Rabu, 25 April 2012

YunJae vs JaeMin

I made this because my head is full of this two couple and i got confused about it!
YunJaeMin (Yunho, Jaejoong, Changmin)



For the first this is a video about my YunJae.. The sweetest video I ever seen :3, i found it on Youtube.. and this video always made me smile whenever i see it!! hehe*nosebleed




Aish~ my heart is beating now haha
now watch this, this is the secret video i've been looking for so many times! haha



And this when Yunjae are Jealous. yeah, Jae jealous is cute~ but Yunho Jealous is... you know, scared :P



And This is my Soul Fighter JaeMin .. this couple always make me laugh for all time cause they always fight!! hahaha (but sometimes they sweet too you know)



it is the FanVid made on You Tube by marjuification ... I think this is a sad story for JaeMin couple *cry 


And here is the sequel, from Jae side



Hahaha really really can't decide!! YunJae is sweet, and JaeMin is cute , so what? what must I do? *confuse
May be for a while I will be the JaeMin shipper *killedbyYunJaeshipp but i still in love with YunJae :))








See Ya!!







Rabu, 18 April 2012

FF Straight "Something You Can't Deny" Chapeter 5

Title : Something You Can't Deny Chapeter 5 Author: Cindy Ayu S.
Rate: PG17
Main Cast : - Kim Jaejoong
                   - Han Shin Di
                   - Jung Yunho
                   - Kim Junsu
                   - Shim Changmin

Cameo Cast: - Park Joo Seob (Tuan Park)


*Note: Sorry for another boring chapeter, this is made for 5 hoursh so i dont know if i messed up the lines! please forgive me! thanks

