Kamis, 22 Maret 2012

FF Straight "Something You Can't Deny" Chapeter 1

Title: Something You Can't Deny
Author: Cindy Ayu S.
Rate: PG15
Ini karya asli hasil author dan tidak ada menyontek sedikitpun, apabila ada kesamaan dengan ff lain itu tidak disengaja.

***


Chapeter 1 : Freedom
            Matahari tampak begitu cerah siang itu. Cahayanya yang begitu hangat tak pelak membuat keringat mengalir deras dari wajah namja yang kini tengah duduk mengistirahatkan dirinya setelah seharian bekerja menghancurkan batu yang kini telah menjadi kepingan itu.
“Kim Jaejoong”
Merasa dirinya dipanggil, sang namja memutarkan badannya menuju ke arah suara.
“Ya?” katanya kemudian
“Ikut dengan kami” kata namja lain yang memakai seragam berwarna biru itu
Jaejoong kemudian bangkit berdiri hendak meninggalkan tempatnya beristirahat tadi. Langkahnya terasa begitu berat karena sebuah rantai dengan beban besi yang terpasang dikakinya.
Jaejoong dibawa kesebuah ruangan yang sempit dan tertutup oleh namja berseragam tadi dan didudukkan pada sebuah kursi dengan posisi menghadap seorang namja lain yang kini berdiri didepannya.
“Kim Jaejoong” kata namja lain yang sudah berusia lanjut yang berpakaian rapi dengan jas hitam yang dipakainya saat ini
“Tuan Park” sahut Jaejoong sambil menundukan wajahnya enggan menatap namja yang ia panggil Tuan Park itu
“Apa kabarmu?” tanya Tuan Park berbasa-basi
“Apa kau tak punya mata?” jawab Jaejoong tidak minat menanggapi perkataan Tuan Park
“Yah! Aku bertanya baik-baik!” Tuan Park mulai tersulut emosi atas tingkah Jaejoong
“Yah! Kau punya mata kan? Apa kau tidak bisa melihat diriku baik baik saja?” Jaejoong kini mulai mengadahkan kepalanya dan menatap pria tua itu dengan tatapan kesal
Tuan Park geram dengan sikap Jaejoong ini dan mulai merasakan tubuhnya berubah menjadi panas. Dengan segenap kesabaran yang ia punya ia mencoba menghadapi sikap Jaejoong yang tampak tidak sopan dimatanya.
“Yah, aku dapat melihatnya. Maafkan aku” kata Tuan Park kemudian
“Apa maumu?” tanya Jaejoong sambil kembali menundukkan wajahnya
“Bereskan barang barangmu” jawab Tuan Park
“Kenapa kau mau aku melakukan itu?” tanya Jaejoong lagi
“Kau sudah bebas” jawab Tuan Park
Keadaan menjadi hening untuk waktu yang lama. Terasa desiran aliran darah Jaejoong yang mengalir dengan cepat. Jantung Jaejoong berdetak dengan cepat sehingga tak dapat ia kontrol lagi. Urat urat matanya mencuat sehingga membuat pemilik mata coklat itu membuka matanya lebar-lebar seakan tak percaya. Kepala Jaejoong perlahan mengadah menghadap Tuan Park seakan tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan pria tua dihadapannya itu. Matanya melebar seperti mempertanyakan apa yang baru saja ia dengar itu nyata.
“Aaa.. a.. apa?” tanya Jaejoong meyakinkan pendengarannya tidak salah
“Kau bebas. Kau bebas bersyarat. Kau boleh meninggalkan tempat ini” jawab Tuan Park memperjelas perkataannya
“A..a..” mulut Jaejoong kini tak mau menutup seakan ingin menjatuhkan berbagai macam paertanyaan kepada Tuan Park namun tidak tau mulai darimana
“Akan kujelaskan segalanya padamu setelah kita meninggalkan tempat busuk ini” kata Tuan Park seraya memandang sinis kesegala penjuru ruangan tempat ia berdiri
Jaejoong menundukkan kembali kepalanya dengan berbagai macam perasaan yang kini terasa di dalam tubuhnya. Senang, tak percaya, marah, kecewa, apapun yang selalu ia rasakan selama 4 tahun ini kini meluap secara bersamaan membuat tubuh Jaejoong ingin meledak.
