Author: Cindy Ayu S.
Rate: PG15
Ini karya asli hasil author dan tidak ada menyontek sedikitpun, apabila ada kesamaan dengan ff lain itu tidak disengaja.
***
Chapeter 1 :
Freedom
Matahari tampak begitu cerah siang
itu. Cahayanya yang begitu hangat tak pelak membuat keringat mengalir deras
dari wajah namja yang kini tengah duduk mengistirahatkan dirinya setelah
seharian bekerja menghancurkan batu yang kini telah menjadi kepingan itu.
“Kim
Jaejoong”
Merasa
dirinya dipanggil, sang namja memutarkan badannya menuju ke arah suara.
“Ya?”
katanya kemudian
“Ikut dengan
kami” kata namja lain yang memakai seragam berwarna biru itu
Jaejoong
kemudian bangkit berdiri hendak meninggalkan tempatnya beristirahat tadi.
Langkahnya terasa begitu berat karena sebuah rantai dengan beban besi yang
terpasang dikakinya.
Jaejoong
dibawa kesebuah ruangan yang sempit dan tertutup oleh namja berseragam tadi dan
didudukkan pada sebuah kursi dengan posisi menghadap seorang namja lain yang
kini berdiri didepannya.
“Kim
Jaejoong” kata namja lain yang sudah berusia lanjut yang berpakaian rapi dengan
jas hitam yang dipakainya saat ini
“Tuan Park”
sahut Jaejoong sambil menundukan wajahnya enggan menatap namja yang ia panggil Tuan
Park itu
“Apa
kabarmu?” tanya Tuan Park berbasa-basi
“Apa kau tak
punya mata?” jawab Jaejoong tidak minat menanggapi perkataan Tuan Park
“Yah! Aku
bertanya baik-baik!” Tuan Park mulai tersulut emosi atas tingkah Jaejoong
“Yah! Kau
punya mata kan? Apa kau tidak bisa melihat diriku baik baik saja?” Jaejoong
kini mulai mengadahkan kepalanya dan menatap pria tua itu dengan tatapan kesal
Tuan Park geram
dengan sikap Jaejoong ini dan mulai merasakan tubuhnya berubah menjadi panas.
Dengan segenap kesabaran yang ia punya ia mencoba menghadapi sikap Jaejoong
yang tampak tidak sopan dimatanya.
“Yah, aku
dapat melihatnya. Maafkan aku” kata Tuan Park kemudian
“Apa maumu?”
tanya Jaejoong sambil kembali menundukkan wajahnya
“Bereskan
barang barangmu” jawab Tuan Park
“Kenapa kau
mau aku melakukan itu?” tanya Jaejoong lagi
“Kau sudah
bebas” jawab Tuan Park
Keadaan
menjadi hening untuk waktu yang lama. Terasa desiran aliran darah Jaejoong yang
mengalir dengan cepat. Jantung Jaejoong berdetak dengan cepat sehingga tak
dapat ia kontrol lagi. Urat urat matanya mencuat sehingga membuat pemilik mata
coklat itu membuka matanya lebar-lebar seakan tak percaya. Kepala Jaejoong
perlahan mengadah menghadap Tuan Park seakan tak percaya dengan apa yang baru
saja dikatakan pria tua dihadapannya itu. Matanya melebar seperti
mempertanyakan apa yang baru saja ia dengar itu nyata.
“Aaa.. a..
apa?” tanya Jaejoong meyakinkan pendengarannya tidak salah
“Kau bebas.
Kau bebas bersyarat. Kau boleh meninggalkan tempat ini” jawab Tuan Park memperjelas
perkataannya
“A..a..”
mulut Jaejoong kini tak mau menutup seakan ingin menjatuhkan berbagai macam
paertanyaan kepada Tuan Park namun tidak tau mulai darimana
“Akan
kujelaskan segalanya padamu setelah kita meninggalkan tempat busuk ini” kata Tuan
Park seraya memandang sinis kesegala penjuru ruangan tempat ia berdiri
Jaejoong
menundukkan kembali kepalanya dengan berbagai macam perasaan yang kini terasa
di dalam tubuhnya. Senang, tak percaya, marah, kecewa, apapun yang selalu ia
rasakan selama 4 tahun ini kini meluap secara bersamaan membuat tubuh Jaejoong
ingin meledak.