Chapeter 5 : Something You Can’t Deny
Yunho POV
Aku mendesah frustasi sambil tetap melajukan mobilku dengan kecepatan tinggi dijalanan yang sepi ini. Fikiranku menerawang jauh mencoba melupakan apapun kata yang baru saja kudengar tadi. Namun begitu menusuknya hingga ke otakku, kata kata itu bagai terngiang dikepalaku tanpa mau meninggalkannya untuk sejenak saja.
Flash Back:
Aku berjalan mencoba memasuki rumah sederhana itu dengan jantung yang tidak mau berhenti untuk berdegup kencang. Dadaku bagai gemuruh ribuan gajah yang tengah berlari kencang saat aku mulai tiba di teras rumah tersebut. Mengingat kejadian yang baru saja terjadi kemarin aku tidak bisa membayangkan sikap Shin Di padaku. Entah senang ataupun sedih kini aku mencoba melangkahkan kakiku menuju rumah itu.  Perlahan aku memutar knop pintu depan tersebut dan memasuki dalam rumahnya. Aku berjalan mencoba menuju tempat biasa Shin Di menenangkan dirinya.
“Shin Di-a”
Terdengar suara berat yang kini memanggil nama yeoja yang kucintai yang kini tengah mencoba menuju kamarnya. Sejenak aku menghentikan kegiatanku untuk semakin memasuki ruangan tersebut dan berdiam ditempat yang mungkin tidak dapat mereka perhatikan.
“Ada apa ahjussi?” tanya Shin Di kepada namja paruh baya yang kini ada dibelakangnya
Sejenak dapat kulihat ekspresi wajahnya yang tampak murung dan penuh kehampaan saat ia mencoba membalik untuk menghadap Tuan Park
ada apa Han Shin Di?” batinku cemas
“Aku ingin bertanya sesuatu” kata Tuan Park kemudian. Terdengar sedikit ada keraguan dalam setiap ucapannya
“Eh? Bertanya apa, ahjussi?” kata Shin Di lagi pada Tuan Park
Terlihat ada keengganan diwajah Tuan Park saat ia berusaha menanyakan pertanyaan tersebut. DEG! Hatiku terasa berdegup kencang, degupan yang berbeda dari yang tadi, degupan ini penuh dengan rasa kekhawatiran. Pikiranku menerawang memikirkan apa yang akan Tuan Park tanyakan.
“Shin Di-a..” Tuan Park berkata kata lagi dengan penuh keraguan
“Hm?” jawab Shin Di tanpa ekspresi
“Apakah kau... menyukai Kim Jaejoong?” kata Tuan Park akhirnya dengan mulus
DEG!! Nyeri. Itulah yang dapat kurasakan kini. Sesaat akupun dapat menangkap ekspresi kekagetan yang tampak di wajah Shin Di. Aku menatap yeoja itu nanar dan terasa kepalaku berdenyut dengan pelan, kuarahkan tanganku menyentuh kearah dadaku dan meremasnya erat membuat baju yang kukenakan pun ikut dalam remasannya.
“Jawablah Shin Di-a” kata Tuan Park lagi
“Shin Di-a”  batinku
“Apakah kau masih menyukai Kim Jaejoong?” lanjut Tuan Park
“Apakah..”  batinku masih menatapnya dengan nanar
“Apakah terlihat begitu jelas?” kata Han Shin Di kemudian
DEG!! Perih. Itulah yang kini dirasakan oleh mataku. Air mataku seakan mangancam ingin keluar dari sudut mataku. Remasan pada bajuku pun kini semakin menjadi. Aku meremasnya seakan dadaku kini tengah mengalami hujaman dari pedang yang sangat tajam. Sakit. Sangat sakit. Rasanya bagai udarapun enggan memasuki kedalam tubuhku. Sesak. Sangat sesak.
Dapat kurasakan keseimbangan tubuhku kini mulai goyah dan membuat tubuhku hampir terjatuh. Kugenggam dengan segera sudut meja yang menopang tubuhku agar tetap berdiri. Mimpi. Ini pasti mimpi. Hanya sebuah mimpi. Kumohon! Ini hanyalah mimpi!
Segera aku berlari meninggalkan dalam rumah itu dan menuju kedalam mobilku.  TES! Air mataku pun terjatuh sesaat setelah aku memasuki mobilku ini. Dengan tergesa gesa aku melajukan mobilku dengan cepat menjauhi rumah itu. Salah dengar.  Ya, itu pasti. Aku pasti salah dengar. Pasti.
Flash Back End
“Apakah terlihat begitu jelas?”  
Kata kata Shin Di terus berputar dalam kepalaku membuat denyutan pada kepalaku semakin terasa begitu berat. Kuarahkan sebelah tanganku mencoba menyentuh bagian kepalaku dan memijatnya pelan berharap segala beban yang kurasakan akan berkurang.
“Shin Di-a..” mataku terpejam merasakan pijatan pijatan ringan dikepalaku sambil memikirkan yeoja yang sedari tadi hinggap dikepalaku
“Apakah 4 tahun ini, akan terasa sama saja?” tanyaku frustasi masih memijat kepalaku dengan sebelah tanganku
Aku membuka mataku perlahan berusaha melihat jalan raya yang kini ada didepanku dengan gelapnya. Tiba tiba terlihat seseorang yang berusaha menyebrangi jalan tersebut. Mataku seketika membesar mendapati seseorang kini tengah berada dihadapan mobilku yang tengah berkecepatan tinggi ini. Seketika aku menginjak pedal rem mobilku dan mendapati dirinya terjatuh penuh ketakutan saat mobilku sedang berada posisi yang sangat dekat dengan dirinya. Aku membuka pintu mobilku dengan tergesa mencoba untuk melihat keadaannya.
Mataku membesar dan mulutku seakan membeku untuk mengucapkan sepatah katapun pada seseorang yang kini ada dihadapanku. Tubuhku menggigil menatap wajah yang sangat familiar bagiku.
“Yuu.. yunho?? Jung Yunho??” katanya saat melihat aku turun dari mobil
Jantungku berdetak kencang dan kepalaku kembali berdenyut pelan. Suara yang sangat familiar kini tengah memanggilku dengan nada suara penuh keraguan didalamnya. Nafasku tercekat dan tubuhku tak beranjak satu langkahpun dari tempatku berdiri.
Apa apaan ini??!!” rutukku dalam hati
End Yunho POV
***
Tuan Park merenung sambil mengingat percakapannya dengan Shin Di tadi sore. Apa yang menjadi pertanyaan besarnya saat ini kini terjawab sudah. Ya, Han Shin Di ternyata memang menyukai Kim Jaejoong. Sesaat matanya memandang pada foto seorang namja yang kini tengah tersenyum bahagia sambil merangkul namja lainnya.
“Diakah alasanmu?” tanya Tuan Park sambil menatap foto tersebut dengan tatapan yang sulit diartikan
“Diakah alasanmu melepaskan yeoja itu, Yoochun-a?” katanya lagi masih menatap foto itu
Tak ada sepatah katapun yang keluar atas pertanyaan pertanyaan yang diajukan oleh Tuan Park. Kini Tuan Park mendesah frustasi sambil menerawang memikirkan situasi yang mungkin terjadi antara yeoja kesayangannya itu.
“Boleh aku jujur padamu?” kata Tuan Park menyenderkan punggungnya pada tembok yang ada dibelakangnya
“Sampai sekarang pun.. aku belum bisa memaafkannya, Yoochun-a” Tuan Park kini tengah menatap langit langit kamarnya dengan tatapan penuh kemarahan
“Mungkin, takkan pernah bisa memaafkannya” lanjutnya kemudian menatap foto tersebut kearah namja lain yang kini tengah merangkul dua namja disebelahnya
***
Shin Di kini tengah duduk sambil mengingat kejadian terakhir yang berhasil membuatnya kehilangan pengelihatannya. Kejadian yang berhasil merenggut nyawa orang yang disayanginya. Kejadian yang ... membuatnya kehilangan namja yang sangat ia cintai.
Flash Back
Kini Han Sin Di tengah berada dikursi pendamping penyetir didalam mobil yang tengah dikendarai oleh Park Yoochun. Sejenak terasa sebuah kecanggungan diantara mereka. Sebuah keraguan tampak di air wajah milik Park Yoochun yang kini tengah melajukan mobilnya menuju rumah Tuan Park
“Yoochun-a” kata Shin Di penuh kekhawatiran
Hening. Tidak ada jawaban dari seorang Park Yoochun yang tampak sibuk dengan fikirannya sendiri.
“Yoochun-a” kata Shin Di lagi mencoba membawa Yoochun kembali kedalam dunia nyata
“Ne?” kata Yoochun kemudian
“Jika kau..tidak ingin melakukannya..sebaiknya hentikan saja” kata Shin Di tertunduk lemah
“Anniyo” kata Yoochun teguh dengan nada yang lemah
Kemudian Shin Di menegadahkan kepalanya dan menatap pria disampingnya itu dengan wajah penuh penyesalan.
“Kenapa...” tanya Shin Di dengan nada yang amat lemah
“Kenapa kau sangat baik padaku Yoochun-a? Kenapa kau bahkan..” belum selesai Shin Di mengucapkan pernyataannya, ucapannya dipotong oleh Yoochun
“Karena aku mencintaimu” kata Yoochun kali ini dengan tegas dan nada yang mantap masih menatap jalan raya yang ada dihadapannya
“Karena aku mencintaimu, karena aku ingin melihatmu bahagia, karena aku ingin kau selalu tersenyum, karena aku .. ingin menjadi orang yang selalu kau ingat” jawab Yoochun tulus dari dalam hatinya
Air mata mengalir mulus dari sudut pipi Han Shin Di, rasa haru benar benar menguasai hatinya. Ia tidak pernah menyangka seorang Park Yoochun akan mengatakan kata yang membuat hatinya begitu terenyuh. Sesaat ia mengutuk dirinya karena merasa dirinya begitu egois dengan memaksakan kehendak pada Yoochun namun melihat ketulusan namja yang kini ada disampingnya, ia tidak dapat menyembunyikan senyuman diwajahnya.
“Pasti..” kata Shin Di sambil tersenyum pada Yoochun “Kau pasti akan selalu kuingat Park Yoochun” lanjutnya
Terlihat Yoochun berusaha memalingkan wajahnya dari jalan raya dan mencoba menatap yeoja yang kini duduk disampingnya, air wajah penuh keengganan yang tadinya menghiasi wajahnya kini terasa menguap begitu ia mendengar perkataan dari Han Shin Di. Melihat senyum yang dikeluarkan yeoja itu mau tak mau membuat Yoochun ikut tersenyum. Senyum yang sangat.. tenang dan puas.
Namun senyuman itu tidak bertahan lama kala kilatan sinar lampu dari arah sebaliknya seakan sejajar dengan mobil yang kini tengah mereka kendarai
“Yoochun-a!!” teriak Shin Di saat melihat cahaya itu semakin mendekat kearahnya namun dengan tiba tiba mengganti posisi mereka menjadi sebaliknya
Seketika Yoochun mengubah haluan setir dan membuat mereka menjauh dari jalur yang seharusnya. tampaklah sebuah turunan yang curam yang membuat mobil mereka melaju dengan cepat. PRANGG!!! Bagian depan mobil mereka baru saja menabrak pohon dihadapannya, pecahan kaca perlahan masuk kedalam mata milik Han Shin Di, sesaat Shin Di dapat mendengar suara yang parau milik Park Yoochun
“Shin Di-a... saranghae...” kata kata itu keluar dengan terbata bata diselai oleh batuk yang terdengar
Selanjutnya..gelap.
Falsh Back End
Air mata mulus meluncur dipipi Shin Di, sebuah isakan terdengar menemani tangisan tersebut yang membuat jantungnya kini berdegup dengan cepat. Rasa bersalah menjalar mengaliri tubuhnya setiap kali ia mengingat kejadian tersebut.
“Yoochun-a...” kata Shin Di masih terisak
“Aku membencinya, aku sangat membenci namja itu karena telah membuat kau pergi dari sisiku!!” katanya lagi penuh dengan luapan emosi
“Tapi..” air mata masih dengan deras mengaliri wajahnya “Aku tidak dapat menyangkalnya” lanjutnya
“Aku tidak dapat menyangkal, bahwa aku masih mencintainya” dadanya terasa berat dan udara seakan enggan memasuki tubuhnya saat ia mengatakan hal tersebut
“Aku masih mencintainya, Yoochun-a..” katanya lagi dengan isakan yang semakin menjadi sambil mencengkram erat selimutnya
“Yoochun-a..” isakan Shin Di terasa semakin keras setiap ia mengingat nama namja tersebut, air wajahnya masih penuh dengan penyesalan
***
“Tidak ada” kata namja itu sambil meringis kesal
“Tidak ada bukti” katanya lagi sambil mendesahkan nafas yang berat
“Apa yang harus kulakukan sekarang?? Bagaimana ini?” ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu dengan cepat dan frustasi
“Jika memang itu kenyataannya, maka buktikanlah, maka semuanya pasti akan menjadi lebih baik”
Kata kata ibunya kini terngiang didalam kepalanya. Ya, Kim Jae Joong, namja itu kini tengah mendesah frustasi setiap kali mengingat bahwa ia tidak menemukan bukti keterlibatan namja lain dalam setiap kecelakaan saat itu. Bahkan satu satunya bukti yang dapat membuat namja lain itu terlibat adalah bukti yang membuatnya menjadi tersangka utama.
“Tidak ada pilihan lain” katanya kemudian berusaha meneguhkan hatinya “Semuanya harus berakhir sekarang” lanjutnya
***
Jaejoong POV
Aku menapakkan kakiku diteras rumah yang sudah kutinggalkan cukup lama, lama?? Kurasa 2 hari bukanlah waktu yang dapat kau katakan lama, tapi untukku itu sudah cukup menyiksaku. Tidak dapat mendengar bahkan memandang yeoja yang kucintai, itu sangat menyisaku.
Dengan perlahan aku membuka knop pintu rumah itu dan lalu masuk kedalam rumah tersebut. baru saja beberapa langkah aku memasuki rumah itu, mataku menangkap sesosok yeoja yang baru saja terlintas kedalam fikiranku.
“Hai” kataku tanpa sadar pada yeoja dihadapaanku ini
Sejenak aku dapat melihat gerakannya terhenti dan mencoba mencari kearah suara. Aish, seharusnya aku tidak mengatakan apapun padanya. Tapi, mengingat hal apa saja yang nanti akan kukatakan padanya, aku merasa sebuah sapaan tidak akan menjadi sebuah masalah.
“Kau” katanya kemudian. Dingin. Itulah yang terasa saat ia mengucapkan kata itu
“Ya, ini aku” kataku menanggapinya berusaha senormal mungkin
Sebuah senyum kecil terlihat disudut bibirnya. Sangat sinis menurutku senyum itu.
“Kukira kau akan pergi selamanya” katanya kemudian
TEK!! Kata kata itu begitu menyelekit kedalam hatiku, sangat sakit. Namun, aku mencoba memahami karena aku tau, ia tidak tahu yang sebenarnya terjadi, tidak setelah aku memberitahunya nanti.
“Ini rumahku juga” kataku menanggapinya berusaha menahan rasa sakitku
Hening. Itulah yang terasa kini. Tak ada percakapan yang keluar meskipun kami ada di dalam ruangan itu kini. Aku masih menatapnya yang sibuk dengan aktifitasnya sambil membelakangiku.
“Jaejoong-a?” perkataan seseorang terasa membuyarkan keheningan dalam ruangan itu
“Ah, ahjussi” kataku membalikkan tubuhku menghadapnya kini
Bulu kudukku sedikit berdiri kala ia memandangku dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. Terasa hawa aneh yang menyelimuti kami bertiga. Ada apa ini? Kenapa hawa ini jadi terasa begitu menggangguku? Kenapa?
End Jaejoong POV
 Shin Di POV
Aku masih memikirkan kejadian yang baru saja terjadi kemarin sore. Ya, pertanyaan ahjussi memang membuatku mau tak mau mengakui perasaan yang sebenarnya. Perasaan yang sesungguhnya ingin kusimpan hingga kepelosok dalam hatiku. Dan membuatku ingatan yang sangat ingin aku buang kini terbayang kembali. Betapa perasaan benci itu untuk sesaat kembali kedalam hatiku. Dan betapa perasaan cinta itu kini tercampur aduk didalam dadaku dan membuat dadaku terasa sesak.
Aku melangkahkan kakiku mencoba menuju ke arah taman diluar rumah dan berusaha untuk menghirup udara segar dan menghilangkan rasa sesak yang berkumpul didadaku.
“Hai” suara yang sangat familiar menusuk kedalam telingaku dan membuat jantungku berdegup kencang
Perlahan aku menghentikan kegiatanku dan mencoba mencari arah suara tersebut. suara yang sejujurnya sangat kurindukan, namun untuk saat ini.. aku rasa aku belum siap untuk mendengarnya dahulu.
“Kau” aku berusaha membuat suaraku sedingin mungkin
“Ya, ini aku” katanya juga yang terdengar datar
Aku mengulas sebuah senyum kecil disudut bibirku memberi kesan seakan aku ingin ia menghilang, yah, aku memang berharap untuk agar ia menghilang, tapi hatiku enggan untuk menerima hal itu, hatiku ingin agar dia terus ada disini. Disisiku.
“Kukira kau akan pergi selamanya” kataku kemudian
Terasa hening sejenak diantara kami hingga akhirnya dia mengeluarkan kata kata yang juga dengan nada yang amat datar
“Ini rumahku juga” katanya menjawab pertanyaanku
Lagi. Terasa hening diantara kami. Tidak ada percakapan apapun diantara kami. Kini aku tengah sibuk melangkahkan tongkatku kesembarang arah menuju kemanapun, kesebuah tempat yang jauh darinya. Untuk saat ini. Saat ini saja. Aku ingin menjauh darinya.
“Jaejoong-a” terdengar suara berat yang memanggil nama namja itu dan membuat aku langkahku terhenti sejenak
End Shin Di POV
***
“Jaejoong-a” kata Tuan Park pada namja yang kini ada dihadapnnya
“Ah, ahjussi” kata namja itu membalikkan badannya untuk menatap namja paruh baya yang kini ada dibelakangnya
Tuan Park terdiam memandangi wajah namja didepannya. Fikirannya merewang mengingat kejadian kemarin sore, saat ia membuka luka lama yang telah berhasil menimbulkan bekas luka yang sangat dalam pada hatinya. Tatapan matanya pada Jaejoong kini sangat sulit diartikan, entah apa yang ia fikirkan kala itu. Ia hanya merasa..sakit.
“Selamat datang” kata Tuan Park datar kemudian
Jaejoong terdiam sesaat memandangi ahjussinya yang membuat fikirannya menerawang. Ia merasakan sesuatu yang ganjil diantara kedua orang yang kini ada berada satu ruangan bersamanya. Entah apa yang terjadi. Sejenak fikirannya kembali teringat tujuan utama ia kembali kerumah itu.
“Semuanya akan kuselesaikan sekarang” katanya dalam hati
“Entah bagaimanapun sikap mereka padaku, entah apa tanggapan mereka padaku, entah mereka meminta bukti apa padaku, aku akan tetap menjelaskan semuanya” katanya meneguhkan hatinya
“Semuanya” katanya lagi
***
Disebuah meja makan dirumah tersebut, terasa keheningan yang sangat dalam walaupun terdapat tiga orang dalam ruangan tersebut. hanya suara desiran ombak dan suara jangkrik yang terdengar.
“Rasanya, seperti saat aku baru menginjakkan kaki dirumah ini lagi dulu” batin Jaejoong sambil mengingat kesan pertamanya kembali kerumah itu
Perlahan Jaejoong meneguhkan hatinya dan bersiap untuk menjelaskan segalanya kepada kedua orang dihadapannya tersebut. jaejoong telah bersiap membuka mulutnya untuk berkata kata ketika ia melihat Shin Di sedang mendorong kursinya kebelakang menandakan ia telah selesai dengan makan malamnya tersebut.
Sesaat Jaejoong menggenggam tangan Han Shin Di dan menahannya dengan kuat
“Jangan pergi dulu, Shin Di-a” katanya sambil mencengkram tangan yeoja itu erat
“Yah! Apa yang kau..” kata Shin Di berusaha memberontak namun tidak ditanggapi oleh Jaejoong
“Jaejoong-a” kata Tuan Park yang merasa tidak menyukai sikap Jaejoong
Perlahan bola mata Jaejoong yang tadinya sibuk menatap Shin Di berbalik kearah sebaliknya dan kini tengah menatap Tuan Park dengan ngeri. Sangat dingin. Jaejoong sudah gerah dengan segala perbuatan Shin Di dan berusaha menjelaskan semuanya kepada dua orang disampingnya ini. Ia sudah bertekad, apapun yang akan terjadi selanjutnya, bila hal yang ia lakukan sekarang adalah hal yang tepat, pasti buahnya  akan baik. Pasti.
“YA!!” berontak Shin Di karena Jaejoong enggan melepaskan genggamannya
“Ada satu..” katanya kemudian
Shin Di masih mencoba memberontak walaupun Jaejoong telah memulai percakapan.
“Tentang malam itu, yang kalian tidak ketahui” katanya kemudian
Shin Di perlahan berhenti memberontak dan diam dengan fikirannya yang menerawang. Mencoba untuk tidak mengingat apapun tentang kejadian itu lagi. Karena kejadian itu, hanya membawa air mata baginya. Sementara Tuan Park hanya menatap penuh keengganan kearah Jaejoong
“Entah apa pendapat kalian nanti, aku hanya ingin semuanya berakhir sekarang. Kesalah pahaman ini, kesalah pahaman yang memuakkan ini, harus berakhir sekarang” kata Jaejoong kemudian

Flash Back
“Mwo?!!!” Yunho berteriak frustasi saat mendengar kabar yang membuat hatinya seakan tertusuk tajam
“Kau bercanda kan, Jaejoong-a??!!” kata Yunho menatap namja dihadapannya dengan rasa tidak percaya
“Aku harap, itupun hanya sebuah candaan Yunho-a” batin Jaejoong
“Aku tidak bercanda” kata Jaejoong datar mencoba menyembunyikan rasa sakit hatinya yang begitu besar
Namja dihadapannya terlihat mendesah frustasi dan bertingkah tidak karuan. Sementara fikirannya masih sibuk menerawang dengan apa yang akan terjadi bila hal itu benar benar terjadi. Han Shin Di akan menikah. Menikah dengan sahabatnya yang tak lain dan tak bukan adalah Park Yoochun. Ada sedikit rasa nyeri ketika Tuan Park menyebutkan bahwa mereka akan segera menikahkan anaknya dengan yeoja yang ia cintai.
Sejenak iapun menatap namja dihadapannya yang kini tengah berdiri sambil termenung dihadapan sebuah tembok yang kini menjadi tempat sandaran tangannya. Ya, Kim Jaejoong mengetahui perasaan sahabatnya kala itu. Ia mengetahuinya karena ia tau, Jung Yunho juga menyukai Han Shin Di.
Perlahan bunyi ponsel milik Jaejoong berbunyi dan membuat air wajah Jaejoong menjadi air wajah yang penuh dengan raut penuh arti. Entah itu menunjukkan raut senang, sedih, atau bahkan kecewa. Perlahan Jaejoong menekan tombol hijau diponselnya dan mendekatkan ponsel tersebut ketelinganya.
“Arraseo”  katanya kemudian lalu menekan tombol merah diponselnya
 “Aku pergi dulu Yunho-a” kata Jaejoong menatap namja dihadapannya tak tega
Sejenak Yunho menatap Jaejoong yang kini penuh dengan air wajah bersalah. Perlahan Yunho mendesahkan nafasnya dengan berat dan kembali menatap namja itu.
“Arra, pergilah” kata Yunho kemudian
Lalu Jaejoongpun melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut. kini Yunho hanya dapat terduduk lemah sambil manundukkan kepalanya. Pikirannya menerawang jauh sambil menatap hampa ruangan disekitarnya.
“Mereka sangat beruntung, dapat terus bersamamu Shin Di-a. Entah orang tua mereka yang menjodohkanmu atau karena kalian saling mencintai, mereka berdua berkesempatan memilikimu”  kata Yunho lemah sambil tetap menatap kosong pemandangan dihadapannya
“Sementara aku?” tanyanya pada dirinya diselingi sebuah tawa kecil dari mulutnya
“Kurasa aku akan selalu kau anggap sebagai sahabatmu”katanya frustasi
“Apakah tidak pernah Shin Di-a? Sedikit saja, kau melihatku? Melihatku sebagai pria yang mencintaimu?” katanya lagi
Terasa perih di mata Yunho, air mata pun tak pelak telah menggenang disudut matanya. Dan kini air mata dengan mulus meluncur dipipinya, nafasnya pun terasa tercekat dan terasa enggan untuk memasuki rongga rongga hidungnya. Yunho terisak pelan.
“Aku menangis” katanya “Memalukan” lanjutnya kemudian
Tiba tiba terdengar ponsel milik Yunho berdering menandakan ada panggilan masuk.
“Hyung”  kata suara diseberang sana dengan nadanya yang tinggi
“Ne, Changmin-a?” balas Yunho dengan tidak semangat
“Suaramu itu lemas sekali hyung, kau kenapa?”  tanya namja disebrang yang dipanggil Changmin
“Ada masalah, nanti pasti akan kuceritakan, ah, kau menelponku untuk apa?” kata Yunho kemudian
“Hmm, baiklah. Ah! Boleh aku meminjam tang milikmu,hyung? Punyaku sudah berkarat dan tidak bisa digunakan, sementara mobilku benar benar butuh bantuan” kata Changmin
“Arra, ambilah dikotak peralatan milikku” jawab Yunho
“Baiklah, aku akan pinjam sebentar ne?” kata Changmin lagi
“Changmin-a” kata Yunho ragu
“Ne?”
“Kalau.. kau mencintai seseorang, namun orang itu akan dijodohkan dengan orang lain, apa yang akan kau lakukan?” akhirnya Yunho menanyakannya
Hening sesaat hingga Changmin akhirnya menjawab “Jika aku tidak bisa memilikinya, maka orang lainpun tidak”
“Bukankah itu sangat egois?” tanya Yunho tidak percaya pada jawaban yang baru saja diberikan oleh Changmin tadi
“Anniyo. Itulah cara mempertahankan cinta kita.” Katanya lagi
Sejenak Yunho terdiam dan menerawang jauh, memikirkan segala yang telah ia lewati dan lalui hanya demi mendapatkan Han Shin Di . betapa dua namja selain dirinya mampu mendapatkan kesempatan untuk bersama yeoja itu tanpa perlu bersusah payah seperti dirinya. Dan hasil susah payahnya adalah ini?
“Hyung?”
“Arra, terimakasih Changmin-a” Yunho  dengan segera menutup ponselnya
Segera kembali pikiran Yunho menerawang memikirkan apa yang baru saja dirundingkannya dengan Changmin adik kelasnya tersebut.” Jika aku tidak bisa memilikinya, maka orang lainpun tidak”. Seketika tersirat sebuah ide gila dikepala Yunho, ide yang benar benar gila. Yang mungkin akan menjadi ide yang dapat membuat satu ah tidak, akan membuat banyak orang menderita. Termasuk dirinya.
Malamnya, Jaejoong mengunjungi rumah Yunho dalam keadaan yang sangat kacau. Terasa desahan berat disetiap nafasnya. Wajahnya penuh dengan penyesalan, kekecewaan, dan putus asa.
Perlahan kakinya melangkah masuk kedalam rumah sahabatnya itu dan merebahkan tubuhnya dengan luas di ranjang sahabatnya tersebut. ia melemparkan kunci mobilnya kesembarang arah tak peduli dimana ia akan berada nanti
“Ada apa denganmu?” kata Yunho kemudian
“Mereka akan menikah” kata Jaejoong frustasi
“Aku tau, tadi pagi kau sudah memberitahuku” kata Yunho kemudian berusaha menahan gejolak hatinya setiap kali Jaejoong menyebutkan kata ‘menikah’
“Maksudku, sekarang, mereka akan menandatangani surat pernikahan” kata Jaejoong menutupi matanya dengan lengannya. Terlihat setetes air mata mengalir dari sudut matanya
DEG!! Terasa jantung Yunho berhenti seketika. Tanda tangan? Menikah? Sekarang? Pikirannya saling bergumul dalam kepalanya sehingga membuat kepalanya berdenyut pelan. Keseimbangan ditubuhnya terasa pudar dan membuat tubuhnya terhuyung lemah kelantai.
“Tidak!! Tidak!!” kata Yunho mulai gelisah, ia merasa tertekan dengan apa yang baru saja didengarnya
Perlahan Yunho bengkit dan menaiki tubuh Jaejoong, tangannya yang besar dan kuat mencengkram erat kerah baju yang sedang Jaejoong kenakan menampakan wajahnya yang terlihat begitu lemah.
“Dimana?” kata Yunho penuh emosi dihadapan wajah Jaejoong
“Yunho-a” kata Jaejoong yang merasa kaget dengan sikap Yunho yang mulai tidak berpikiran jernih
“Aku tanya DIMANA??” kata Yunho berteriak dihadapan Jaejoong
“YUNHO-A! Sadarlah” kata Jaejoong mencoba mencengkram pundak Yunho erat
“AAAAKHH!!!” kata Yunho mulai kelewat batas
Dengan terburu buru Yunho bangkit meninggalkan Jaejoong dan mencari kesegala arah benda apapun yang dapat membawanya menuju Shin Di. Seketika ia melihat kunci mobil milik Jaejoong dan segera lari pergi menuju halaman rumahnya. Dengan sigap Jaejoong menahan Yunho yang mulai bertindak kelewatan
“YA! Apa yang coba kau lakukan??!!” tanya Jaejoong
“Jika aku tidak bisa memilikinya, maka orang lainpun tidak!!” kata Yunho dengan nada suara yang tinggi
Jaejoong melompat kaget atas perkataan Yunho, dan membuat genggaman tangannya pada Yunho mengendur. Mengambil kesempatan itu Yunhopun berlari menuju mobil milik Jaejoong dan menyalakan mesin mobilnya. Jaejoong yang merasa khawatir dengan sahabatnya itu lalu dengan sigap menuju kursi penumpang.
“Yunho-a!! Sadarlah!! Apa yang akan kau lakukan??!!” Kata Jaejoong yang kini berada di kursi penumpang
Yunho yang bagai tidak memperdulikan perkataan Jaejoong menyalakan mesin mobil itu dan mengendarai mobilnya cepat. Selama perjalanan mereka berdebat atas segala sesuatu yang membuat jantung Jaejoong berdegup kencang.
Yunho-a!! Sadarlah!” kata Jaejoong membatin
Seketika pandangan matanya teralih pada jalan raya yang ada didepan mereka. Tampak sebuah mobil putih yang tengah melaju dengan keadaan stabil dan sangat berbanding terbaliik dengan mobil yang tengah dinaikinya. Sejenak ia melihat menerawang mobil itu.
“Sh.. Shin Di-a” Jaejoong mengucapkan nama itu sambil berbisik namun dapat didengar oleh Yunho. Seketika Yunho melajukan mobilnya lebih cepat.
“YA! JUNG YUNHO! APA YANG KAU LAKUKAN??” kata Jaejoong kaget atas perbuatan Yunho
“Jika aku tidak bisa memilikinya, maka orang lainpun tidak!!” katanya lagi
“Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi!!” aku berteriak frustasi sambil mencoba memegang stir yang tengah digenggam Yunho
“Minggir!! Apa yang kau lakukan Kim Jae Joong!! Aku hanya tidak ingin yeoja yang aku cintai menjadi milik orang lain!” katanya meneguhkan stir dalam genggamannya
“Tidak seperti ini Jung Yunho! Tidak seperti ini!” kata Jaejoong kemudian
“YA, seperti ini caranya! Aku akan membuat seorangpun tidak dapat memilikinya!!” katanya berusaha mengarahkan mobil tersebut kearah mobil yang sedang dikendarai Yoochun dan Shin Di
“Tidak akan!” kataku sambil memukul stir
Jaejoong berusaha membanting stir menuju kearah berlawanan dengan arah stir Yunho namun Yunho tetap mengemudi dengan tidak karuan. Tiba tiba Jaejoong menangkap wajah Yoochun yang tengah tersenyum menghadap Shin Di dan tidak memperhatikan jalan
“Yoochun-a!!” Jaejoong berteriak membuat kesadaran Yunho kembali
Melihat keadaan Yunho yang mulai tenang Jaejoong mencoba mengambil alih laju stir dan membantingnya kesembarang arah. Seketika ia melihat laju mobil Yoochun yang mulai menuju arah yang salah dan masuk kedalam sebuah jurang kecil disampingnya. Jaejoong  mengendalikan mobil mereka  dan mencoba menginjak rem dengan posisinya yang ada di kursi penumpang saat melihat bahwa pohon kini tepat dihadapan mereka. Yunho yang masih menata pikirannya merasa bingung dengan apa yang baru saja terjadi akhirnya menyadari satu hal saat melihat asap putih pada kaca spionnya
“Aku.. membunuh mereka??” kata Yunho kemudian
Flash Back end
***
“Bukan aku yang seharusnya kalian salahkan” kata Jaejoong dalam
“Tapi seseorang yang kalian percayai selama ini” katanya lagi “Dialah, yang sesungguhnya bersalah”
TES! Air mata mengalir mulus di wajah Shin Di, terdengar isakan yang mendalam dalam dirinya. Ada kelegaan dan penyesalan dalam dirinya. Ia merasa lega karena namja yang ia cintai bukanlah pelakunya namun menyesal karena ia sempat meragukannya. Namun ada juga perasaan tak terartikan diwajah Shin Di saat mengingat namja lain yang kini ia sayangi. Jung Yunho.
Sementara Tuan Park hanya terdiam termenung sambil menatap Jaejoong tak percaya. Sebagian dirinya percaya pada Jaejoong namun sebagian dirinya enggan untuk percaya. Entah mengapa hatinya terasa telah terbiasa menyalahkan namja itu. Dan kini, saat ia mengetahui namja itu tidak bersalah. Ia bingung. Apa yang seharusnya ia rasakan?
“Mungkin aku memang pelaku sebenarnya” kata suara seseorang yang khas dari balik pintu
“Tapi setidaknya kau tidak dapat melakukan apa apa sekarang” Jung Yunho memunculkan diri dihadapan tiga orang yang tengah berkumpul tersebut tanpa ada raut penyesalan diwajahnya
Jaejoong menatap sinis Yunho dan merasakan amarah yang sangat besar kini tengah dirasakannya. Sementara Tuan Park menatap wajah Yunho seakan tidak peraya dengan apa yang Yunho baru saja katakan.
“Apa maksudmu Yunho-a?” tanya Tuan Park
“Aku tidak akan bisa kalian tuntut, karena tidak ada korban jiwa malam itu” kata Yunho datar
“Tidak ada katamu??! Lalu kau anggap apa anakku??” tanya Tuan Park emosi
“Lalu kau anggap apa orang ini?” tanya Yunho menarik seseorang masuk kedalam ruangan tersebut
Seketika mata orang orang yang ada diruangan itu membesar menatap namja yang ada disamping Yunho. Namja yang empat tahun lalu mereka tangisi bersama. Namja yang membuat Jaejoong harus menanggung beban selama empat tahun dan namja yang akan selalu Han Shin Di ingat
“Appa..” kata namja itu kemudian yang hanya dibalas tatapan tak percaya dari namja itu
 “Jaejoong-a.” kata namja itu yang dibalas dengan ekspresi wajah terkejut oleh namja yang ia panggil
Kata katanya terhenti sejenak menatap yeoja yang kini tengah terduduk dengan ekspresi kerinduan yang tampak diwajahnya. Sebelum sempat bersuara, yeoja itupun lalu menyerukan nama namja yang suara sangat ia hafal itu
“Yo..Yoochun-a??” katanya ragu
Sebuah senyum tersungging diwajah namja itu dengan lembut ia memanggil nama yeoja yang menyerukan namanya itu
“Hai, Shin Di-a” katanya kemudian
TBC

Minggu, 15 April 2012

FF Straight "Something You Can't Deny" Chapeter 4

Title : Something You Can't Deny Chapeter 4
Author: Cindy Ayu S.
Rate: PG17
Main Cast : - Kim Jaejoong
                   - Han Shin Di
                   - Jung Yunho
                   - Kim Junsu

Cameo Cast: - Park Joo Seob (Tuan Park)

Note: Author membuat Fanfic ini berdasarkan ide sendiri yang dengan susah payah diketik selama beberapa hari, jadi yang baca harap RLC yup ^^ . As you know, Jung Yunho and Kim Jaejoong is mine! #plakk
Sorry for this boring chapeter



Chapeter 4: Please Stop The Time
Shin Di POV
Aku merasakan sebuah cahaya matahari yang mencoba untuk menusuk dalam mataku. Perlahan aku membuka mataku dan kudapati langit langit kamar yang tak asing bagiku. Aku membangkitkan diriku dan mengubah posisi tidurku menjadi posisi duduk.  Aku melihat sekeliling dan memandanginya lagi. Ya, memang tidak asing, aku masih berada dikamar Park Yoochun. Sejenak aku menghentikan kegiatan mataku yang menerawang seisi ruangan dan mulai berpikir sejenak
“Mataku...bisa melihat?” batinku
Mataku membesar dan pikiranku menerawang jauh. Aku bisa melihat? Sejak kapan? Apakah ini mimpi? Atau..
“Kau sudah bangun rupanya” kata seseorang yang baru saja masuk kedalam kamar
Tubuhku seakan membeku dan degup jantungku mulai berdetak tak beraturan. Aliran darahku berlari cepat mengitari tubuhku. Kini aku tengah melihat namja yang sejak dulu sangat kurindukan. Benar benar melihat namja itu. Benar benar melihat senyumnya lagi. Dan benar benar melihat bahwa kini ia tengah membawakan sebuah nampan berisikan makanan diatasnya.
“Ja.. Jae.. Jaejoong-a?” kataku tergagap
“Iya ini aku, kau kan sedang ada dirumahku” katanya sambil berjalan menuju kearah tempat tidurku
“Ka.. kau.. benar benar Kim Jae..” kataku masih tergagap tak percaya
“Ne, ini aku, Kim Jae Joong, Han Shin Di” jawabnya lagi memotong kata kataku
Apakah ini nyata? Ataukah ini mimpi? Apakah ini sebenarnya yang terjadi dan bukan hal buruk yang menimpaku 4 tahun yang lalu? Apakah kejadian itu lah yang sebenarnya hanya sebuah mimpi? Apakah apakah ..
“Shin Di-a” panggil namja bernama Kim Jae Joong itu
Seketika aku menghentikan pergumulanku dengan pikiran pikiranku itu dan beralih memandangnya. Tatapannya yang lembut itu benar benar membuat hatiku terenyuh dan merasa nyaman didekatnya.
“Kau baik baik saja kan?” tanyanya lagi
Terlihat raut wajah khawatir di air mukanya. Kini hatiku benar benar merasa senang saat melihat wajahnya. Wajah yang amat kurindukan. Amat sangat aku rindukan. Pikiranku kembali bergumul hingga akhirnya aku memutuskan. Kalaupun ini hanyalah sebuah mimpi, kalaupun ini semua bukanlah kenyataan, kumohon, siapapun, jangan bangunkan aku dari mimpi ini. Jangan.
“Ne, aku baik baik saja” aku tersenyum kearahnya
Kini terlihat raut wajah kelegaan di air mukanya. Kini kulihat ia berusaha duduk disamping tempat tidur sambil menaruh nampan itu didepannya. Diatas nampan itu dapat kulihat sebuah mangkok yang berisikan sup rumput laut. Eh tunggu dulu, sup rumput laut?
“Saengil chukkae, Shin Di-a” katanya ramah sambil tersenyum kepadaku
Aku memandangnya tidak percaya. Jantungku terasa begitu tidak beraturan saat ia mengatakan hal itu.
“Ulang tahunku?” batinku sambil terus menatap mata namja yang kucintai ini dengan tidak percaya
 “Apa kau tidak ingin memakan sup mu?” perkataan yang keluar dari mulut Jaejoong kembali membuyarkanku dari pergumulan pikiranku
Seketika aku mengulurkan tanganku mencoba meraih sendok yang ada disamping mangkok tersebut. Saat aku hendak meraih sendok tersebut kurasakan sesuatu berusaha menghentikanku meraih sendok itu. Lembut. Hangat. Dan nyaman. Itulah yang kurasakan saat Jaejoong menggenggam tanganku.
“Jae..”
“Aku saja yang menyuapimu” katanya memotong perkataanku sambil tersenyum tulus
“Me..menyuapiku?” kataku tergagap. Lagi.
“Kenapa? Apa kau tidak suka aku suapi?” tanyanya sambil mengerucutkan bibirnya
Aku memandang namja dimataku ini dengan gemas. Senyumpun tak elak terukir diwajahku.
“Anniyo, tentu saja aku senang. Ayo suapi aku” kataku padanya penuh semangat
Dapat kulihat senyum itu terkembang lagi diwajahnya. Segera tangannya yang tangguh itupun mengambil sendok yang berada di nampan dan mencoba meraih sup yang ada didalam mangkok. Dengan perlahan ia mengarahkan sendok yang sudah berisi sup tersebut kearah mulutku.
“Say A..” katanya sambil membuka mulutnya lebar.
Aku berusaha menahan geli saat melihat mulutnya menganga begitu lebar , senyum tipis menghiasi wajahku sejenak sebelum aku membukakan mulutku untuk menerima sebuah suapan darinya.
“Bagaimana? Kau menyukainya?” kata namja itu saat sup buatannya sudah melewati  tenggorokkanku dengan mulus
“Hmm, kau mau jawaban yang jujur atau bohong?” tanyaku jail padanya
“Aish kau ini! Tentu saja jawaban yang jujur” katanya sambil mendecakkan lidah
“Ah, sayang sekali, padahal aku harap kau memilih jawaban yang bohong” kataku memperlihatkan raut yang tampak kecewa
“Eh? Wae?” katanya dengan nada yang terdengar khawatir
“Karena sejujurnya, masakanmu itu ..” kataku masih dengan raut kecewa
Dapat kulihat raut wajahnya yang semakin khawatir. Matanya berkedip cepat seperti tatapan yang  berharap mendapatkan jawaban yang bagus dariku.
“..sangat enak!!” kataku sambil menunjukkan senyum terbaikku padanya
“Aish, kau ini membuatku takut saja!” katanya kesal
“Ah, mian, mian, aku kan hanya rindu untuk menjailimu hehe” kataku sambil tersenyum geli melihat reaksinya yang berlebihan
“Dasar tuan putri!” katanya memukulkan sendok itu pada kepalaku
“Aish!!” teriakku kesakitan saat namja itu memukulkan sendoknya padaku
“Sudah, ayo lanjutkan makannya” katanya sambil mencoba meraih sesendok sup rumput laut lagi
“Say A..” katanya lagi sambil membuka lebar mulutnya
Aku masih terdiam sambil mengerucutkan bibirku menandakan aku tidak suka dengan tindakannya barusan. Tanganku kini terlipat silang didada. Inilah kebiasaan yang kulakukan bila kesal terhadap sesuatu. Sejenak kuperhatikan kegiatan Jaejoong terhenti.
“Arra, mianhae ne? Aku berjanji jika kau menghabiskan sup rumput laut ini, maka kita akan bermain dipantai, bagaimana?” katanya kemudian
Senyum terkembang diwajahku. Aku sangat senang dengan jawabannya. Tanpa pikir panjang akupun melahap sesendok sup rumput laut yang dari tadi disuapkan Jaejoong.

***
“Ayo naik” kata namja itu kepadaku sambil menepuk nepuk dudukan belakang sepeda miliknya
“Eh?” tanyaku tak mengerti
“Ayo kita berkeliling pantai” katanya sambil tersenyum
“Berkeliling pantai? Dengan sepeda?” tanyaku heran
“Ayolah, tidak seburuk itu bukan?” katanya lagi dengan nada kecewa
“Arra, arra” aku menaiki sepeda itu dan duduk dibelakang Jaejoong
Aku menaiki sepeda itu dengan posisi kedua kaki berada disebelah kiri. Mau bagaimana lagi? Kali ini aku sedang mengenakan terusan putih yang cukup merepotkan jika aku menaiki sesuatu seperti sepeda.
Tiba tiba kurasakan dua buah tangan tengah menggenggam masing masing tanganku erat. Tanganku yang terasa kaku itu kini sudah mengitari sebuah pinggang yang begitu kecil dan hangat. Jantungku tak hentinya berdegup kencang saat merasakan kehangatan itu mulai menyebar hingga keseluruh tubuhku. Dapat kurasakan wajahku kini memanas dan memerah.
“Jika kau tidak ingin jatuh, peluk aku dengan erat, ne?” kata namja itu
Aku mendekatkan tubuhku pada punggungnya yang terlihat tegap itu. Tanganku tak lepas memeluk pinggangnya dengan erat.
“Ne, arraseo” kataku sedikit berbisik namun masih terdengar olehnya
“Baik, ayo kita berangkat” kata Jaejoong mulai mengayuh sepeda itu
Sepeda itu melaju dengan sangat perlahan dan stabil, namun kadang Jaejoong suka membuat sepeda itu melaju jadi begitu cepat sehingga aku merasa sedikit ketakutan. Angin pantai yang begitu sejuk semakin membuatku menikmati hari ini. Ditambah dengan kehangatan punggung namja yang aku cintai, menambah sensasi kenyamananku hari ini. Setelah puas kami berkeliling pantai sambil menaiki sepeda, sekarang kami sedang melepas sepatu kami dan bermain air dipantai. Kakiku dapat merasakan ombak pantai yang sangat dingin menimpa kakiku. Sejuk. Sangat sejuk. Dan sangat nyaman. Namun tiba tiba dapat kurasakan air tersebut mulai membasahi wajahku.
“Yah! Kim Jae Joong!” kataku kesal menyadari Jaejoong memercikkan air kewajahku
“Hahaha, wajahmu itu lucu sekali kalau sedang marah!” katanya sambil tertawa
 Aku berusaha menahan senyumku saat ia memujiku lucu dan malah memperlihatkan raut wajah yang kesal. Segera aku mengambil ancang ancang dan menyipratkan air yang lebih banyak padanya. Berhasil! Seluruh wajah Kim Jae Joong kini basah karena air yang aku berikan.
“Han Shin Di!” katanya menaikan nadanya
Ia berusha membalas cipratan airku begitu juga sebaliknya. Kami bermain air hingga seluruh tubuh kami sudah sangat kebasahan. Walaupun aku menyadarinya tapi aku tidak mau perduli, saat saat seperti ini adalah saat saat yang jarang kutemui. Jarang. Bahkan mungkin takkan pernah kudapatkan atau kubayangkan lagi.
Matahari mulai terbenam, kini aku dan Jaejoong tengah duduk diatas pasir sambil menikmati pemandangan itu. Sangat indah. Cahaya yang benar benar membuat mataku tak mau berpaling darinya. Cahaya yang dapat benar benar kulihat saat ini.
“Terimakasih” kataku memecah keheningan
“Eh?” kata Jaejoong terdengar  kaget
“Terimakasih untuk hari ini” kataku tersenyum masih memandangi sinar cahaya matahari tersebut
“Tentu saja” kata Jaejoong kemudian
Kurasakan hening sejenak diantara kami. Aku masih terpaku memandangi sinar yang sebentar lagi akan menghilang itu.
“Shin Di-a” kata Jaejoong yang mulai memecah keheningan
“Hm?” kataku tanpa menatapnya
“Saranghae” katanya mengagetkanku dan membuatku berpaling dari cahaya itu dan memandangi wajahnya
Aku kini menatap wajahnya yang terlihat sangat sangat gugup dengan rona rona merah yang terdapat dikedua pipinya yang putih itu. Jantungku berdegup kencang dan darahku berdesir cepat mengaliri seluruh tubuhku yang juga membuat rona merah diwajahku.
Sejenak dapat kulihat wajah Jaejoong yang semakin mendekat padaku, reflek aku memundurkan sedikit kepalaku seperti berusaha menghindari wajahnya, namun kegiatanku itu terhenti sejenak saat aku mengingat kata katanya tadi padaku
“Saranghae”  kata itu berkelebat dalam pikiranku
“Nado ..” kataku sesaat sebelum aku menutup mataku
“Nado saranghae, Jaejoong-a”  kataku membatin saat nafas Jaejoong kini terasa diwajahku
Kini dapat kurasakan sesuatu yang lembut menyentuh bibirku. Perlahan sebuah pagutan lembut mengitari seluruh bibirku. Tubuhku terasa hangat dan nyaman saat bibir kami kini telah menyatu dan tengah memadu kasih dengan lembut. Kami saling berbagi kasih seiring dengan tenggelamnya matahari kala itu. Dengan tenggelamnya cahaya itu.
Perasaan ini, kehangatan ini, dan rasa nyaman ini, kumohon, jangan biarkan ini menghilang dari hidupku. Meskipun hanya mimpi, meskipun bukan kenyataan, jika aku boleh, tolong hentikan waktu sekarang juga. Agar aku tetap merasakan kenyamanan ini, agar aku tetap merasakan kehangatan ini, agar aku tetap bersama namja yang aku cintai ini. Kumohon waktu, berhentilah.
End Shin Di POV
***
Petir menggelegar membuat seorang yeoja mau tidak mau membuka matanya dengan segera. Terdengar nafasnya seperti terburu buru dan keringat dingin mengalir dari keningnya. Ia memegangi dadanya yang terasa sesak dan perlahan air mata mengalir dari ujung matanya. Terdengar isakan isakan kecil saat ia meremas pakaiannya erat.
“Kenapa...” batinnya
“Kenapa waktu tidak berhenti?” batinnya lagi sambil masih terus terisak
***
“Shin Di-a?” kata Tuan Park terkejut melihat yeoja tersebut kini ada dihadapannya
“Ah, ahjussi” kata yeoja itu lemah mendapati suara Tuan Park disekitarnya
“Kau kenapa? Habis mimpi buruk ya?” tanya Tuan Park pada Shin Di
Bukan mimpiku yang buruk tapi kenyataan ini yang buruk” batin yeoja itu
“Ah, ne” kata Shin Di kemudian
“Ah, minumlah dulu, siapa tahu dapat menenangkanmu” tawar Tuan Park sambil mengambil segelas air putih
Shin Di melangkahkan kakinya mencoba duduk dimeja  makan. Ia mencoba meraih ujung kepala kursi dan menariknya keluar,. Kemudian ia menjatuhkan tubuhnya diatas kursi tersebut. sejenak ia merasakan sesuatu yang kosong. Sesuatu yang ganjil dan terasa sangat berbeda di rumah itu.
“Dimana Kim Jaejoong?” batinnya berusaha mencari namja yang baru saja mengisi mimpinya
Perlahan terdengar sebuah hentakkan dimeja. Tuan Park kini tengah menaruh segelas air putih dihadapan Shin Di. Ia dapat menangkap sebuah kegelisahan yang tampak diraut wajah yeoja itu.
“Ah, apa yang membuatmu hingga terbangun sepagi ini Shin Di-a?” Tuan Park membuka pembicaraan
“Ti.. tidak ada.. hanya mimpi buruk saja” ucapan Shin Di yang hampir menuju benar
“Ah, ya, apa dia sudah berpamitan?” kata Tuan Park membuat Shin Di mengerutkan keningnya
“Eh? Nugu?” kata Shin Di tak mengerti
“Namja itu.. Kim Jae Joong” kata Tuan Park yang juga tampak bingung
“Eh? Memang dia pergi kemana?” kata Shin Di terlihat cemas
Ada sedikit rasa tidak enak yang kini mengganggu hatinya. Jantungnya seakan tak sabar berdetak 2x lebih cepat dari biasanya. Firasatnya mengatakan namja itu kini telah sangat jauh darinya. Sementara Tuan Park hanya menatap yeoja yang kini telah terduduk dengan raut wajah khawatir itu sambil mengerutkan kening. Deburan ombak terdengar menguasai keadaan ruangan yang kini tengah terdiam sepi kala kedua orang didalamnya kini tengah sibuk dengan pikiran mereka masing masing.
“Ke tempat orang tuanya” kata Tuan Park memecah keheningan
***
Disinilah Jaejoong, tengah berdiri di depan kebun bunga dihalaman rumahnya. Matanya tak henti menerawang sekeliling mengamati bunga bunga yang kini telah bermekaran dengan cantiknya.
“Kalian sudah menjadi sangat cantik sekarang”
Senyum terukir setiap ia melangkah sambil melewati kerumunan bunga yang cantik dan indah. Sejenak langkah kakinya terhenti saat ia menatap berbagai macam pakaian yang kini tengah tergantung disebuah tiang yang ditidurkan secara horisontal. Angin yang cukup kencang membuat beberapa pakaian tersebut seperti akan terbang melarikan diri dari tiang tersebut.
Sejenak ia melihat bayangan seorang yeoja paruh baya yang tengah menatapnya dengan wajah kebingungan. Perlahan ia melihat yeoja tersebut kini tengah berjalan kearahnya sambil membelalakkan matanya. Mata yeoja paruh baya tersebut tak hentinya berkedip kedip ketika melihat namja itu kini tengah berdiri dihadapannya.
“Oemma..” kata namja yang bernama Kim Jae Joong itu setengah berbisik sambil menatap yeoja paruh baya itu penuh kerinduan
Yeoja paruh baya yang dipanggil ‘Oemma’ itu kemudian mengelus pelan wajah Jaejoong yang mulus sambil  menahan air mata dipelupuk matanya. Ia kemuadian melihat pakaian yang Jaejoong kenakan dan menggenggam pakaiannya erat, seketika ia memukul mukulkan kedua tangannya masih menggenggam pakaian itu di dada Jaejoong sambil terisak pelan.
“Oemma..” kata Jaejoong lagi yang juga mulai terisak
Yeoja yang dipanggil ‘oemma’ itupun langsung memeluk Jaejoong tanpa basa basi dengan erat. Sangat erat. Yeoja itu tampaknya sangat rindu dengan namja yang kini tengah ada dihadapannya. Yang kini tengah ia peluk. Yang baru saja menyerukan namanya.
“Kau pulang, nak” kata ibu Jaejoong kemudian sambil terisak didada Jaejoong
Jaejoong yang tak kalah rindu dengan ibunya kini mengarahkan tangannya dan mulai memeluk ibunya balik. Ia memeluk ibunya erat dan menjatuhkan kepalanya dibahu ibunya. Setetes air mata tak urung jatuh dari pelupuk mata Jaejoong.
“Aku pulang, oemma” kata Jaejoong yang tengah berpelukan dengan ibunya
***
“Makanlah yang banyak, kau terlihat lebih kurus dari empat tahun yang lalu” kata ibu Jaejoong sambil menaruh semangkuk sup daging pedas dihadapan Jaejoong
“Ah, ne” kata Jaejoong masih agak canggung dengan ibunya setelah perpisahan yang tidak mengenakan empat tahun yang lalu
“Terasa canggung ya?” perkataan ibu Jaejoong tepat sasaran sambil mencoba duduk bersila dihadapan meja Jaejoong
“O.. Oemma.. dega..” kata Jaejoong terbata mencoba mencari kata yang tepat untuk menjelaskan semuanya pada ibunya
“Saat itu..” potong ibu Jaejoong
“Saat dipengadilan..ibu tidak bisa berhenti mengutuk diri ibu sendiri yang merasa gagal sebagai seorang ibu..ibu tidak bisa melakukan apa apa untuk menolongmu, Jongie..” kata ibu Jaejoong sambil menatap anaknya dengan air wajah penuh penyesalan
“Oemma..” Jaejoong berusaha menyanggah pernyataan ibunya
“Mianhae” kata ibu Jaejoong sebelum Jaejoong sempat menyanggah pernyatannya
Terasa dada Jaejoong kini tercekat mendengar perkataan ibunya yang diselingi dengan mata berkaca kaca dimata ibunya. Mulut Jaejoong yang tadinya terasa beku kini mulai memanas dan berapi api untuk menjelaskan semuanya kepada ibunya.
“Akulah.. yang seharusnya meminta maaf..” kata Jaejoong menanggapi pernyataan ibunya
“Jo..” belum sempat ia berkata apa apa Jaejoong telah menyanggah kata katanya
“Mianhae” kata Jaejoong “Jeongmal Mianhae, oemma” lanjutnya
“Jongie..” air wajah penuh kasih sayang terlihat diwajah yeoja paruh baya itu
“Tapi..ada satu hal yang harus aku jelaskan pada ibu..” kata Jaejoong yang menatap tegas ibunya yang kini ada dihadapannya
Tuan Park masih mengerutkan kening saat menatap yeoja yang kini tengah terduduk diberanda dengan mata terpejam terlihat menikmati udara disekitarnya. Matanya tak pernah lepas menatap yeoja itu sambil ia terus bergumul dengan pikirannya.
“Aku yakin sekali...” batinya
“Aku yakin ia memasuki tempat itu..” lanjutnya membatin sambil masih bergumul mencoba mengingat kejadian tadi pagi
Flash Back :
Seorang namja yang terlihat sangat familiar itu baru saja keluar dari sebuah ruangan yang berada dilantai atas. Pundak kanannya kini tengah menahan sebuah beban yang tertampung dikantung yang ada dibelakang punggungnya. Sejenak terlihat raut penuh kerinduan dan keengganan pada wajah namja itu. Dengan pikiran yang menerawang ia memandang kearah pintu ruangan yang baru saja ia tinggalkan. 
“Kau” kata Tuan Park mengagetkan namja itu
“Ah, ahjushi” kata namja itu sambil berusaha tersenyum pada Tuan Park dihadapannya
“Apa yang kau lakukan didepan kamar Shin Di-a, Jaejoong?” tanya Tuan Park penuh selidik
“A..Anni.. aku hanya berpamitan” kata namja bernama Jaejoong itu sambil berusaha membetulkan posisi tas yang tengah digendongnya.
Pandangan Tuan Park kini teralihkan kepada tas yang tengah bertengger dipundak kanan Jaejoong.
“Kau..akan pergi?” kata Tuan Park pernasaran
“Begitulah” jawab Jaejoong seadanyaberusaha menyembunyikan kecemasan diwajahnya
“Ke mana?” tanya Tuan Park yang masih penasaran
“Aku.. akan menemui ibuku” kata Jaejoong lagi mencoba menjawab Tuan Park dengan jelas
End Flash Back
“Tapi..” tanya Tuan Park pada dirinya sendiri masih menatap dengan tatapan yang tak dapat diartikan pada yeoja yang masih menikmati udara disekitarnya
Perlahan matanya membesar dan membulat sambil tetap memandang yeoja tersebut. tubuhnya membeku seakan tidak dapat menggerakan seluaruh badannya. Ia menerawang sambil membayangkan kemungkinan kemungkinan yang baru saja terlintas dalam pikirannya
“Mungkinkah..” tanyanya lebih pada dirinya sendiri
Hening terasa menemani dua orang manusia yang kini tengah menundukkan kepala mereka masing masing. Namja yang ada didepan yeoja paruh baya tersebut kini tengah terduduk sambil menerawang mencoba menebak apa yang kini tengah difikirkan yeoja paruh baya didepannya.
“Jongie..” kata wanita paruh baya tersebut memecah keheningan
Ibu Jaejoong kini mulai menegadahkan kepalanya dan mencoba menatap anak kesayangannya itu dengan tegas. Tampak raut penuh penyesalan dan kekhawatiran dalam wajah yeoja paruh baya tersebut.
 “Jaejoong-a... apapun yang telah terjadi dimasalalu, kau yang harus menyelesaikannya kali ini agar mendapatkan hasil yang baik untuk kedepannya. Jika memang itu kenyataannya, maka buktikanlah, maka semuanya pasti akan menjadi lebih baik” kata ibu Jaejoong menjelaskan
Jaejoong menggerakkan tubuhnya menandakan ia berhasil mencerna perkataan ibunya. Mendengar perkataan ibunya , kini pikiran Jaejoong kembali menerawang memikirkan makna dari perkataan ibunya.
Sebuah senyum perlahan lahan terkembang diwajah Jaejoong menandakan bahwa dirinya sudah mengerti jelas apa maksud perkataan ibunya. Kini ia menatap wajah ibunya dengan air wajah penuh kelegaan. Perlahan ia mengambil sebuah sendok yang terletak di sebelah kanan mangkok yang ada didepannya dan menyuapkan sesuap sup itu kedalam mulutnya.
“Enak” kata Jaejoong saat sup terswbut telah masuk kedalam laperutnya
Raut wajah serius yang dari tadi diperlihatkan ibu Jaejoong perlahan berubah menjadi raut wajah penuh kehangatan dan kelegaan. Senyumpun tak elak terukir diwajahnya saat mengamati namja itu tengah melahap sup buatanya dengan nikmat.
“Oemma.. Kamsahamnida” kata Jaejoong kemudian sambil menatap ibunya dan tersenyum dengan hangat
“Ne, ne, sudah makanlah makananmu” kata ibu Jaejoong yang tampak terenyuh saat namja didepannya ini mengucapkan terimakasih padanya. Betapa ia merindukan anaknya itu.
Jaejoong tertawa cukup kencang saat melihat wajah ibunya tengah bersemu merah. Hatinya kini merasa lebih tenang dari sebelumnya, keputusannya untuk menemui ibunya ternyata memang memberikan dampak yang cukup positif bagi dirinya, entah sudah berapa lama sejak ia keluar dari penjara ia tertawa seperti sekarang. Ternyata memang tidak ada yang lebih mengerti kita selain orang yang mengurus kita sejak kecil
Jaejoong POV
Angin menerpa wajahku dengan segarnya. Aku pandangi padang bunga yang kini tengah dengan indahnya bermekaran dari beranda rumah ibuku di daerah pedesaan yang indah ini. Seketika aku menangkap setangkai bunga yang menarik perhatianku untuk menuju kearahnya.
“Forget me not” kataku sambil mengamati bunga kecil berwarna kebiruan itu
Pikiranku kemudian menerawang mengenang wajah seorang yeoja yang sedang tersenyum dengan bunga tersebut ditelinga kanannya. Senyum kecil terukir diwajahku dan kemudian membawaku kembali pada saat sebelum aku meninggalkan rumahku di Gwangju.
Flash back:
Aku menatap pintu putih itu dalam waktu yang lama. Ada perasaan enggan untukku memasuki ruangan itu namun sebagian perasaanku dengan ganas memaksaku untuk masuk kedalam ruangan itu. Dengan desahan nafas yang berat aku memberanikan diri menggenggam kenop pintu tersebut dan memutarnya perlahan. Kubuka pintu itu perlahan dan penuh keraguan, sedikit demi sedikit pintunya semakin terbuka lebar dan memperlihatkan pemandangan yang membuat hatiku berdetak. Aku tengah melihat seorang yeoja yang kini tengah tertidur pulas. Yeoja yang sangat kucintai, Han Shin Di.
Perlahan aku mendekatinya dan mengambil posisi duduk disebelah tempat tidurnya. Semakin terlihat jelas wajah yeoja yang kini tengah menutup matanya dan bernafas dengan teratur. Kurasa ia sangat kelelahan. Entah sudah sudah berapa lama aku tidak melihat wajahnya sedekat ini.
“Han Shin Di” kataku pelan lebih tepatnya berbisik
Sejenak kuperhatikan tubuhnya bergerak saat aku membisikan namanya. Kepalanya yang tadi mengarah kearah kanan kini mencoba mengambil posisi kesebelah kiri dan membuat wajahnya itu tampak semakin jelas dihadapanku.
“Jika kau terjaga dan aku berkata aku akan pergi apakah kau akan perduli? Jika aku berkata padamu bahwa aku tidak tahu kapan aku akan kembali akankah kau menahanku? Jika aku bertanya apakah kau masih mencintaiku akankah kau menjawabnya? Shin Di-a, aku sangat merindukanmu. Tahukah kau betapa sakitnya hatiku setiap kali melihat sikapmu yang dingin itu padaku? Apakah kebencianmu begitu besar padaku?” aku berkatadengan pelan
Aku berkutat dengan pikiranku sambil memandangi wajah yeoja dihadapanku ini dengan rasa nyeri yang terus terasa didadaku. Perlahan aku mendekatkan wajahku pada wajah yeoja yang tengah tertidur itu, terasa desahan nafasnya yang masih teratur saat wajahku mendekatinya.
Kini aku merasakan sebuah kelembutan yang benar benar aku rindukan. Sebuah kelembutan yang membuat rasa hangat ini mengitari tubuhku dengan liarnya. Detak jantungku mulai tidak beraturan dan rasa riduku kini menguap sejenak. Sentuhan lembut dari bibirnya benar benar membuat rasa rindu yang kurasakan beberapa hari terakhir ini menghilang begitu saja.
  “Biarlah seperti ini. Kumohon biarkan seperti ini. Sebelum ia terjaga, kumohon waktu, berhentilah sebentar saja. Hanya sebentar. Agar kehangatan ini, tidak menghilang dari kehidupanku. Agar aku dapat merasakan kehangatan ini lebih lama” batinku sambil menempelkan bibirku dengan bibirnya
Aku kembali menatap pintu putih dihadapanku itu. Ada perasaan yang nyeri saat aku meninggalkan yeoja itu didalam sana, namun apa lagi yang dapat kuperbuat?
“Ternyata waktu memang tidak akan pernah berhenti” kataku pilu menatap pintu didepanku itu
Aku membenarkan posis tasku pada tumpuan bahu kananku dan meyakinkan diriku untuk meninggalkan tempat itu sejenak
“Kau” perkataan seseorang mengagetkanku
“Ah, ahjussi” kataku berbalik kearahnya sambil tersenyum
Flash back end
Aku masih memandangi bunga cantik itu sambil mengingat kejadian yang baru saja aku lakukan sesaat sebelum meninggalkan tempatku. Tangan kananku perlahan terangkat dan menyentuh bibirku saat aku meningat bahwa aku mencium yeoja itu kala itu.
“Shin Di-a” kataku perlihat saat mengingat yeoja itu dan kembali berkutat dengan pikiranku
“Aku ..pasti akan menjelaskan semuanya padamu. Dan kuharap saat itu tiba.. kau.. dapat percaya padaku” kataku kemudian sambil menikmati terpaan angin diwajahku
End Jaejoong POV
***
Han Shin Di tengah mengarahkan tongkatnya kesegala arah untuk kembali menuju kamarnya. Ia merasakan sebuah kehampaan besar saat itu. Kehampaan yang tampaknya selalu menghiasi harinya selama 4 tahun dan kini kehampaan itu kembali terasa. Kehampaan karena seorang namja bernama Kim Jaejoong.
“Shin Di-a” panggil seseorang dari belakang
“Ah, ahjussi” jawabnya berusaha membalikan badannya dan mencoba mencari arah suara Tuan Park
“Shin Di-a” kata Tuan Park lagi
“Ada apa ahjussi?” tanya Shin Di merasakan hawa hawa yang tidak enak kini berada disekelilingnya
“Aku ingin bertanya sesuatu” kata Tuan Park yang terdengar sedikit ragu
“Eh? Bertanya apa, ahjussi?” kata Shin Di yang merasakan keraguan dinada Tuan Park
“Shin Di-a..” kata Tuan Park lagi yang penuh basa basi karena ketegangan yang ia rasakan
“Hm?”
“Apakah kau... menyukai Kim Jaejoong?” tanya Tuan Park dengan mulus
DEG! Terasa jantung Shin Di berdegup begitu kencang saat nama namja itu disebut. Namun yang lebih membuat jantungnya berdegup adalah pertanyaan yang dilontarkan oleh Tuan Park. Seketika Tuan Park dapat menangkap sebuah kekagetan diwajah yeoja itu, perlahan wajah yeoja dihadapannya itu menjadi pucat pasi dan tangannya pun terlihat gemetar.
“Jawablah Shin Di-a” kata Tuan Park lagi “Apakah kau masih menyukai Kim Jaejoong?” lanjutnya
TBC