“Beri aku waktu 15 menit” jawab Jaejoong datar

***

            Matahari. Kini jaejoong dapat benar benar merasakan cahaya itu dengan perasaan yang berbeda dengan sudut pandang yang berbeda dan juga dengan status yang berbeda. Tahanan Kim Jaejoong kini telah menjadi pria bebas yang dapat menghirup udara sesukanya, yang dapat berlari sepuasnya, yang dapat berteriak sekuat kuatnya, kini ia bukan lagi narapidana di rumah tahanan terkutuk itu. Kini ia adalah pria bebas. Tahanan Kim Jaejoong sudah tidak akan pernah ada lagi. Yang ada hanya Kim Jaejoong. Ya, Kim Jaejoong.
***
Jaejoong POV:
            Mataku terpaku begitu melihat gerbang pembatas yang selalu menjadi pengahalang hidupku dan kebebasanku kini terbuka lebar dihadapanku. Kakiku dengan mantap melangkah berusaha meninggalkan tempat yang sejak 4 tahun lalu menjadi tempat aku hidup. Rumah tahanan Gwangju. Ketika kakiku melangkah melewati gerbang yang menjulang tinggi itu, aku dapat merasakan perasaanku tak menentu. Aku sangat senang karena akhirnya dapat menjalani hidupku lagi namun aku juga marah dan kecewa karena sesuatu yang selalu menggangu hidupku akan datang lagi ketika aku mulai keluar dari tempat ini. Aku menarik nafas dalam dalam mencoba mengeluarkan semua perasaan yang kini ada dihatiku.
“AAAHHHHHH!!!!”sambil menggenggam tempat bawaan barangku aku berteriak sekuat yang aku bisa, sekencang yang aku mampu untuk melepaskan semuanya. Semua bebanku. Semua perasaan yang membuatku ingin meledak
“Kim Jaejoong” panggil seseorang yang baru saja kutemui itu
Aku membalikkan kepalaku untuk menatap pria tua itu. Dan menatapnya dengan sinis.
Aku mengalihkan pandanganku kembali kedepan ketika aku melihat dia berusaha mendekatiku dan mensejajarkan tubuhnya denganku. Kini dapat kurasakan tubuhnya berdiri disebelah tubuhku
“Jaejoong-a” panggilnya lagi dengan sebutan yang berbeda
“Jangan panggil aku dengan sebutan seperti itu” ucapku merasa muak saat ia memanggilku dengan panggilan seperti itu
“Kenapa?” kata pria itu “Bagaimanapun juga kau keponakanku iya kan?” lanjutnya
Aku diam sejenak. Keponakan? Apa iya dia masih menganggapku keponakannya? Bukankah aku yang telah membuat anaknya terbunuh? Bahkan ia hampir membunuhku juga saat dipengadilan. Kini dengan mudahnya ia menyebut aku keponakannya? Ada apa dengan pak tua ini?
“Hmmpphh, kau yakin dengan ucapanmu? Bukan karena kau ingin membunuhku setelah aku keluar dari tempat ini bukan?” kataku menjawab pertanyaannya
Dapat kulihat matanya terbuka lebar dan menatapku tidak percayanamun sejenak tatapan itu berganti menjadi tatapan dingin.
“Aku ingin sekali melakukan itu” kata Tuan Park
Senyum sinis menghiasi wajahku saat aku mendengar hal itu dari mulutnya.
“Tapi itu hanya membuang waktuku” katanya lagi
Kuhadapkan wajahku dan memandang wajahnya. Apa-apaan maksudnya ini?
“Membunuhmu takkan mengembalikkan anakku” jawabnya sambil memandang langit
“Tak kusangka kau akan mengatakkan itu setelah apa yang kulakukan” kataku sinis
“Aku hanya ingat. Dia. Yoochun. Dia sangat menyayangimu Jaejoong-a” katanya lagi
Sakit. Hatiku sakit. Sangat sesak mendengar namanya kembali berngiang di telingaku. Jantungku  berdetak dengan kencang dan dapat kurasakan genggamanku pada tempat barang yang kubawa kini semakin kencang. Kini nama itu hanya mengingatkanku pada kejadian malam itu.
Flash back :
“Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi!!” aku berteriak frustasi sambil memegang stir
Mobil yang menampungku didalamnya kini tengah dalam kecepatan tertinggi berusaha menabrak mobil yang sedang melaju dari arah sebaliknya.
“Tidak akan!” kataku sambil memukul stir
Mataku menangkap sekilas wajah Yoochun yang tengah tersenyum memandang kearah sebelahnya dan tampak tak memperhatikan jalan didepannya.
“Yoochun-a!!” aku berusaha melajukan mobil yang kukendarai agar tidak sampai menabrak mobil yang tengah dikendarai Yoochun
Terlihat mobil yang dikendarai Yoochun mulai berbelok menghindari mobilku dengan kecepatan tak beraturan dan membuat mobil itu jatuh ke dalam jurang disebelahnya. Akupun mengerem dengan cepat saat melihat sebuah pohon kini sejajar dengan arah stirku. Aku memandang ke arah kaca spion lalu yang kulihat sebuah asap yang meluap keluar dari bawah lubang itu.
“Aku.. membunuh mereka??”
End Flash Back
“Apa kau menyesal melakukan itu, Jaejoong-a?” tanyanya padaku
Aku hanya tersenyum sinis menanggapi pertanyaannya dan membawa kakiku beranjak pergi
 “Jika kau punya hati, tentu kau tau jawabanku Ahjushi” kataku sebelum meninggalkannya
Kakiku melangkah pergi dan meninggalkan pak tua itu dibelakangku. Dapat kulihat tatapannya yang begitu membenciku. Sangat membenciku. Tentu saja aku menyesal tapi, ada satu hal yang kau, dan orang lain takkan pernah ketahui Tuan Park. Takkan pernah.
End Jaejoong POV
“Kau tak ingin bertemu dengannya?” perkataan Tuan Park membuat Jaejoong berhenti sejenak
“Siapa?” Jaejoong bertanya tanpa mengalihkan wajahnya pada Tuan Park. Ia tau jelas siapa yang Tuan Park maksud. Orang yang bersama Yoochun pada saat kecelakaan itu terjadi. Orang yang berhasil membuat Jaejoong melupakan akal sehatnya. Orang yang selalu ia khawatirkan selama 4 tahun dipenjara.
“Han Shin Di. Kau tidak ingin melihatnya?” jawab Tuan Park
Benar. Han Shin Di. Yeoja yang membuatnya melakukan hal gila malam itu. Yeoja yang selalu ia khawatirkan keadaannya selama ia terkurung dalam penjara. Yeoja yang selalu akan ia cintai. Han Shin Di.
Akhirnya Jaejoong mengalihkan pandangannya dan memandang Tuan Park tepat ke matanya. Terlihat jelas ada sebuah kerinduan dalam tatapan mata Jaejoong.

***
            Seorang Yeoja kini tengah duduk diberanda rumahnya sambil menutup matanya merasakan hembusan angin diwajahnya. CCIIITT!! Terdengar suara mobil mengerem tepat diseberang tempat ia duduk. Dapat ia rasakan hawa seseorang yang kian mendekat dengan tepatnya kini duduk ‘menatap’ pantai
“Ahjushi kau sudah pulang?” kata Yeoja itu lembut
“Iya Shin Di-a, aku pulang” kata Tuan Park sambil tersenyum lemah
“Eh tumben cepat sekali?” kata yeoja bernama Shin Di itu
“Iya, aku tadi hanya...menjemput seseorang” Kata Tuan Park
Yeoja yang dipanggil Shin Di itupun bangkit berdiri seraya mengambil tongkat yang ada didekatnya. Iapun berbalik dan mengarahkan tongkatnya kesana kemari meyakinkan dirinya ia tidak akan menabrak sesuatu. Ya, Han Shin Di wanita yang kehilangan pengelihatannya sejak kecelakannya dengan Yoochun saat ini berada dihadapan Jeajoong. Kini sekalipun ia mengarahkan wajahnya kelaut. Ia tidak benar-benar menatapnya. TUKK! Tongkatnya kini menyentuh sepasang kaki yang yang berdiri tepat dihadapannya.