“Beri aku
waktu 15 menit” jawab Jaejoong datar
***
Matahari. Kini jaejoong dapat benar
benar merasakan cahaya itu dengan perasaan yang berbeda dengan sudut pandang
yang berbeda dan juga dengan status yang berbeda. Tahanan Kim Jaejoong kini
telah menjadi pria bebas yang dapat menghirup udara sesukanya, yang dapat
berlari sepuasnya, yang dapat berteriak sekuat kuatnya, kini ia bukan lagi
narapidana di rumah tahanan terkutuk itu. Kini ia adalah pria bebas. Tahanan
Kim Jaejoong sudah tidak akan pernah ada lagi. Yang ada hanya Kim Jaejoong. Ya,
Kim Jaejoong.
***
Jaejoong
POV:
Mataku terpaku begitu melihat
gerbang pembatas yang selalu menjadi pengahalang hidupku dan kebebasanku kini
terbuka lebar dihadapanku. Kakiku dengan mantap melangkah berusaha meninggalkan
tempat yang sejak 4 tahun lalu menjadi tempat aku hidup. Rumah tahanan Gwangju.
Ketika kakiku melangkah melewati gerbang yang menjulang tinggi itu, aku dapat
merasakan perasaanku tak menentu. Aku sangat senang karena akhirnya dapat
menjalani hidupku lagi namun aku juga marah dan kecewa karena sesuatu yang
selalu menggangu hidupku akan datang lagi ketika aku mulai keluar dari tempat
ini. Aku menarik nafas dalam dalam mencoba mengeluarkan semua perasaan yang
kini ada dihatiku.
“AAAHHHHHH!!!!”sambil
menggenggam tempat bawaan barangku aku berteriak sekuat yang aku bisa,
sekencang yang aku mampu untuk melepaskan semuanya. Semua bebanku. Semua
perasaan yang membuatku ingin meledak
“Kim
Jaejoong” panggil seseorang yang baru saja kutemui itu
Aku
membalikkan kepalaku untuk menatap pria tua itu. Dan menatapnya dengan sinis.
Aku
mengalihkan pandanganku kembali kedepan ketika aku melihat dia berusaha
mendekatiku dan mensejajarkan tubuhnya denganku. Kini dapat kurasakan tubuhnya
berdiri disebelah tubuhku
“Jaejoong-a”
panggilnya lagi dengan sebutan yang berbeda
“Jangan
panggil aku dengan sebutan seperti itu” ucapku merasa muak saat ia memanggilku
dengan panggilan seperti itu
“Kenapa?”
kata pria itu “Bagaimanapun juga kau keponakanku iya kan?” lanjutnya
Aku diam
sejenak. Keponakan? Apa iya dia masih menganggapku keponakannya? Bukankah aku
yang telah membuat anaknya terbunuh? Bahkan ia hampir membunuhku juga saat
dipengadilan. Kini dengan mudahnya ia menyebut aku keponakannya? Ada apa dengan
pak tua ini?
“Hmmpphh,
kau yakin dengan ucapanmu? Bukan karena kau ingin membunuhku setelah aku keluar
dari tempat ini bukan?” kataku menjawab pertanyaannya
Dapat
kulihat matanya terbuka lebar dan menatapku tidak percayanamun sejenak tatapan
itu berganti menjadi tatapan dingin.
“Aku ingin
sekali melakukan itu” kata Tuan Park
Senyum sinis
menghiasi wajahku saat aku mendengar hal itu dari mulutnya.
“Tapi itu
hanya membuang waktuku” katanya lagi
Kuhadapkan
wajahku dan memandang wajahnya. Apa-apaan maksudnya ini?
“Membunuhmu
takkan mengembalikkan anakku” jawabnya sambil memandang langit
“Tak
kusangka kau akan mengatakkan itu setelah apa yang kulakukan” kataku sinis
“Aku hanya
ingat. Dia. Yoochun. Dia sangat menyayangimu Jaejoong-a” katanya lagi
Sakit. Hatiku
sakit. Sangat sesak mendengar namanya kembali berngiang di telingaku.
Jantungku berdetak dengan kencang dan
dapat kurasakan genggamanku pada tempat barang yang kubawa kini semakin kencang.
Kini nama itu hanya mengingatkanku pada kejadian malam itu.
Flash back :
“Aku tidak
akan membiarkan hal itu terjadi!!” aku berteriak frustasi sambil memegang stir
Mobil yang
menampungku didalamnya kini tengah dalam kecepatan tertinggi berusaha menabrak
mobil yang sedang melaju dari arah sebaliknya.
“Tidak
akan!” kataku sambil memukul stir
Mataku
menangkap sekilas wajah Yoochun yang tengah tersenyum memandang kearah
sebelahnya dan tampak tak memperhatikan jalan didepannya.
“Yoochun-a!!”
aku berusaha melajukan mobil yang kukendarai agar tidak sampai menabrak mobil
yang tengah dikendarai Yoochun
Terlihat
mobil yang dikendarai Yoochun mulai berbelok menghindari mobilku dengan
kecepatan tak beraturan dan membuat mobil itu jatuh ke dalam jurang
disebelahnya. Akupun mengerem dengan cepat saat melihat sebuah pohon kini
sejajar dengan arah stirku. Aku memandang ke arah kaca spion lalu yang kulihat
sebuah asap yang meluap keluar dari bawah lubang itu.
“Aku..
membunuh mereka??”
End Flash
Back
“Apa kau
menyesal melakukan itu, Jaejoong-a?” tanyanya padaku
Aku hanya
tersenyum sinis menanggapi pertanyaannya dan membawa kakiku beranjak pergi
“Jika kau punya hati, tentu kau tau jawabanku
Ahjushi” kataku sebelum meninggalkannya
Kakiku
melangkah pergi dan meninggalkan pak tua itu dibelakangku. Dapat kulihat
tatapannya yang begitu membenciku. Sangat membenciku. Tentu saja aku menyesal
tapi, ada satu hal yang kau, dan orang lain takkan pernah ketahui Tuan Park.
Takkan pernah.
End Jaejoong
POV
“Kau tak
ingin bertemu dengannya?” perkataan Tuan Park membuat Jaejoong berhenti sejenak
“Siapa?”
Jaejoong bertanya tanpa mengalihkan wajahnya pada Tuan Park. Ia tau jelas siapa
yang Tuan Park maksud. Orang yang bersama Yoochun pada saat kecelakaan itu
terjadi. Orang yang berhasil membuat Jaejoong melupakan akal sehatnya. Orang
yang selalu ia khawatirkan selama 4 tahun dipenjara.
“Han Shin
Di. Kau tidak ingin melihatnya?” jawab Tuan Park
Benar. Han
Shin Di. Yeoja yang membuatnya melakukan hal gila malam itu. Yeoja yang selalu
ia khawatirkan keadaannya selama ia terkurung dalam penjara. Yeoja yang selalu
akan ia cintai. Han Shin Di.
Akhirnya
Jaejoong mengalihkan pandangannya dan memandang Tuan Park tepat ke matanya.
Terlihat jelas ada sebuah kerinduan dalam tatapan mata Jaejoong.
***
Seorang Yeoja kini tengah duduk
diberanda rumahnya sambil menutup matanya merasakan hembusan angin diwajahnya.
CCIIITT!! Terdengar suara mobil mengerem tepat diseberang tempat ia duduk.
Dapat ia rasakan hawa seseorang yang kian mendekat dengan tepatnya kini duduk ‘menatap’
pantai
“Ahjushi kau
sudah pulang?” kata Yeoja itu lembut
“Iya Shin
Di-a, aku pulang” kata Tuan Park sambil tersenyum lemah
“Eh tumben
cepat sekali?” kata yeoja bernama Shin Di itu
“Iya, aku
tadi hanya...menjemput seseorang” Kata Tuan Park
Yeoja yang
dipanggil Shin Di itupun bangkit berdiri seraya mengambil tongkat yang ada
didekatnya. Iapun berbalik dan mengarahkan tongkatnya kesana kemari meyakinkan
dirinya ia tidak akan menabrak sesuatu. Ya, Han Shin Di wanita yang kehilangan
pengelihatannya sejak kecelakannya dengan Yoochun saat ini berada dihadapan
Jeajoong. Kini sekalipun ia mengarahkan wajahnya kelaut. Ia tidak benar-benar
menatapnya. TUKK! Tongkatnya kini menyentuh sepasang kaki yang yang berdiri
tepat dihadapannya.
“Siapa
ahjushi?” tanya Shin Di kepada orang didepannya sambil tersenyum
“Aku” kata
Jaejoong pelan
Senyum
diwajah Shin Di perlahan memudar dan berganti menjadi air wajah yang marah. Ia
hafal suara itu. Ia benar-benar hafal suara yang ia dengar tepat didepan
wajahnya. Suara namja yang merebut kebahagiaannya.
PLAK!!!
Sebuah tamparan telak mengenai wajah mulus Jaejoong
“Kau, Kim
Jae Joong?!!” kata Shin Di penuh amarah
Jaejoong
merasakan pipinya panas dan memerah atas perbuatan Shin Di.
“Ya, aku,
Kim Jae Joong” kata Jaejoong lagi
PLAK!!
Tamparan berhasil mendarat dipipi satu lagi milik Jaejoong. Kini Jaejoong
merasakan kedua pipinya benar-benar panas akibat perbuatan Shin Di. Jaejoong
memegangi pipi satunya yang baru saja ditampar dan memandang Shin Di. Terlihat
air mata meluncur mulus dari mata Shin Di.
Jaejoong POV
:
Kini aku
berada di mobil Tuan Park. Aku memutuskan untuk melihatnya. Ia tinggal dirumahku
ah rumah kami. Aku dan Yoochunlah yang membelinya dulu. Kini aku mencoba
mepersiapkan diriku melihat wanita yang selalu terngiang dipikiranku. Han Shin
Di. Tau kah kau betapa aku merindukkanmu?? Apakah kau masih mau melihatku??
CCIITT!!!
Mobil Tuan Park berhenti di halaman rumah ini. Ia mengajakku untuk turun dan
mengikutinya kemana ia pergi. Akhirnya kami masuk kedalam rumah sederhana yang
indah itu.
Aku
mendapati seseorang yang sedang duduk di beranda rumah itu dengan menggunakan
baju terusan putih dengan rambut panjangnya terurai indah.
“Ahjushi kau
sudah pulang?” katanya lembut
Hatiku
hanyut dan sangat rindu dengan suara yeoja ini. Yeoja yang benar-benar
kurindukan.
“Shin Di-a..
aku sangat merindukkanmu” kataku dalam hati
“Iya Shin Di-a, aku pulang” kata Tuan Park sambil
tersenyum lemah
Aku hanya
berdiri disamping Tuan Park terdiam memandangi Shin Di yang tampaknya masih
sangat menikmati pemandangan didepannya
“Eh tumben
cepat sekali?” tanyanya lagi
Semakin
kudengar suaranya semakin aku sangat merindukkannya. Bila boleh, aku ingin
mendekapnya seerat mungkin dan meminta maaf sebesar-besarnya.
“Iya, aku
tadi hanya...menjemput seseorang” Kata Tuan Park
Kulihat Shin
Di mulai beranjak dari tempatnya duduk dan mencoba meraih sesuatu disisinya.
Apa yang berusaha ia raih?? Sebuah tongkat?? Sejenak saat aku mulai berfikir,
dan aku mulai menyadari satu hal
Mataku
membulat dan tak percaya dengan apa yang kulihat sekarang. Aku menyadari yeoja
yang kucintai kini tidak dapat melihatku lagi. Ia buta. Dan ini karena aku.
Aku
melihatnya menggerakkan tongkat itu kesana kemari seakan membuat ia yakin ia
tidak akan menabrak sesuatu, lalu dapat kurasakan tongkat itu menyentuh kakiku.
Aku menatapnya. Tepat didepan wajahku. Wajahnya yang polos dan ceria masih
tampak sama bagiku hanya saja.. sinar
matanya.. kini sudah menghilang.
“Siapa
ahjushi?” tanyanya tersenyum kearahku
Omo, betapa
aku sangat merindukkan senyum itu. Aku benar-benar ingin memeluknya. Tapi,
apakah ia akan menampakkan senyum itu jika ia tau aku ada disini??
“Aku” kataku
pelan didekat wajahnya
Dapat
kulihat senyum diwajahnya memudar dan berganti menjadi raut muka penuh
kemarahan. Ternyata ia masih mengenali suaraku. PLAKK!!
Sebuah
tamparan mendarat dipipi kananku. Sakit. Rasanya sangat sakit dan panas terasa
begitu menyengat pipiku.
“Kau, Kim
Jae Joong??!!” katanya sedikit menaikkan suaranya padaku
Aku menatap
wajahnya. Wajah penuh amarahnya. Kini aku menyadari satu hal. Dia membenciku
“Ya, aku,
Kim Jae Joong” kataku menjawab kata-katanya
PLAK!!
Tamparan terasa menyengat dipipiku yang sebelah kiri. Kini kedua pipiku benar
benar panas. Tapi tidak sepanas hatiku yang menyadari orang yang kucintai
membenciku. Aku memegangi pipi kiriku dan mencoba menghadap kewajahnya. Air
mata terlihat meluncur dengan mulus dipipinya. Hati terkoyak melihat
pemandangan didepanku.
“Shin
Di-a...mianhe” kataku dalam hati
End Jaejoong
POV
Shin Di POV
Aku
mendengarnya, mendengar suaranya lagi, laki-laki yang kubenci, laki-laki yang
merebut Yoochun dariku, yang sudah merebut sinar mataku. Kim Jaejoong. 2 kali
sudah aku menamparnya. Jika boleh aku ingin menamparnya terus! Terus! Terus!
Hingga ia merasakan sakit yang aku rasakan selama 4 tahun ini tanpa Yoochun.
Tapi, sekalipun aku menamparnya hingga wajah mulusnya itu hancur, apakah itu
akan mengembalikan Yoochun?? Apakah itu dapat membuat mataku melihat lagi???
Air mata
mengalir mulus dipipiku dan dapat kurasakan jantungku berdetak kencang. Aku
membencinya. Aku benci padamu Kim Jae Joong!!
“Apa yang
kau lakukan disini?! Bukankah seharusnya kau masih dipenjara??” kataku sinis
“Aku bebas”
katanya singkat
“M..m..mwo??!!”
kataku tak percaya
Dia bebas?
Dia sudah bebas??? bukankah masih 1 tahun lagi??!! Apa apaan ini??
“Aku bebas
bersyarat” kata pria itu lagi
“Eh?? Wae??”
tanyaku tak percaya
“Dia
berkelakuan baik selama dirumah tahanan Shin Di-a” perkataan ahjushi
mengagetkanku.
“Mwo??!!”teriakku
tak percaya
End Shin Di
POV
“Kau tidak
menyukai hal itu?” tanya Jaejoong pada Shin Di
“Apa kau
tidak punya hati? Tentu saja aku tidak menyukainya!” kata Shin Di pada Jaejoong
dengan amarah yang besar
“Sudah,
sudah! Jeajoong-a sebaiknya kita pergi” kata Tuan Park mencoba menarik tangan
Jeajoong
“Tidak” kata
Jaejoong datar menghiraukan tangan Tuan Park
“Apa lagi
yang kau inginkan?? Membunuhku?” kata Shin Di ketus
Jaejoong
dapat merasakan hatinya begitu terkoyak dengan perkataan Shin Di. Ia memegangi
dadanya yang terasa sakit kala itu. Tuan Park memperhatikan tingkah Jaejoong
“Apa hanya
itu yang dapat kau fikir tentangku?” tanya Jaejoong menahan sakit dihatinya
“Yah! Apa
lagi yang bisa kufikirkan selain itu jika kau yang ada didepanku!” Kata Shin Di
menaikkan suaranya
“Aku tidak
akan membunuhmu!!” Kata Jaejoong mendekatkan tubuhnya pada Shin Di
“Lalu apa maumu?” Shin Di bertanya balik
Hening.
Jaejoong tidak menjawab pertanyaan Shin Di kala itu. Ia hanya memusatkan
wajahnya kepada wajah Shin Di dan berusaha menatap yeoja didepannya dan
menelitinya satu persatu.
“Hidungmu”
kata Jaejoong dalam hati
“Bibirmu”
kata Jaejoong lagi masih memperhatikkan Shin Di dan mencoba mengenang wajah
dihadapannya
“Suaramu”
mata Jaejoong tertutup sejenak saat ia berusaha mengingat suara Shin Di
“Semua masih
sama Shin Di-a” kata Jaejoong masih menutup matanya
Perlahan ia
membuka matanya dan memandang pada satu titik yang ia paling rindukan.
“Hanya satu
yang berubah”
Jaejoong
memandang bola mata itu dengan seksama dan dalam
“Sinar itu
menghilang dari matamu”
Jaejoong
menggenggam tangan Shin Di dan mencengkramnya kuat “Aku akan membuatmu
memaafkanku, Shin Di-a” kata Jaejoong dalam hati yang takkan pernah didengar
oleh Shin Di “karena aku tidak sepenuhnya bersalah” Jaejoong meyakinkan hatinya
***
“Aku ingin
tinggal disini” jawab Jaejoong mengagetkan Shin Di dan Tuan Park
“MWOO??!!
Tidak! Aku tidak mau kau ada disini!” Shin Di menghempaskan tangan Jaejoong dan
mendorongnya mundur
“Kenapa kau
tidak mau?” Jaejoong bertanya pada Shin Di
“Yah! Karena
kau adalah orang yang paling kubenci saat ini Kim Jaejoong!! Dan hanya kau orang
yang akan kubenci selamanya!!” Jawab Shin Di telak membuat luka dihati Jaejoong
“Apa sebesar
itu bencimu padaku?” tanya Jaejoong
“Ya, besar!
Sangat besar! Aku sangat membencimu Jaejoong!!” jawab Shin Di menunjuk kearah
muka Jaejoong
“Oh, aku
mengerti” jawab Jaejoong
“Bagus,
kalau kau mengerti tinggalkan tempat ini sekarang!” kata Shin Di mengubah arah
tangannya dan menunjuk kearah pintu yang ada dibelakang Jaejoong
“Tidak mau”
Jawab Jaejoong
“Apa??” kata
Shin Di shock
“Aku ingin
tinggal disini” kata Jaejoong “Ini juga masih rumahku, Shin Di-a” lanjutnya
PLAKK!!
Tamparan mendarat dipipi Jaejoong lagi
“Jangan
panggil namaku dengan mulutmu itu” kata Shin Di
“Aku mengerti kau sangat membenciku, aku tau
kau sangat ingin aku pergi darisini, namun bagaimanapun ini masih rumahku, dan
kini aku orang bebas, aku bisa memilih tinggal dimanapun aku mau, Han Shin Di”
jawab Jaejoong dingin kepada Shin Di
Shin Di
dapat merasakan amarahnya pada Jaejoong. Ia menahan tangannya untuk tidak
menampar Jaejoong lagi. Bagaimanapun tangannya juga merasakan sakit yang amat
sangat saat bergesekan dengan pipi Jaejoong. Dengan semua kesabaran yang ia
punya, ia menahan amrahnya yang masih membara pada Jaejoong dan mengalah.
“Arraso”
kata Shin Di membuat pemilik mata coklat dihadapannya membulatkan matanya
“Eh?”
“Tinggalah
disini semaumu” jawab Shin Di
“Eh?”
Jaejoong berusaha menahan senyum diwajahnya saat Shin Di mengatakan itu.
“Tapi jangan
harap aku mau satu atap dengan pembunuh sepertimu”
DEGG!!
Perkataan Shin Di serasa membuat kebahagiaan dan pikiran pikiran bahagia
Jaejoong kini hancur menjadi berkeping keping. Senyum yang tadinya akan
terkembang diwajah Jaejoong kini menjadi air wajah yang menunjukkan raut kecewa
“Shin Di-a?”
Tuan Park tak kalah kaget dengan perkataan Shin Di
“Ahjushi,
biarkan saja Jaejoong tinggal disini, tapi aku akan mencari tempat lain untuk
aku tinggal” Shin Di berusaha berbalik dan meninggalkan mereka
“Shin Di-a,
jangan seperti itu, 4 tahun sudah kau tinggal disini dan aku sudah menganggapmu
anakku. Setidaknya kau menjadi anak perempuan yang kuinginkan dalam hidupku”
kata Tuan Park berusaha menahan Shin Di
“Maafkan aku
Ahjushi, aku tidak mau tinggal satu atap dengan seorang pembunuh” perkataan
Shin Di berhasil membuat pertahanan Jaejoong runtuh seketika
Air mata
kini sudah mulai terkumpul disudut matanya dan bersiap untuk mengalir.
“Aku bukan
pembunuh” kata Jaejoong menahan air mata yang sebentar lagi akan melesat indah
menuju lantai
“Oh ya?”
Shin Di menghentikan langkahnya sejenak
“Aku bukan
seperti yang kau dan orang orang pikir” kata Jaejoong lagi masih dengan
kumpulan air mata yang memenuhi pelupuk matanya
Shin Di
membalikan badannya lagi berusaha menghadap Jaejoong walau dengan arah yang
sedikit melenceng.
“Aku tidak
pernah berniat membunuh Yoochun” air mata itu masih terus tergenang di pelupuk
mata Jaejoong
Shin Di
masih diam dalam keadaannya yang berusaha menghadap Jaejoong. Raut wajah marah
dan kecewa tampak jelas diwajah Shin Di
“Lalu kenapa
kau melakukan itu?” tanya Shin Di
“Aku tidak
pernah berniat melakukan itu” kini air mata Jaejoong sudah tidak dapat
ditampung lagi, dengan mudahnya air mata itu melesat indah melewati pipi
Jaejoong dan jatuh menghantam lantai
“Lalu kenapa
kau malah melakukannya?!!” Shin Di sedikit menaikkan suaranya. Air matanya pun
mengalir mulus diwajahnya
“Aku tidak
melakukannya! Ini semua salah paham!” jawab Jaejoong ikut menaikkan suaranya
dan masih menahan perasaannya
“Salah
paham?? Yah! Apa maksudmu??” Shin Di bertanya dengan nada yang bingung seirama
dengan wajahnya yang menampakkan kebingungan
“Ini semua
bukan sepenuhnya salahku! Ini semua karena...”
“Ahjushi”
perkataan seseorang membuat Jaejoong tidak dapat menyelesaikan kata katanya
Ia
membalikan wajahnya berusaha menatap siapa orang yang mengganggu penjelesannya.
Mata Jaejoong membulat melihat orang yang wajahnya familiar dihadapannya. Wajah
Jaejoong yang tadinya nampak lemah dan meminta pengampunan kini berubah menjadi
sosok Jaejoong yang penuh amarah, benci dan geram. Ia mengepalkan tangannya sambil
memandang orang yang kini tengah menatapnya tak kalah kaget dengannya.
“Kaa..ka..u.??”
kata orang dihadapannya itu gugup
Jaejoong
masih menatap benci namja yang ada dihadapannya dengan perasaan yang meluap
luap. Jika boleh ia ingin langsung menghampiri orang itu dan memukulnya dengan tangannya
hingga ia babak belur. Kini Jaejoong sudah membalikkan badannya dan menatap
namja dihadapnya dengan tatapan yang tertajam yang pernah ia buat.
“Hai apa
kabar..” Jaejoong memperlihatkan tatapan mematikan itu sambil mengembangkan
senyum tersinis yang ia punya “Jung Yunho” lanjutnya
Namja yang
ia tatap itupun tak kalah memperlihatkan tatapan mata yang tajam pada
Jaejoong. Senyum sinis mengembang
diwajahnya yang mungil itu.
“Lama tak
bertemu .. Kim Jaejoong” kata namja bernama Jung Yunho itu menanggapi
pertanyaan Jaejoong
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar