itu otakku tidak dapat berfikir dengan jernih. Terutama apabila mengingat apa yang telah.. aish, Kim Jaejoong, kenapa aku tidak bisa keluar dari kepalaku??
Aku berjalan tanpa mengingat berapa langkah kaki yang sudah kujejakkan dilantai rumah ini.
“Aish, aku salah jalan” kataku dalam hati
Ketika aku berniat untuk memutarkan badanku menuju arah sebaliknya aku merasakan tongkatnya menyentuh sesuatu.
“Eh?”
Aku kembali memukulkan tongkatku ke arah benda itu.
“Bukankah aku salah jalan? Bukannya tidak ada anak tinggi disini?” pikirku dalam hati
“Ah, aku terlalu berfikir keras, mungkin jalanku memang sudah benar”
Lalu aku melangkahkan kakiku naik dan menginjak benda yang kupikir anak tangga itu. Tempat aku menginjakkan kakiku itu terasa begitu hangat dan empuk. Tidak seperti keramik lantai yang begitu dingin yang baru saja kurasakan
“Ah..”
Aku mendengar sebuah desahan yang kurasa berasal dari sesuatu yang kuinjak ini. Aku menurunkan kembali kakiku meyakinkan itu bukanlah sesuatu yang kufikirkan.
“Kim Jaejoong” kataku dalam hati
Sejenak aku mersakan hening disekitarku dan meyakinkan diriku bahwa itu bukanlah sesuatu yang kufikirkan.
“Han Shin Di, apa yang kau fikirkan?” kataku lagi meyakinkan diriku itu bukanlah Kim Jaejoong
Dengan segera aku menaikan lagi kaki kiriku menuju ‘anak tangga’ itu dan bergegas menuju kamarku ah, tidak walaupun sudah 4 tahun aku menempati kamar ini, bagiku kamar ini tetap saja kamar Park Yoochun.
End Flashback
Aku mengingat kembali rasa hangat yang menjalar dikakiku saat aku menginjak ‘anak tangga’ itu.
“Hangat” kata ku sambil menyentuh kakiku itu
End Shin Di POV
***
            Pagi harinya Yunho berkunjung kerumah tempat Jaejoong kini tinggal, tujuannya tentu saja tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menemui Han Shin Di. Bagaimanapun juga ia tidak ingin yeoja pujaannya direbut oleh namja yang ia ketahui kini adalah musuhnya.
“Anyeong, Shin Di-a” sapa Yunho pada Shin Di yang ada di beranda
“Ah, Yunho-a?” sapa Shin Di sambil tersenyum
“Shin Di-a, kau baik-baik saja kan? Dia tidak melakukan sesuatu padamu kan??” Yunho menanyakan hal beruntun pada Shin Di
“Anni, aku baik-baik saja, Yunho-a. Dia tidak melakukan apapun padaku” senyum lemah terpancar pada wajah Shin Di
“Kau yakin, Shin Di-a?” Yunho merasa tidak biasa dengan senyum yang kini terukir diwajah Shin Di
“Ne, aku hanya...” Shin Di mencoba menjelaskan hingga ia mendengar ada hentakan gelas  didapur
“Aish!” teriak Jaejoong daridalam dapur
DEG! Jantung Shin Di berdetak kencang kala ia mendengar suara yang membuatnya tidak dapat berfikir jernih semalaman ini.
Jaejoong berteriak frustasi ketika ia menyenggol sebuah gelas dan menyebabkan suara hentakkan yang pasti terdengar hingga beranda. Yahh, sejak menyadari kedatangan Yunho , Jaejoong memang mengamati tingkah Yunho dan Shin Di yang sedang bercakap-cakap di beranda. Terasa nyeri di hati Jaejoong ketika ia melihat Shin Di tersenyum pada namja yang kini ia anggap sebagai musuhnya.
“Yah!!” teriak Yunho saat menyadari bahwa Jaejoong sedari tadi mengamati mereka
“Apa yang kau lakukan?” tanya Yunho pada Jaejoong yang kini sudah keluar dari dapur
“Apa pedulimu?” perkataan Jaejoong telak membuat Yunho tersulut emosi
“Yah! Aku bertanya baik-baik!!” Yunho mulai merasakan aliran darahnya mengalir cepat karena terbawa emosi
“Setidaknya aku menanggapimu, Jung Yunho” kata Jaejoong menyulut api kemarahan yang kini mulai terlihat diwajah Yunho
Yunho menahan emosinya agar Shin Di tidak salah paham dengan dirinya dan membuat Shin Di mencurigai apa yang sebenarnya terjadi antara mereka
“Aish, kau membuatku gila, Kim Jaejoong!” jawab Yunho
“Kau pantas merasakannya” kata Jaejoong dingin sambil menatap Yunho sinis
“Yah!!” Yunho menaikan suaranya karena merasa tidak tahan lagi dengan tingkah Jaejoong
“Ada apa ini?” perkataan Tuan Park menghentikan apa yang sedang terjadi diantara 2 namja yang kini saling menatap dengan tatapan yang menunjukan bahwa mereka saling membenci
“Tidak ada apa-apa Ahjushi” jawab Yunho sambil berusaha meredam amarahnya
“Ah, Yunho-a, ada apa kau datang kemari sepagi ini?” tanya Tuan Pak pada Yunho
“Ah, aku ingin mengajak Shin Di jalan jalan apa boleh?” tanya Yunho pada Tuan Park
“Jalan-jalan?” Jaejoong bertanya sinis pada Yunho
“Ne, jalan-jalan apa kau keberatan Kim Jaejoong??!” Yunho menekankan setiap perkataannya pada Jaejoong
Jaejoong hanya membalas perkataan itu dengan tatapan kematiannya. Ia menatap Yunho tepat dimata Yunho yang tampak seperti mata musang itu. Kini Jaejoong merasa benar-benar geli saat Yunho memanggilnya seperti itu. Tiba-tiba terlintas didalam pikiran Jaejoong saat ia dan Yunho masih bersahabat, saat merka tersenyum bersama, saling merangkul dan mengucapkan janji untuk bersahabat selamanya.
Mata Jaejoong perlahan berubah menjadi merah ketika kerinduan pada sahabatnya itu melanda dirinya, air mata perlahan terkumpul di pelupuk matanya, sejujurnya ia sangat merindukan namja didepannya itu namun segala kebahagiaan dan kerinduannya itu masih tidak dapat menghapus ingatan Jaejoong pada suatu hal yang telah diperbuat Yunho yang membuat ia harus terkurung didalam penjara selama 4 tahun ini.
“Itu sudah tidak ada artinya lagi bagiku” kata Jaejoong dalam hatinya meyakinkan dirinya bahwa namja yang kini ada didepannya adalah musuhnya
“Tidak setelah kejadian itu, Jung Yunho” Jaejoong mengepalkan tangannya sambil menatap benci kepada namja yang kini ada didepannya
Tuan Park yang merasa gerah dengan tingkah kedua namja yang selalu menampakkan api kebenciannya saat bertemu itu akhirnya mengeluarkan suara
“Baiklah, kau boleh membawa Shin Di jalan-jalan” kata Tuan Park
Yunho tersenyum sinis dan mengejek pada Jaejoong saat ia mendengar jawaban Tuan Park
“Terimakasih ahjushi” kata Yunho kemudian menanggapi jawaban Tuan Park
Tanpa basa-basi Yunho langsung meraih tangan Shin Di dan mengajaknya keluar menuju kesuatu tempat yang memang Yunho ingin tuju bersama yeoja pujaannya itu. Dengan perlahan Yunho mengantar Shin Di menuju parkiran rumah dan hendak membawa Shin Di pergi dengan segera
“Ahjushi, aku pergi dulu” Shin Di tersenyum kepada Tuan Park sebelum memasuki mobil Yunho dengan bantuan Yunho dan akhirnya pergi meninggalkan Jajoong beserta Tuan Park didalam rumah pantai itu
Sesaat Tuan Park berbalik dan mendapati Jaejoong kini tengah mengenakan sepatunya di teras rumah kecil itu.
“Yah! Mau kemana kau?” tanya Tuan Park pada Jaejoong
Jaejoong perlahan berdiri dan merapikan dirinya seperti bersiap ingin pergi kesuatu tempat. Jaejoong menatap Tuan Park dan memberikan tatapan yang tidak dapat diartikan oleh Tuan Park
“Sudah sehari sejak aku bebas, aku bahkan belum menikmati udara kebebasanku” jawab Jaejoong melangkahkan kakinya menuju tempat Tuan Park
Kedua orang itu kini saling bertatapan dan tampak seperti berbicara melalui mata mereka. Sejenak terdengar Tuan Park menghela nafasnya perlahan dan menundukkan kepalanya setelah bertatapan lama dengan Jaejoong
“Arraso” kata Tuan Park . “Pergilah” lanjutnya
“Gomawo, ahjushi” Jaejoong tersenyum senang pada pria tua didepannya ini dan langsung berlari meninggalkan Tuan Park sendiri
Tuan Park terpaku dengan apa saja yang baru Jaejoong lakukan. Ia berusaha memandangi punggung Jaejoong yang kini mulai menghilang perlahan.
“Ia tersenyum?” tanya Tuan Park pada dirinya sendiri
***
            Jaejoong melangkahkan kakinya mengitari kota yang sudah lama tidak ia lihat keindahannya. Jaejoong tersenyum saat ia menatap kota yang tidak ia lihat selama 4 tahun ini masih terlihat sama baginya.
“Kota ini masih terlihat sama bagiku” kata Jaejoong dalam hati
Sejenak Jaejoong teringat pada Shin Di yang kini sedang berada bersama Yunho. Pikiran pikiran Jaejoong yang buruk tentang Yunho membuat dada Jaejoong berdetak kencang takut membayangkan apa yang akan terjadi ketika Shin Di bersama Yunho. Belum lagi, Jaejoong masih ingat terakhir kali Yunho melakukan sebuah cara yang gila hanya untuk mendapatkan Shin Di.
“Aish” desahan frustasi keluar dari mulut Jaejoong ketika ia mengingat kejadian itu
Tanpa Jaejoong sadari seseorang yang dari tadi mengikutinya dari belakang, kini melangkahkan kakinya mendekati Jaejoong. Perlahan Jaejoong merasakan ada sebuah sentuhan pada pundaknya yang membuatnya mau tak mau berbalik menghadap sang pemilik tangan. Matanya membesar saat ia berbalik dan mendapati wajah yang sangat familiar baginya kini ada dihadapannya.
“Hyung!!” Suara yang terdengar bagai suara lumba lumba itu memanggilnya nyaring membuat senyum diwajah Jaejoong terkembang
“Yah!! Kim Junsu!!” Jaejoong tersenyum melihat adik semata wayangnya itu
Jaejoong benar-benar lupa mengabarkan kebebasannya pada keluarganya hingga adiknya, Kim Junsu kini telah menemukan dirinya dengan kakinya sendiri.

***
“Maafkan aku, Junsu-a” kata Jaejoong menyesal sambil menatap adik semata wayangnya yang kini menatapnya kesal
“Kau itu benar-benar egois! Apakah dari dulu sampai sekarang yang ada diotakmu itu hanya Han Shin Di sampai kau melupakan adikmu hah??!!” Junsu menaikkan suaranya sambil menatap kakanya kesal
“Aku benar benar minta maaf Junsu-a, aku menyesal” kata Jaejoong sambil memasang wajah penyesalan pada adiknya itu
“Aish, kakak macam apa kau?” Junsu masih merasa kesal pada Jaejoong
“Ah, kau ini, 4 tahun sudah aku dipenjara dan ketika aku bebas inikah sambutanmu padaku?” Jaejoong mendengus kesal karena Junsu tak kunjung memaafkannya
Junsu terdiam sejenak memikirkan kata-kata Jaejoong. Benar, 4 tahun sudah Jaejoong terperangkap diantara jeruji besi selama 4 tahun ini dan ketika ia bebas adiknya malah memarahinya
“Hyung..” kata Junsu kemudian “Mianhe” lanjutnya polos
Jaejoong menghela nafasnya pelan sambil menatap adiknya itu, kini adiknya tengah memperlihatkan wajah penyesalan yang amat terlihat menggemaskan bagi Jaejoong
“Ishh, kau ini! Kemari kau!” Jaejoong mengambil pundak Junsu dan memberinya sebuah pelukan
“Hyung aku merindukanmu” kata Junsu pada Jaejoong memluk Jaejoong erat
“Ah, aku juga. Terakhir kau menjengukku kita bahkan tidak bisa berpelukan seperti ini” Jaejoong membalas pelukan Junsu lebih erat
Mereka berpelukkan cukup lama ditengah jalanan yang cukup ramai itu membuat mereka mau tak mau diperhatikan oleh orang yang lalu lalang disekitar merka
“Hyung, lepaskan aku” kata Junsu menyadari tatapan orang-orang pada mereka
“Eh? Wae?” tanya Jaejoong kecewa
“Aku tidak mau dianggap sebagai gay karena terlalu lama berpelukan denganmu” kata Junsu membuat kaget Jaejoong dan membuat Jaejoong melepaskan pelukannya
“Mwo??!” Jaejoong kaget dengan perkataan Junsu
“Sudahlah hyung, ayo kita cari tempat lain untuk berbincang bincang” ajak Junsu pada Jaejoong
***
            Akhirnya mereka tiba disebuah tempat makan yang bergaya minimalis dengan lagu lagu klasik yang menemani bincang-bincang mereka.
“Aku senang kau kembali, Hyung” kata Junsu sambil tersenyum sumringah pada namja didepannya
“Yah, aku juga senang bisa kembali” jawab Jaejoong sambil membalas senyum Junsu
“Kau tinggal dimana sekarang, hyung?” tanya Junsu
“Ah, aku? Aku tinggal dirumahku dan Yoochun dulu” kata Jaejoong santai pada Junsu
DEG!! Seketika jantung Junsu berdetak kencang saat nama itu diucapkan. Ia sangat tidak ingin nama itu diucapkan lagi dalam hidupnya. Ia merasa benar-benar tidak tahan setiap kali nama Park Yoochun diucapkan. Junsu terdiam untuk waktu yang cukup lama
“Ah, wae?” Jaejoong memecah keheningan pada mereka dan membuyarkan lamunan Junsu seketika
“Hyung..” kata Junsu perlahan
“Hmm??” jawab Jaejoong menanggapi Junsu
“Terimakasih..” kata Junsu lagi
“Eh? Untuk apa?” tanya Jaejoong bingung
“Terimakasih... karena telah membunuh Park Yoochun” kata Junsu pelan
Mata Jaejoong terbuka lebar dan membesar saat kata-kata itu keluar dari mulut adiknya, Kim Junsu. Ia tidak percaya dengan apa yang ia dengar saat ini. Mulut Jaejoong pun membuka lebar sesuai dengan matanya yang tidak mau berkedip masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan Junsu
“Aku benar-benar.. berterima kasih, Hyung” kata Junsu mempertegas ucapan sebelumnya sambil menatap Jaejoong serius
TBC

Kamis, 22 Maret 2012

FF Straight "Something You Can't Deny" Chapeter 1

Title: Something You Can't Deny
Author: Cindy Ayu S.
Rate: PG15
Ini karya asli hasil author dan tidak ada menyontek sedikitpun, apabila ada kesamaan dengan ff lain itu tidak disengaja.

***


Chapeter 1 : Freedom
            Matahari tampak begitu cerah siang itu. Cahayanya yang begitu hangat tak pelak membuat keringat mengalir deras dari wajah namja yang kini tengah duduk mengistirahatkan dirinya setelah seharian bekerja menghancurkan batu yang kini telah menjadi kepingan itu.
“Kim Jaejoong”
Merasa dirinya dipanggil, sang namja memutarkan badannya menuju ke arah suara.
“Ya?” katanya kemudian
“Ikut dengan kami” kata namja lain yang memakai seragam berwarna biru itu
Jaejoong kemudian bangkit berdiri hendak meninggalkan tempatnya beristirahat tadi. Langkahnya terasa begitu berat karena sebuah rantai dengan beban besi yang terpasang dikakinya.
Jaejoong dibawa kesebuah ruangan yang sempit dan tertutup oleh namja berseragam tadi dan didudukkan pada sebuah kursi dengan posisi menghadap seorang namja lain yang kini berdiri didepannya.
“Kim Jaejoong” kata namja lain yang sudah berusia lanjut yang berpakaian rapi dengan jas hitam yang dipakainya saat ini
“Tuan Park” sahut Jaejoong sambil menundukan wajahnya enggan menatap namja yang ia panggil Tuan Park itu
“Apa kabarmu?” tanya Tuan Park berbasa-basi
“Apa kau tak punya mata?” jawab Jaejoong tidak minat menanggapi perkataan Tuan Park
“Yah! Aku bertanya baik-baik!” Tuan Park mulai tersulut emosi atas tingkah Jaejoong
“Yah! Kau punya mata kan? Apa kau tidak bisa melihat diriku baik baik saja?” Jaejoong kini mulai mengadahkan kepalanya dan menatap pria tua itu dengan tatapan kesal
Tuan Park geram dengan sikap Jaejoong ini dan mulai merasakan tubuhnya berubah menjadi panas. Dengan segenap kesabaran yang ia punya ia mencoba menghadapi sikap Jaejoong yang tampak tidak sopan dimatanya.
“Yah, aku dapat melihatnya. Maafkan aku” kata Tuan Park kemudian
“Apa maumu?” tanya Jaejoong sambil kembali menundukkan wajahnya
“Bereskan barang barangmu” jawab Tuan Park
“Kenapa kau mau aku melakukan itu?” tanya Jaejoong lagi
“Kau sudah bebas” jawab Tuan Park
Keadaan menjadi hening untuk waktu yang lama. Terasa desiran aliran darah Jaejoong yang mengalir dengan cepat. Jantung Jaejoong berdetak dengan cepat sehingga tak dapat ia kontrol lagi. Urat urat matanya mencuat sehingga membuat pemilik mata coklat itu membuka matanya lebar-lebar seakan tak percaya. Kepala Jaejoong perlahan mengadah menghadap Tuan Park seakan tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan pria tua dihadapannya itu. Matanya melebar seperti mempertanyakan apa yang baru saja ia dengar itu nyata.
“Aaa.. a.. apa?” tanya Jaejoong meyakinkan pendengarannya tidak salah
“Kau bebas. Kau bebas bersyarat. Kau boleh meninggalkan tempat ini” jawab Tuan Park memperjelas perkataannya
“A..a..” mulut Jaejoong kini tak mau menutup seakan ingin menjatuhkan berbagai macam paertanyaan kepada Tuan Park namun tidak tau mulai darimana
“Akan kujelaskan segalanya padamu setelah kita meninggalkan tempat busuk ini” kata Tuan Park seraya memandang sinis kesegala penjuru ruangan tempat ia berdiri
Jaejoong menundukkan kembali kepalanya dengan berbagai macam perasaan yang kini terasa di dalam tubuhnya. Senang, tak percaya, marah, kecewa, apapun yang selalu ia rasakan selama 4 tahun ini kini meluap secara bersamaan membuat tubuh Jaejoong ingin meledak.
“Beri aku waktu 15 menit” jawab Jaejoong datar

***

            Matahari. Kini jaejoong dapat benar benar merasakan cahaya itu dengan perasaan yang berbeda dengan sudut pandang yang berbeda dan juga dengan status yang berbeda. Tahanan Kim Jaejoong kini telah menjadi pria bebas yang dapat menghirup udara sesukanya, yang dapat berlari sepuasnya, yang dapat berteriak sekuat kuatnya, kini ia bukan lagi narapidana di rumah tahanan terkutuk itu. Kini ia adalah pria bebas. Tahanan Kim Jaejoong sudah tidak akan pernah ada lagi. Yang ada hanya Kim Jaejoong. Ya, Kim Jaejoong.
***
Jaejoong POV:
            Mataku terpaku begitu melihat gerbang pembatas yang selalu menjadi pengahalang hidupku dan kebebasanku kini terbuka lebar dihadapanku. Kakiku dengan mantap melangkah berusaha meninggalkan tempat yang sejak 4 tahun lalu menjadi tempat aku hidup. Rumah tahanan Gwangju. Ketika kakiku melangkah melewati gerbang yang menjulang tinggi itu, aku dapat merasakan perasaanku tak menentu. Aku sangat senang karena akhirnya dapat menjalani hidupku lagi namun aku juga marah dan kecewa karena sesuatu yang selalu menggangu hidupku akan datang lagi ketika aku mulai keluar dari tempat ini. Aku menarik nafas dalam dalam mencoba mengeluarkan semua perasaan yang kini ada dihatiku.
“AAAHHHHHH!!!!”sambil menggenggam tempat bawaan barangku aku berteriak sekuat yang aku bisa, sekencang yang aku mampu untuk melepaskan semuanya. Semua bebanku. Semua perasaan yang membuatku ingin meledak
“Kim Jaejoong” panggil seseorang yang baru saja kutemui itu
Aku membalikkan kepalaku untuk menatap pria tua itu. Dan menatapnya dengan sinis.
Aku mengalihkan pandanganku kembali kedepan ketika aku melihat dia berusaha mendekatiku dan mensejajarkan tubuhnya denganku. Kini dapat kurasakan tubuhnya berdiri disebelah tubuhku
“Jaejoong-a” panggilnya lagi dengan sebutan yang berbeda
“Jangan panggil aku dengan sebutan seperti itu” ucapku merasa muak saat ia memanggilku dengan panggilan seperti itu
“Kenapa?” kata pria itu “Bagaimanapun juga kau keponakanku iya kan?” lanjutnya
Aku diam sejenak. Keponakan? Apa iya dia masih menganggapku keponakannya? Bukankah aku yang telah membuat anaknya terbunuh? Bahkan ia hampir membunuhku juga saat dipengadilan. Kini dengan mudahnya ia menyebut aku keponakannya? Ada apa dengan pak tua ini?
“Hmmpphh, kau yakin dengan ucapanmu? Bukan karena kau ingin membunuhku setelah aku keluar dari tempat ini bukan?” kataku menjawab pertanyaannya
Dapat kulihat matanya terbuka lebar dan menatapku tidak percayanamun sejenak tatapan itu berganti menjadi tatapan dingin.
“Aku ingin sekali melakukan itu” kata Tuan Park
Senyum sinis menghiasi wajahku saat aku mendengar hal itu dari mulutnya.
“Tapi itu hanya membuang waktuku” katanya lagi
Kuhadapkan wajahku dan memandang wajahnya. Apa-apaan maksudnya ini?
“Membunuhmu takkan mengembalikkan anakku” jawabnya sambil memandang langit
“Tak kusangka kau akan mengatakkan itu setelah apa yang kulakukan” kataku sinis
“Aku hanya ingat. Dia. Yoochun. Dia sangat menyayangimu Jaejoong-a” katanya lagi
Sakit. Hatiku sakit. Sangat sesak mendengar namanya kembali berngiang di telingaku. Jantungku  berdetak dengan kencang dan dapat kurasakan genggamanku pada tempat barang yang kubawa kini semakin kencang. Kini nama itu hanya mengingatkanku pada kejadian malam itu.
Flash back :
“Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi!!” aku berteriak frustasi sambil memegang stir
Mobil yang menampungku didalamnya kini tengah dalam kecepatan tertinggi berusaha menabrak mobil yang sedang melaju dari arah sebaliknya.
“Tidak akan!” kataku sambil memukul stir
Mataku menangkap sekilas wajah Yoochun yang tengah tersenyum memandang kearah sebelahnya dan tampak tak memperhatikan jalan didepannya.
“Yoochun-a!!” aku berusaha melajukan mobil yang kukendarai agar tidak sampai menabrak mobil yang tengah dikendarai Yoochun
Terlihat mobil yang dikendarai Yoochun mulai berbelok menghindari mobilku dengan kecepatan tak beraturan dan membuat mobil itu jatuh ke dalam jurang disebelahnya. Akupun mengerem dengan cepat saat melihat sebuah pohon kini sejajar dengan arah stirku. Aku memandang ke arah kaca spion lalu yang kulihat sebuah asap yang meluap keluar dari bawah lubang itu.
“Aku.. membunuh mereka??”
End Flash Back
“Apa kau menyesal melakukan itu, Jaejoong-a?” tanyanya padaku
Aku hanya tersenyum sinis menanggapi pertanyaannya dan membawa kakiku beranjak pergi
 “Jika kau punya hati, tentu kau tau jawabanku Ahjushi” kataku sebelum meninggalkannya
Kakiku melangkah pergi dan meninggalkan pak tua itu dibelakangku. Dapat kulihat tatapannya yang begitu membenciku. Sangat membenciku. Tentu saja aku menyesal tapi, ada satu hal yang kau, dan orang lain takkan pernah ketahui Tuan Park. Takkan pernah.
End Jaejoong POV
“Kau tak ingin bertemu dengannya?” perkataan Tuan Park membuat Jaejoong berhenti sejenak
“Siapa?” Jaejoong bertanya tanpa mengalihkan wajahnya pada Tuan Park. Ia tau jelas siapa yang Tuan Park maksud. Orang yang bersama Yoochun pada saat kecelakaan itu terjadi. Orang yang berhasil membuat Jaejoong melupakan akal sehatnya. Orang yang selalu ia khawatirkan selama 4 tahun dipenjara.
“Han Shin Di. Kau tidak ingin melihatnya?” jawab Tuan Park
Benar. Han Shin Di. Yeoja yang membuatnya melakukan hal gila malam itu. Yeoja yang selalu ia khawatirkan keadaannya selama ia terkurung dalam penjara. Yeoja yang selalu akan ia cintai. Han Shin Di.
Akhirnya Jaejoong mengalihkan pandangannya dan memandang Tuan Park tepat ke matanya. Terlihat jelas ada sebuah kerinduan dalam tatapan mata Jaejoong.

***
            Seorang Yeoja kini tengah duduk diberanda rumahnya sambil menutup matanya merasakan hembusan angin diwajahnya. CCIIITT!! Terdengar suara mobil mengerem tepat diseberang tempat ia duduk. Dapat ia rasakan hawa seseorang yang kian mendekat dengan tepatnya kini duduk ‘menatap’ pantai
“Ahjushi kau sudah pulang?” kata Yeoja itu lembut
“Iya Shin Di-a, aku pulang” kata Tuan Park sambil tersenyum lemah
“Eh tumben cepat sekali?” kata yeoja bernama Shin Di itu
“Iya, aku tadi hanya...menjemput seseorang” Kata Tuan Park
Yeoja yang dipanggil Shin Di itupun bangkit berdiri seraya mengambil tongkat yang ada didekatnya. Iapun berbalik dan mengarahkan tongkatnya kesana kemari meyakinkan dirinya ia tidak akan menabrak sesuatu. Ya, Han Shin Di wanita yang kehilangan pengelihatannya sejak kecelakannya dengan Yoochun saat ini berada dihadapan Jeajoong. Kini sekalipun ia mengarahkan wajahnya kelaut. Ia tidak benar-benar menatapnya. TUKK! Tongkatnya kini menyentuh sepasang kaki yang yang berdiri tepat dihadapannya.
“Siapa ahjushi?” tanya Shin Di kepada orang didepannya sambil tersenyum
“Aku” kata Jaejoong pelan
Senyum diwajah Shin Di perlahan memudar dan berganti menjadi air wajah yang marah. Ia hafal suara itu. Ia benar-benar hafal suara yang ia dengar tepat didepan wajahnya. Suara namja yang merebut kebahagiaannya.
PLAK!!! Sebuah tamparan telak mengenai wajah mulus Jaejoong
“Kau, Kim Jae Joong?!!” kata Shin Di penuh amarah
Jaejoong merasakan pipinya panas dan memerah atas perbuatan Shin Di.
“Ya, aku, Kim Jae Joong” kata Jaejoong lagi
PLAK!! Tamparan berhasil mendarat dipipi satu lagi milik Jaejoong. Kini Jaejoong merasakan kedua pipinya benar-benar panas akibat perbuatan Shin Di. Jaejoong memegangi pipi satunya yang baru saja ditampar dan memandang Shin Di. Terlihat air mata meluncur mulus dari mata Shin Di.
Jaejoong POV :
Kini aku berada di mobil Tuan Park. Aku memutuskan untuk melihatnya. Ia tinggal dirumahku ah rumah kami. Aku dan Yoochunlah yang membelinya dulu. Kini aku mencoba mepersiapkan diriku melihat wanita yang selalu terngiang dipikiranku. Han Shin Di. Tau kah kau betapa aku merindukkanmu?? Apakah kau masih mau melihatku??
CCIITT!!! Mobil Tuan Park berhenti di halaman rumah ini. Ia mengajakku untuk turun dan mengikutinya kemana ia pergi. Akhirnya kami masuk kedalam rumah sederhana yang indah itu.
Aku mendapati seseorang yang sedang duduk di beranda rumah itu dengan menggunakan baju terusan putih dengan rambut panjangnya terurai indah.
“Ahjushi kau sudah pulang?” katanya lembut
Hatiku hanyut dan sangat rindu dengan suara yeoja ini. Yeoja yang benar-benar kurindukan.
“Shin Di-a.. aku sangat merindukkanmu” kataku dalam hati
 “Iya Shin Di-a, aku pulang” kata Tuan Park sambil tersenyum lemah
Aku hanya berdiri disamping Tuan Park terdiam memandangi Shin Di yang tampaknya masih sangat menikmati pemandangan didepannya
“Eh tumben cepat sekali?” tanyanya lagi
Semakin kudengar suaranya semakin aku sangat merindukkannya. Bila boleh, aku ingin mendekapnya seerat mungkin dan meminta maaf sebesar-besarnya.
“Iya, aku tadi hanya...menjemput seseorang” Kata Tuan Park
Kulihat Shin Di mulai beranjak dari tempatnya duduk dan mencoba meraih sesuatu disisinya. Apa yang berusaha ia raih?? Sebuah tongkat?? Sejenak saat aku mulai berfikir, dan aku mulai menyadari satu hal
Mataku membulat dan tak percaya dengan apa yang kulihat sekarang. Aku menyadari yeoja yang kucintai kini tidak dapat melihatku lagi. Ia buta. Dan ini karena aku.
Aku melihatnya menggerakkan tongkat itu kesana kemari seakan membuat ia yakin ia tidak akan menabrak sesuatu, lalu dapat kurasakan tongkat itu menyentuh kakiku. Aku menatapnya. Tepat didepan wajahku. Wajahnya yang polos dan ceria masih tampak sama bagiku hanya  saja.. sinar matanya.. kini sudah menghilang.
“Siapa ahjushi?” tanyanya tersenyum kearahku
Omo, betapa aku sangat merindukkan senyum itu. Aku benar-benar ingin memeluknya. Tapi, apakah ia akan menampakkan senyum itu jika ia tau aku ada disini??
“Aku” kataku pelan didekat wajahnya
Dapat kulihat senyum diwajahnya memudar dan berganti menjadi raut muka penuh kemarahan. Ternyata ia masih mengenali suaraku. PLAKK!!
Sebuah tamparan mendarat dipipi kananku. Sakit. Rasanya sangat sakit dan panas terasa begitu menyengat pipiku.
“Kau, Kim Jae Joong??!!” katanya sedikit menaikkan suaranya padaku
Aku menatap wajahnya. Wajah penuh amarahnya. Kini aku menyadari satu hal. Dia membenciku
“Ya, aku, Kim Jae Joong” kataku menjawab kata-katanya
PLAK!! Tamparan terasa menyengat dipipiku yang sebelah kiri. Kini kedua pipiku benar benar panas. Tapi tidak sepanas hatiku yang menyadari orang yang kucintai membenciku. Aku memegangi pipi kiriku dan mencoba menghadap kewajahnya. Air mata terlihat meluncur dengan mulus dipipinya. Hati terkoyak melihat pemandangan didepanku.
“Shin Di-a...mianhe” kataku dalam hati
End Jaejoong POV
Shin Di POV
Aku mendengarnya, mendengar suaranya lagi, laki-laki yang kubenci, laki-laki yang merebut Yoochun dariku, yang sudah merebut sinar mataku. Kim Jaejoong. 2 kali sudah aku menamparnya. Jika boleh aku ingin menamparnya terus! Terus! Terus! Hingga ia merasakan sakit yang aku rasakan selama 4 tahun ini tanpa Yoochun. Tapi, sekalipun aku menamparnya hingga wajah mulusnya itu hancur, apakah itu akan mengembalikan Yoochun?? Apakah itu dapat membuat mataku melihat lagi???
Air mata mengalir mulus dipipiku dan dapat kurasakan jantungku berdetak kencang. Aku membencinya. Aku benci padamu Kim Jae Joong!!
“Apa yang kau lakukan disini?! Bukankah seharusnya kau masih dipenjara??” kataku sinis
“Aku bebas” katanya singkat
“M..m..mwo??!!” kataku tak percaya
Dia bebas? Dia sudah bebas??? bukankah masih 1 tahun lagi??!! Apa apaan ini??
“Aku bebas bersyarat” kata pria itu lagi
“Eh?? Wae??” tanyaku tak percaya
“Dia berkelakuan baik selama dirumah tahanan Shin Di-a” perkataan ahjushi mengagetkanku.
“Mwo??!!”teriakku tak percaya
End Shin Di POV

“Kau tidak menyukai hal itu?” tanya Jaejoong pada Shin Di
“Apa kau tidak punya hati? Tentu saja aku tidak menyukainya!” kata Shin Di pada Jaejoong dengan amarah yang besar
“Sudah, sudah! Jeajoong-a sebaiknya kita pergi” kata Tuan Park mencoba menarik tangan Jeajoong
“Tidak” kata Jaejoong datar menghiraukan tangan Tuan Park
“Apa lagi yang kau inginkan?? Membunuhku?” kata Shin Di ketus
Jaejoong dapat merasakan hatinya begitu terkoyak dengan perkataan Shin Di. Ia memegangi dadanya yang terasa sakit kala itu. Tuan Park memperhatikan tingkah Jaejoong
“Apa hanya itu yang dapat kau fikir tentangku?” tanya Jaejoong menahan sakit dihatinya
“Yah! Apa lagi yang bisa kufikirkan selain itu jika kau yang ada didepanku!” Kata Shin Di menaikkan suaranya
“Aku tidak akan membunuhmu!!” Kata Jaejoong mendekatkan tubuhnya pada Shin Di
 “Lalu apa maumu?” Shin Di bertanya balik
Hening. Jaejoong tidak menjawab pertanyaan Shin Di kala itu. Ia hanya memusatkan wajahnya kepada wajah Shin Di dan berusaha menatap yeoja didepannya dan menelitinya satu persatu.
“Hidungmu” kata Jaejoong dalam hati
“Bibirmu” kata Jaejoong lagi masih memperhatikkan Shin Di dan mencoba mengenang wajah dihadapannya
“Suaramu” mata Jaejoong tertutup sejenak saat ia berusaha mengingat suara Shin Di
“Semua masih sama Shin Di-a” kata Jaejoong masih menutup matanya
Perlahan ia membuka matanya dan memandang pada satu titik yang ia paling rindukan.
“Hanya satu yang berubah”
Jaejoong memandang bola mata itu dengan seksama dan dalam
“Sinar itu menghilang dari matamu”
Jaejoong menggenggam tangan Shin Di dan mencengkramnya kuat “Aku akan membuatmu memaafkanku, Shin Di-a” kata Jaejoong dalam hati yang takkan pernah didengar oleh Shin Di “karena aku tidak sepenuhnya bersalah” Jaejoong meyakinkan hatinya
***
“Aku ingin tinggal disini” jawab Jaejoong mengagetkan Shin Di dan Tuan Park
“MWOO??!! Tidak! Aku tidak mau kau ada disini!” Shin Di menghempaskan tangan Jaejoong dan mendorongnya mundur
“Kenapa kau tidak mau?” Jaejoong bertanya pada Shin Di
“Yah! Karena kau adalah orang yang paling kubenci saat ini Kim Jaejoong!! Dan hanya kau orang yang akan kubenci selamanya!!” Jawab Shin Di telak membuat luka dihati Jaejoong
“Apa sebesar itu bencimu padaku?” tanya Jaejoong
“Ya, besar! Sangat besar! Aku sangat membencimu Jaejoong!!” jawab Shin Di menunjuk kearah muka Jaejoong
“Oh, aku mengerti” jawab Jaejoong
“Bagus, kalau kau mengerti tinggalkan tempat ini sekarang!” kata Shin Di mengubah arah tangannya dan menunjuk kearah pintu yang ada dibelakang Jaejoong
“Tidak mau” Jawab Jaejoong
“Apa??” kata Shin Di shock
“Aku ingin tinggal disini” kata Jaejoong “Ini juga masih rumahku, Shin Di-a” lanjutnya
PLAKK!! Tamparan mendarat dipipi Jaejoong lagi
“Jangan panggil namaku dengan mulutmu itu” kata Shin Di
 “Aku mengerti kau sangat membenciku, aku tau kau sangat ingin aku pergi darisini, namun bagaimanapun ini masih rumahku, dan kini aku orang bebas, aku bisa memilih tinggal dimanapun aku mau, Han Shin Di” jawab Jaejoong dingin kepada Shin Di
Shin Di dapat merasakan amarahnya pada Jaejoong. Ia menahan tangannya untuk tidak menampar Jaejoong lagi. Bagaimanapun tangannya juga merasakan sakit yang amat sangat saat bergesekan dengan pipi Jaejoong. Dengan semua kesabaran yang ia punya, ia menahan amrahnya yang masih membara pada Jaejoong dan mengalah.
“Arraso” kata Shin Di membuat pemilik mata coklat dihadapannya membulatkan matanya
“Eh?”
“Tinggalah disini semaumu” jawab Shin Di
“Eh?” Jaejoong berusaha menahan senyum diwajahnya saat Shin Di mengatakan itu.
“Tapi jangan harap aku mau satu atap dengan pembunuh sepertimu”
DEGG!! Perkataan Shin Di serasa membuat kebahagiaan dan pikiran pikiran bahagia Jaejoong kini hancur menjadi berkeping keping. Senyum yang tadinya akan terkembang diwajah Jaejoong kini menjadi air wajah yang menunjukkan raut kecewa
“Shin Di-a?” Tuan Park tak kalah kaget dengan perkataan Shin Di
“Ahjushi, biarkan saja Jaejoong tinggal disini, tapi aku akan mencari tempat lain untuk aku tinggal” Shin Di berusaha berbalik dan meninggalkan mereka
“Shin Di-a, jangan seperti itu, 4 tahun sudah kau tinggal disini dan aku sudah menganggapmu anakku. Setidaknya kau menjadi anak perempuan yang kuinginkan dalam hidupku” kata Tuan Park berusaha menahan Shin Di
“Maafkan aku Ahjushi, aku tidak mau tinggal satu atap dengan seorang pembunuh” perkataan Shin Di berhasil membuat pertahanan Jaejoong runtuh seketika
Air mata kini sudah mulai terkumpul disudut matanya dan bersiap untuk mengalir.
“Aku bukan pembunuh” kata Jaejoong menahan air mata yang sebentar lagi akan melesat indah menuju lantai
“Oh ya?” Shin Di menghentikan langkahnya sejenak
“Aku bukan seperti yang kau dan orang orang pikir” kata Jaejoong lagi masih dengan kumpulan air mata yang memenuhi pelupuk matanya
Shin Di membalikan badannya lagi berusaha menghadap Jaejoong walau dengan arah yang sedikit melenceng.
“Aku tidak pernah berniat membunuh Yoochun” air mata itu masih terus tergenang di pelupuk mata Jaejoong
Shin Di masih diam dalam keadaannya yang berusaha menghadap Jaejoong. Raut wajah marah dan kecewa tampak jelas diwajah Shin Di
“Lalu kenapa kau melakukan itu?” tanya Shin Di
“Aku tidak pernah berniat melakukan itu” kini air mata Jaejoong sudah tidak dapat ditampung lagi, dengan mudahnya air mata itu melesat indah melewati pipi Jaejoong dan jatuh menghantam lantai
“Lalu kenapa kau malah melakukannya?!!” Shin Di sedikit menaikkan suaranya. Air matanya pun mengalir mulus diwajahnya
“Aku tidak melakukannya! Ini semua salah paham!” jawab Jaejoong ikut menaikkan suaranya dan masih menahan perasaannya
“Salah paham?? Yah! Apa maksudmu??” Shin Di bertanya dengan nada yang bingung seirama dengan wajahnya yang menampakkan kebingungan
“Ini semua bukan sepenuhnya salahku! Ini semua karena...”
“Ahjushi” perkataan seseorang membuat Jaejoong tidak dapat menyelesaikan kata katanya
Ia membalikan wajahnya berusaha menatap siapa orang yang mengganggu penjelesannya. Mata Jaejoong membulat melihat orang yang wajahnya familiar dihadapannya. Wajah Jaejoong yang tadinya nampak lemah dan meminta pengampunan kini berubah menjadi sosok Jaejoong yang penuh amarah, benci dan geram. Ia mengepalkan tangannya sambil memandang orang yang kini tengah menatapnya tak kalah kaget dengannya.
“Kaa..ka..u.??” kata orang dihadapannya itu gugup
Jaejoong masih menatap benci namja yang ada dihadapannya dengan perasaan yang meluap luap. Jika boleh ia ingin langsung menghampiri orang itu dan memukulnya dengan tangannya hingga ia babak belur. Kini Jaejoong sudah membalikkan badannya dan menatap namja dihadapnya dengan tatapan yang tertajam yang pernah ia buat.
“Hai apa kabar..” Jaejoong memperlihatkan tatapan mematikan itu sambil mengembangkan senyum tersinis yang ia punya “Jung Yunho” lanjutnya
Namja yang ia tatap itupun tak kalah memperlihatkan tatapan mata yang tajam pada Jaejoong.  Senyum sinis mengembang diwajahnya yang mungil itu.
“Lama tak bertemu .. Kim Jaejoong” kata namja bernama Jung Yunho itu menanggapi pertanyaan Jaejoong  
TBC