“Siapa ahjushi?” tanya Shin Di kepada orang didepannya sambil tersenyum
“Aku” kata Jaejoong pelan
Senyum diwajah Shin Di perlahan memudar dan berganti menjadi air wajah yang marah. Ia hafal suara itu. Ia benar-benar hafal suara yang ia dengar tepat didepan wajahnya. Suara namja yang merebut kebahagiaannya.
PLAK!!! Sebuah tamparan telak mengenai wajah mulus Jaejoong
“Kau, Kim Jae Joong?!!” kata Shin Di penuh amarah
Jaejoong merasakan pipinya panas dan memerah atas perbuatan Shin Di.
“Ya, aku, Kim Jae Joong” kata Jaejoong lagi
PLAK!! Tamparan berhasil mendarat dipipi satu lagi milik Jaejoong. Kini Jaejoong merasakan kedua pipinya benar-benar panas akibat perbuatan Shin Di. Jaejoong memegangi pipi satunya yang baru saja ditampar dan memandang Shin Di. Terlihat air mata meluncur mulus dari mata Shin Di.
Jaejoong POV :
Kini aku berada di mobil Tuan Park. Aku memutuskan untuk melihatnya. Ia tinggal dirumahku ah rumah kami. Aku dan Yoochunlah yang membelinya dulu. Kini aku mencoba mepersiapkan diriku melihat wanita yang selalu terngiang dipikiranku. Han Shin Di. Tau kah kau betapa aku merindukkanmu?? Apakah kau masih mau melihatku??
CCIITT!!! Mobil Tuan Park berhenti di halaman rumah ini. Ia mengajakku untuk turun dan mengikutinya kemana ia pergi. Akhirnya kami masuk kedalam rumah sederhana yang indah itu.
Aku mendapati seseorang yang sedang duduk di beranda rumah itu dengan menggunakan baju terusan putih dengan rambut panjangnya terurai indah.
“Ahjushi kau sudah pulang?” katanya lembut
Hatiku hanyut dan sangat rindu dengan suara yeoja ini. Yeoja yang benar-benar kurindukan.
“Shin Di-a.. aku sangat merindukkanmu” kataku dalam hati
 “Iya Shin Di-a, aku pulang” kata Tuan Park sambil tersenyum lemah
Aku hanya berdiri disamping Tuan Park terdiam memandangi Shin Di yang tampaknya masih sangat menikmati pemandangan didepannya
“Eh tumben cepat sekali?” tanyanya lagi
Semakin kudengar suaranya semakin aku sangat merindukkannya. Bila boleh, aku ingin mendekapnya seerat mungkin dan meminta maaf sebesar-besarnya.
“Iya, aku tadi hanya...menjemput seseorang” Kata Tuan Park
Kulihat Shin Di mulai beranjak dari tempatnya duduk dan mencoba meraih sesuatu disisinya. Apa yang berusaha ia raih?? Sebuah tongkat?? Sejenak saat aku mulai berfikir, dan aku mulai menyadari satu hal
Mataku membulat dan tak percaya dengan apa yang kulihat sekarang. Aku menyadari yeoja yang kucintai kini tidak dapat melihatku lagi. Ia buta. Dan ini karena aku.
Aku melihatnya menggerakkan tongkat itu kesana kemari seakan membuat ia yakin ia tidak akan menabrak sesuatu, lalu dapat kurasakan tongkat itu menyentuh kakiku. Aku menatapnya. Tepat didepan wajahku. Wajahnya yang polos dan ceria masih tampak sama bagiku hanya  saja.. sinar matanya.. kini sudah menghilang.
“Siapa ahjushi?” tanyanya tersenyum kearahku
Omo, betapa aku sangat merindukkan senyum itu. Aku benar-benar ingin memeluknya. Tapi, apakah ia akan menampakkan senyum itu jika ia tau aku ada disini??
“Aku” kataku pelan didekat wajahnya
Dapat kulihat senyum diwajahnya memudar dan berganti menjadi raut muka penuh kemarahan. Ternyata ia masih mengenali suaraku. PLAKK!!
Sebuah tamparan mendarat dipipi kananku. Sakit. Rasanya sangat sakit dan panas terasa begitu menyengat pipiku.
“Kau, Kim Jae Joong??!!” katanya sedikit menaikkan suaranya padaku
Aku menatap wajahnya. Wajah penuh amarahnya. Kini aku menyadari satu hal. Dia membenciku
“Ya, aku, Kim Jae Joong” kataku menjawab kata-katanya
PLAK!! Tamparan terasa menyengat dipipiku yang sebelah kiri. Kini kedua pipiku benar benar panas. Tapi tidak sepanas hatiku yang menyadari orang yang kucintai membenciku. Aku memegangi pipi kiriku dan mencoba menghadap kewajahnya. Air mata terlihat meluncur dengan mulus dipipinya. Hati terkoyak melihat pemandangan didepanku.
“Shin Di-a...mianhe” kataku dalam hati
End Jaejoong POV
Shin Di POV
Aku mendengarnya, mendengar suaranya lagi, laki-laki yang kubenci, laki-laki yang merebut Yoochun dariku, yang sudah merebut sinar mataku. Kim Jaejoong. 2 kali sudah aku menamparnya. Jika boleh aku ingin menamparnya terus! Terus! Terus! Hingga ia merasakan sakit yang aku rasakan selama 4 tahun ini tanpa Yoochun. Tapi, sekalipun aku menamparnya hingga wajah mulusnya itu hancur, apakah itu akan mengembalikan Yoochun?? Apakah itu dapat membuat mataku melihat lagi???
Air mata mengalir mulus dipipiku dan dapat kurasakan jantungku berdetak kencang. Aku membencinya. Aku benci padamu Kim Jae Joong!!
“Apa yang kau lakukan disini?! Bukankah seharusnya kau masih dipenjara??” kataku sinis
“Aku bebas” katanya singkat
“M..m..mwo??!!” kataku tak percaya
Dia bebas? Dia sudah bebas??? bukankah masih 1 tahun lagi??!! Apa apaan ini??
“Aku bebas bersyarat” kata pria itu lagi
“Eh?? Wae??” tanyaku tak percaya
“Dia berkelakuan baik selama dirumah tahanan Shin Di-a” perkataan ahjushi mengagetkanku.
“Mwo??!!”teriakku tak percaya
End Shin Di POV

“Kau tidak menyukai hal itu?” tanya Jaejoong pada Shin Di
“Apa kau tidak punya hati? Tentu saja aku tidak menyukainya!” kata Shin Di pada Jaejoong dengan amarah yang besar
“Sudah, sudah! Jeajoong-a sebaiknya kita pergi” kata Tuan Park mencoba menarik tangan Jeajoong
“Tidak” kata Jaejoong datar menghiraukan tangan Tuan Park
“Apa lagi yang kau inginkan?? Membunuhku?” kata Shin Di ketus
Jaejoong dapat merasakan hatinya begitu terkoyak dengan perkataan Shin Di. Ia memegangi dadanya yang terasa sakit kala itu. Tuan Park memperhatikan tingkah Jaejoong
“Apa hanya itu yang dapat kau fikir tentangku?” tanya Jaejoong menahan sakit dihatinya
“Yah! Apa lagi yang bisa kufikirkan selain itu jika kau yang ada didepanku!” Kata Shin Di menaikkan suaranya
“Aku tidak akan membunuhmu!!” Kata Jaejoong mendekatkan tubuhnya pada Shin Di
 “Lalu apa maumu?” Shin Di bertanya balik
Hening. Jaejoong tidak menjawab pertanyaan Shin Di kala itu. Ia hanya memusatkan wajahnya kepada wajah Shin Di dan berusaha menatap yeoja didepannya dan menelitinya satu persatu.
“Hidungmu” kata Jaejoong dalam hati
“Bibirmu” kata Jaejoong lagi masih memperhatikkan Shin Di dan mencoba mengenang wajah dihadapannya
“Suaramu” mata Jaejoong tertutup sejenak saat ia berusaha mengingat suara Shin Di
“Semua masih sama Shin Di-a” kata Jaejoong masih menutup matanya
Perlahan ia membuka matanya dan memandang pada satu titik yang ia paling rindukan.
“Hanya satu yang berubah”
Jaejoong memandang bola mata itu dengan seksama dan dalam
“Sinar itu menghilang dari matamu”
Jaejoong menggenggam tangan Shin Di dan mencengkramnya kuat “Aku akan membuatmu memaafkanku, Shin Di-a” kata Jaejoong dalam hati yang takkan pernah didengar oleh Shin Di “karena aku tidak sepenuhnya bersalah” Jaejoong meyakinkan hatinya
***
“Aku ingin tinggal disini” jawab Jaejoong mengagetkan Shin Di dan Tuan Park
“MWOO??!! Tidak! Aku tidak mau kau ada disini!” Shin Di menghempaskan tangan Jaejoong dan mendorongnya mundur
“Kenapa kau tidak mau?” Jaejoong bertanya pada Shin Di
“Yah! Karena kau adalah orang yang paling kubenci saat ini Kim Jaejoong!! Dan hanya kau orang yang akan kubenci selamanya!!” Jawab Shin Di telak membuat luka dihati Jaejoong
“Apa sebesar itu bencimu padaku?” tanya Jaejoong
“Ya, besar! Sangat besar! Aku sangat membencimu Jaejoong!!” jawab Shin Di menunjuk kearah muka Jaejoong
“Oh, aku mengerti” jawab Jaejoong
“Bagus, kalau kau mengerti tinggalkan tempat ini sekarang!” kata Shin Di mengubah arah tangannya dan menunjuk kearah pintu yang ada dibelakang Jaejoong
“Tidak mau” Jawab Jaejoong
“Apa??” kata Shin Di shock
“Aku ingin tinggal disini” kata Jaejoong “Ini juga masih rumahku, Shin Di-a” lanjutnya
PLAKK!! Tamparan mendarat dipipi Jaejoong lagi
“Jangan panggil namaku dengan mulutmu itu” kata Shin Di
 “Aku mengerti kau sangat membenciku, aku tau kau sangat ingin aku pergi darisini, namun bagaimanapun ini masih rumahku, dan kini aku orang bebas, aku bisa memilih tinggal dimanapun aku mau, Han Shin Di” jawab Jaejoong dingin kepada Shin Di
Shin Di dapat merasakan amarahnya pada Jaejoong. Ia menahan tangannya untuk tidak menampar Jaejoong lagi. Bagaimanapun tangannya juga merasakan sakit yang amat sangat saat bergesekan dengan pipi Jaejoong. Dengan semua kesabaran yang ia punya, ia menahan amrahnya yang masih membara pada Jaejoong dan mengalah.
“Arraso” kata Shin Di membuat pemilik mata coklat dihadapannya membulatkan matanya
“Eh?”
“Tinggalah disini semaumu” jawab Shin Di
“Eh?” Jaejoong berusaha menahan senyum diwajahnya saat Shin Di mengatakan itu.
“Tapi jangan harap aku mau satu atap dengan pembunuh sepertimu”
DEGG!! Perkataan Shin Di serasa membuat kebahagiaan dan pikiran pikiran bahagia Jaejoong kini hancur menjadi berkeping keping. Senyum yang tadinya akan terkembang diwajah Jaejoong kini menjadi air wajah yang menunjukkan raut kecewa
“Shin Di-a?” Tuan Park tak kalah kaget dengan perkataan Shin Di
“Ahjushi, biarkan saja Jaejoong tinggal disini, tapi aku akan mencari tempat lain untuk aku tinggal” Shin Di berusaha berbalik dan meninggalkan mereka
“Shin Di-a, jangan seperti itu, 4 tahun sudah kau tinggal disini dan aku sudah menganggapmu anakku. Setidaknya kau menjadi anak perempuan yang kuinginkan dalam hidupku” kata Tuan Park berusaha menahan Shin Di
“Maafkan aku Ahjushi, aku tidak mau tinggal satu atap dengan seorang pembunuh” perkataan Shin Di berhasil membuat pertahanan Jaejoong runtuh seketika
Air mata kini sudah mulai terkumpul disudut matanya dan bersiap untuk mengalir.
“Aku bukan pembunuh” kata Jaejoong menahan air mata yang sebentar lagi akan melesat indah menuju lantai
“Oh ya?” Shin Di menghentikan langkahnya sejenak
“Aku bukan seperti yang kau dan orang orang pikir” kata Jaejoong lagi masih dengan kumpulan air mata yang memenuhi pelupuk matanya
Shin Di membalikan badannya lagi berusaha menghadap Jaejoong walau dengan arah yang sedikit melenceng.
“Aku tidak pernah berniat membunuh Yoochun” air mata itu masih terus tergenang di pelupuk mata Jaejoong
Shin Di masih diam dalam keadaannya yang berusaha menghadap Jaejoong. Raut wajah marah dan kecewa tampak jelas diwajah Shin Di
“Lalu kenapa kau melakukan itu?” tanya Shin Di
“Aku tidak pernah berniat melakukan itu” kini air mata Jaejoong sudah tidak dapat ditampung lagi, dengan mudahnya air mata itu melesat indah melewati pipi Jaejoong dan jatuh menghantam lantai
“Lalu kenapa kau malah melakukannya?!!” Shin Di sedikit menaikkan suaranya. Air matanya pun mengalir mulus diwajahnya
“Aku tidak melakukannya! Ini semua salah paham!” jawab Jaejoong ikut menaikkan suaranya dan masih menahan perasaannya
“Salah paham?? Yah! Apa maksudmu??” Shin Di bertanya dengan nada yang bingung seirama dengan wajahnya yang menampakkan kebingungan
“Ini semua bukan sepenuhnya salahku! Ini semua karena...”
“Ahjushi” perkataan seseorang membuat Jaejoong tidak dapat menyelesaikan kata katanya
Ia membalikan wajahnya berusaha menatap siapa orang yang mengganggu penjelesannya. Mata Jaejoong membulat melihat orang yang wajahnya familiar dihadapannya. Wajah Jaejoong yang tadinya nampak lemah dan meminta pengampunan kini berubah menjadi sosok Jaejoong yang penuh amarah, benci dan geram. Ia mengepalkan tangannya sambil memandang orang yang kini tengah menatapnya tak kalah kaget dengannya.
“Kaa..ka..u.??” kata orang dihadapannya itu gugup
Jaejoong masih menatap benci namja yang ada dihadapannya dengan perasaan yang meluap luap. Jika boleh ia ingin langsung menghampiri orang itu dan memukulnya dengan tangannya hingga ia babak belur. Kini Jaejoong sudah membalikkan badannya dan menatap namja dihadapnya dengan tatapan yang tertajam yang pernah ia buat.
“Hai apa kabar..” Jaejoong memperlihatkan tatapan mematikan itu sambil mengembangkan senyum tersinis yang ia punya “Jung Yunho” lanjutnya
Namja yang ia tatap itupun tak kalah memperlihatkan tatapan mata yang tajam pada Jaejoong.  Senyum sinis mengembang diwajahnya yang mungil itu.
“Lama tak bertemu .. Kim Jaejoong” kata namja bernama Jung Yunho itu menanggapi pertanyaan Jaejoong  
TBC

Tidak ada komentar: