Minggu, 15 April 2012

FF Straight "Something You Can't Deny" Chapeter 4

Title : Something You Can't Deny Chapeter 4
Author: Cindy Ayu S.
Rate: PG17
Main Cast : - Kim Jaejoong
                   - Han Shin Di
                   - Jung Yunho
                   - Kim Junsu

Cameo Cast: - Park Joo Seob (Tuan Park)

Note: Author membuat Fanfic ini berdasarkan ide sendiri yang dengan susah payah diketik selama beberapa hari, jadi yang baca harap RLC yup ^^ . As you know, Jung Yunho and Kim Jaejoong is mine! #plakk
Sorry for this boring chapeter



Chapeter 4: Please Stop The Time
Shin Di POV
Aku merasakan sebuah cahaya matahari yang mencoba untuk menusuk dalam mataku. Perlahan aku membuka mataku dan kudapati langit langit kamar yang tak asing bagiku. Aku membangkitkan diriku dan mengubah posisi tidurku menjadi posisi duduk.  Aku melihat sekeliling dan memandanginya lagi. Ya, memang tidak asing, aku masih berada dikamar Park Yoochun. Sejenak aku menghentikan kegiatan mataku yang menerawang seisi ruangan dan mulai berpikir sejenak
“Mataku...bisa melihat?” batinku
Mataku membesar dan pikiranku menerawang jauh. Aku bisa melihat? Sejak kapan? Apakah ini mimpi? Atau..
“Kau sudah bangun rupanya” kata seseorang yang baru saja masuk kedalam kamar
Tubuhku seakan membeku dan degup jantungku mulai berdetak tak beraturan. Aliran darahku berlari cepat mengitari tubuhku. Kini aku tengah melihat namja yang sejak dulu sangat kurindukan. Benar benar melihat namja itu. Benar benar melihat senyumnya lagi. Dan benar benar melihat bahwa kini ia tengah membawakan sebuah nampan berisikan makanan diatasnya.
“Ja.. Jae.. Jaejoong-a?” kataku tergagap
“Iya ini aku, kau kan sedang ada dirumahku” katanya sambil berjalan menuju kearah tempat tidurku
“Ka.. kau.. benar benar Kim Jae..” kataku masih tergagap tak percaya
“Ne, ini aku, Kim Jae Joong, Han Shin Di” jawabnya lagi memotong kata kataku
Apakah ini nyata? Ataukah ini mimpi? Apakah ini sebenarnya yang terjadi dan bukan hal buruk yang menimpaku 4 tahun yang lalu? Apakah kejadian itu lah yang sebenarnya hanya sebuah mimpi? Apakah apakah ..
“Shin Di-a” panggil namja bernama Kim Jae Joong itu
Seketika aku menghentikan pergumulanku dengan pikiran pikiranku itu dan beralih memandangnya. Tatapannya yang lembut itu benar benar membuat hatiku terenyuh dan merasa nyaman didekatnya.
“Kau baik baik saja kan?” tanyanya lagi
Terlihat raut wajah khawatir di air mukanya. Kini hatiku benar benar merasa senang saat melihat wajahnya. Wajah yang amat kurindukan. Amat sangat aku rindukan. Pikiranku kembali bergumul hingga akhirnya aku memutuskan. Kalaupun ini hanyalah sebuah mimpi, kalaupun ini semua bukanlah kenyataan, kumohon, siapapun, jangan bangunkan aku dari mimpi ini. Jangan.
“Ne, aku baik baik saja” aku tersenyum kearahnya
Kini terlihat raut wajah kelegaan di air mukanya. Kini kulihat ia berusaha duduk disamping tempat tidur sambil menaruh nampan itu didepannya. Diatas nampan itu dapat kulihat sebuah mangkok yang berisikan sup rumput laut. Eh tunggu dulu, sup rumput laut?
“Saengil chukkae, Shin Di-a” katanya ramah sambil tersenyum kepadaku
Aku memandangnya tidak percaya. Jantungku terasa begitu tidak beraturan saat ia mengatakan hal itu.
“Ulang tahunku?” batinku sambil terus menatap mata namja yang kucintai ini dengan tidak percaya
 “Apa kau tidak ingin memakan sup mu?” perkataan yang keluar dari mulut Jaejoong kembali membuyarkanku dari pergumulan pikiranku
Seketika aku mengulurkan tanganku mencoba meraih sendok yang ada disamping mangkok tersebut. Saat aku hendak meraih sendok tersebut kurasakan sesuatu berusaha menghentikanku meraih sendok itu. Lembut. Hangat. Dan nyaman. Itulah yang kurasakan saat Jaejoong menggenggam tanganku.
“Jae..”
“Aku saja yang menyuapimu” katanya memotong perkataanku sambil tersenyum tulus
“Me..menyuapiku?” kataku tergagap. Lagi.
“Kenapa? Apa kau tidak suka aku suapi?” tanyanya sambil mengerucutkan bibirnya
Aku memandang namja dimataku ini dengan gemas. Senyumpun tak elak terukir diwajahku.
“Anniyo, tentu saja aku senang. Ayo suapi aku” kataku padanya penuh semangat
Dapat kulihat senyum itu terkembang lagi diwajahnya. Segera tangannya yang tangguh itupun mengambil sendok yang berada di nampan dan mencoba meraih sup yang ada didalam mangkok. Dengan perlahan ia mengarahkan sendok yang sudah berisi sup tersebut kearah mulutku.
“Say A..” katanya sambil membuka mulutnya lebar.
Aku berusaha menahan geli saat melihat mulutnya menganga begitu lebar , senyum tipis menghiasi wajahku sejenak sebelum aku membukakan mulutku untuk menerima sebuah suapan darinya.
“Bagaimana? Kau menyukainya?” kata namja itu saat sup buatannya sudah melewati  tenggorokkanku dengan mulus
“Hmm, kau mau jawaban yang jujur atau bohong?” tanyaku jail padanya
“Aish kau ini! Tentu saja jawaban yang jujur” katanya sambil mendecakkan lidah
“Ah, sayang sekali, padahal aku harap kau memilih jawaban yang bohong” kataku memperlihatkan raut yang tampak kecewa
“Eh? Wae?” katanya dengan nada yang terdengar khawatir
“Karena sejujurnya, masakanmu itu ..” kataku masih dengan raut kecewa
Dapat kulihat raut wajahnya yang semakin khawatir. Matanya berkedip cepat seperti tatapan yang  berharap mendapatkan jawaban yang bagus dariku.
“..sangat enak!!” kataku sambil menunjukkan senyum terbaikku padanya
“Aish, kau ini membuatku takut saja!” katanya kesal
“Ah, mian, mian, aku kan hanya rindu untuk menjailimu hehe” kataku sambil tersenyum geli melihat reaksinya yang berlebihan
“Dasar tuan putri!” katanya memukulkan sendok itu pada kepalaku
“Aish!!” teriakku kesakitan saat namja itu memukulkan sendoknya padaku
“Sudah, ayo lanjutkan makannya” katanya sambil mencoba meraih sesendok sup rumput laut lagi
“Say A..” katanya lagi sambil membuka lebar mulutnya
Aku masih terdiam sambil mengerucutkan bibirku menandakan aku tidak suka dengan tindakannya barusan. Tanganku kini terlipat silang didada. Inilah kebiasaan yang kulakukan bila kesal terhadap sesuatu. Sejenak kuperhatikan kegiatan Jaejoong terhenti.
“Arra, mianhae ne? Aku berjanji jika kau menghabiskan sup rumput laut ini, maka kita akan bermain dipantai, bagaimana?” katanya kemudian
Senyum terkembang diwajahku. Aku sangat senang dengan jawabannya. Tanpa pikir panjang akupun melahap sesendok sup rumput laut yang dari tadi disuapkan Jaejoong.

***
“Ayo naik” kata namja itu kepadaku sambil menepuk nepuk dudukan belakang sepeda miliknya
“Eh?” tanyaku tak mengerti
“Ayo kita berkeliling pantai” katanya sambil tersenyum
“Berkeliling pantai? Dengan sepeda?” tanyaku heran
“Ayolah, tidak seburuk itu bukan?” katanya lagi dengan nada kecewa
“Arra, arra” aku menaiki sepeda itu dan duduk dibelakang Jaejoong
Aku menaiki sepeda itu dengan posisi kedua kaki berada disebelah kiri. Mau bagaimana lagi? Kali ini aku sedang mengenakan terusan putih yang cukup merepotkan jika aku menaiki sesuatu seperti sepeda.
Tiba tiba kurasakan dua buah tangan tengah menggenggam masing masing tanganku erat. Tanganku yang terasa kaku itu kini sudah mengitari sebuah pinggang yang begitu kecil dan hangat. Jantungku tak hentinya berdegup kencang saat merasakan kehangatan itu mulai menyebar hingga keseluruh tubuhku. Dapat kurasakan wajahku kini memanas dan memerah.
“Jika kau tidak ingin jatuh, peluk aku dengan erat, ne?” kata namja itu
Aku mendekatkan tubuhku pada punggungnya yang terlihat tegap itu. Tanganku tak lepas memeluk pinggangnya dengan erat.
“Ne, arraseo” kataku sedikit berbisik namun masih terdengar olehnya
“Baik, ayo kita berangkat” kata Jaejoong mulai mengayuh sepeda itu
Sepeda itu melaju dengan sangat perlahan dan stabil, namun kadang Jaejoong suka membuat sepeda itu melaju jadi begitu cepat sehingga aku merasa sedikit ketakutan. Angin pantai yang begitu sejuk semakin membuatku menikmati hari ini. Ditambah dengan kehangatan punggung namja yang aku cintai, menambah sensasi kenyamananku hari ini. Setelah puas kami berkeliling pantai sambil menaiki sepeda, sekarang kami sedang melepas sepatu kami dan bermain air dipantai. Kakiku dapat merasakan ombak pantai yang sangat dingin menimpa kakiku. Sejuk. Sangat sejuk. Dan sangat nyaman. Namun tiba tiba dapat kurasakan air tersebut mulai membasahi wajahku.
“Yah! Kim Jae Joong!” kataku kesal menyadari Jaejoong memercikkan air kewajahku
“Hahaha, wajahmu itu lucu sekali kalau sedang marah!” katanya sambil tertawa
 Aku berusaha menahan senyumku saat ia memujiku lucu dan malah memperlihatkan raut wajah yang kesal. Segera aku mengambil ancang ancang dan menyipratkan air yang lebih banyak padanya. Berhasil! Seluruh wajah Kim Jae Joong kini basah karena air yang aku berikan.
“Han Shin Di!” katanya menaikan nadanya
Ia berusha membalas cipratan airku begitu juga sebaliknya. Kami bermain air hingga seluruh tubuh kami sudah sangat kebasahan. Walaupun aku menyadarinya tapi aku tidak mau perduli, saat saat seperti ini adalah saat saat yang jarang kutemui. Jarang. Bahkan mungkin takkan pernah kudapatkan atau kubayangkan lagi.
Matahari mulai terbenam, kini aku dan Jaejoong tengah duduk diatas pasir sambil menikmati pemandangan itu. Sangat indah. Cahaya yang benar benar membuat mataku tak mau berpaling darinya. Cahaya yang dapat benar benar kulihat saat ini.
“Terimakasih” kataku memecah keheningan
“Eh?” kata Jaejoong terdengar  kaget
“Terimakasih untuk hari ini” kataku tersenyum masih memandangi sinar cahaya matahari tersebut
“Tentu saja” kata Jaejoong kemudian
Kurasakan hening sejenak diantara kami. Aku masih terpaku memandangi sinar yang sebentar lagi akan menghilang itu.
“Shin Di-a” kata Jaejoong yang mulai memecah keheningan
“Hm?” kataku tanpa menatapnya
“Saranghae” katanya mengagetkanku dan membuatku berpaling dari cahaya itu dan memandangi wajahnya
Aku kini menatap wajahnya yang terlihat sangat sangat gugup dengan rona rona merah yang terdapat dikedua pipinya yang putih itu. Jantungku berdegup kencang dan darahku berdesir cepat mengaliri seluruh tubuhku yang juga membuat rona merah diwajahku.
Sejenak dapat kulihat wajah Jaejoong yang semakin mendekat padaku, reflek aku memundurkan sedikit kepalaku seperti berusaha menghindari wajahnya, namun kegiatanku itu terhenti sejenak saat aku mengingat kata katanya tadi padaku
“Saranghae”  kata itu berkelebat dalam pikiranku
“Nado ..” kataku sesaat sebelum aku menutup mataku
“Nado saranghae, Jaejoong-a”  kataku membatin saat nafas Jaejoong kini terasa diwajahku
Kini dapat kurasakan sesuatu yang lembut menyentuh bibirku. Perlahan sebuah pagutan lembut mengitari seluruh bibirku. Tubuhku terasa hangat dan nyaman saat bibir kami kini telah menyatu dan tengah memadu kasih dengan lembut. Kami saling berbagi kasih seiring dengan tenggelamnya matahari kala itu. Dengan tenggelamnya cahaya itu.
Perasaan ini, kehangatan ini, dan rasa nyaman ini, kumohon, jangan biarkan ini menghilang dari hidupku. Meskipun hanya mimpi, meskipun bukan kenyataan, jika aku boleh, tolong hentikan waktu sekarang juga. Agar aku tetap merasakan kenyamanan ini, agar aku tetap merasakan kehangatan ini, agar aku tetap bersama namja yang aku cintai ini. Kumohon waktu, berhentilah.
End Shin Di POV
***
Petir menggelegar membuat seorang yeoja mau tidak mau membuka matanya dengan segera. Terdengar nafasnya seperti terburu buru dan keringat dingin mengalir dari keningnya. Ia memegangi dadanya yang terasa sesak dan perlahan air mata mengalir dari ujung matanya. Terdengar isakan isakan kecil saat ia meremas pakaiannya erat.
“Kenapa...” batinnya
“Kenapa waktu tidak berhenti?” batinnya lagi sambil masih terus terisak
***
“Shin Di-a?” kata Tuan Park terkejut melihat yeoja tersebut kini ada dihadapannya
“Ah, ahjussi” kata yeoja itu lemah mendapati suara Tuan Park disekitarnya
“Kau kenapa? Habis mimpi buruk ya?” tanya Tuan Park pada Shin Di
Bukan mimpiku yang buruk tapi kenyataan ini yang buruk” batin yeoja itu
“Ah, ne” kata Shin Di kemudian
“Ah, minumlah dulu, siapa tahu dapat menenangkanmu” tawar Tuan Park sambil mengambil segelas air putih
Shin Di melangkahkan kakinya mencoba duduk dimeja  makan. Ia mencoba meraih ujung kepala kursi dan menariknya keluar,. Kemudian ia menjatuhkan tubuhnya diatas kursi tersebut. sejenak ia merasakan sesuatu yang kosong. Sesuatu yang ganjil dan terasa sangat berbeda di rumah itu.
“Dimana Kim Jaejoong?” batinnya berusaha mencari namja yang baru saja mengisi mimpinya
Perlahan terdengar sebuah hentakkan dimeja. Tuan Park kini tengah menaruh segelas air putih dihadapan Shin Di. Ia dapat menangkap sebuah kegelisahan yang tampak diraut wajah yeoja itu.
“Ah, apa yang membuatmu hingga terbangun sepagi ini Shin Di-a?” Tuan Park membuka pembicaraan
“Ti.. tidak ada.. hanya mimpi buruk saja” ucapan Shin Di yang hampir menuju benar
“Ah, ya, apa dia sudah berpamitan?” kata Tuan Park membuat Shin Di mengerutkan keningnya
“Eh? Nugu?” kata Shin Di tak mengerti
“Namja itu.. Kim Jae Joong” kata Tuan Park yang juga tampak bingung
“Eh? Memang dia pergi kemana?” kata Shin Di terlihat cemas
Ada sedikit rasa tidak enak yang kini mengganggu hatinya. Jantungnya seakan tak sabar berdetak 2x lebih cepat dari biasanya. Firasatnya mengatakan namja itu kini telah sangat jauh darinya. Sementara Tuan Park hanya menatap yeoja yang kini telah terduduk dengan raut wajah khawatir itu sambil mengerutkan kening. Deburan ombak terdengar menguasai keadaan ruangan yang kini tengah terdiam sepi kala kedua orang didalamnya kini tengah sibuk dengan pikiran mereka masing masing.
“Ke tempat orang tuanya” kata Tuan Park memecah keheningan
***
Disinilah Jaejoong, tengah berdiri di depan kebun bunga dihalaman rumahnya. Matanya tak henti menerawang sekeliling mengamati bunga bunga yang kini telah bermekaran dengan cantiknya.
“Kalian sudah menjadi sangat cantik sekarang”
Senyum terukir setiap ia melangkah sambil melewati kerumunan bunga yang cantik dan indah. Sejenak langkah kakinya terhenti saat ia menatap berbagai macam pakaian yang kini tengah tergantung disebuah tiang yang ditidurkan secara horisontal. Angin yang cukup kencang membuat beberapa pakaian tersebut seperti akan terbang melarikan diri dari tiang tersebut.
Sejenak ia melihat bayangan seorang yeoja paruh baya yang tengah menatapnya dengan wajah kebingungan. Perlahan ia melihat yeoja tersebut kini tengah berjalan kearahnya sambil membelalakkan matanya. Mata yeoja paruh baya tersebut tak hentinya berkedip kedip ketika melihat namja itu kini tengah berdiri dihadapannya.
“Oemma..” kata namja yang bernama Kim Jae Joong itu setengah berbisik sambil menatap yeoja paruh baya itu penuh kerinduan
Yeoja paruh baya yang dipanggil ‘Oemma’ itu kemudian mengelus pelan wajah Jaejoong yang mulus sambil  menahan air mata dipelupuk matanya. Ia kemuadian melihat pakaian yang Jaejoong kenakan dan menggenggam pakaiannya erat, seketika ia memukul mukulkan kedua tangannya masih menggenggam pakaian itu di dada Jaejoong sambil terisak pelan.
“Oemma..” kata Jaejoong lagi yang juga mulai terisak
Yeoja yang dipanggil ‘oemma’ itupun langsung memeluk Jaejoong tanpa basa basi dengan erat. Sangat erat. Yeoja itu tampaknya sangat rindu dengan namja yang kini tengah ada dihadapannya. Yang kini tengah ia peluk. Yang baru saja menyerukan namanya.
“Kau pulang, nak” kata ibu Jaejoong kemudian sambil terisak didada Jaejoong
Jaejoong yang tak kalah rindu dengan ibunya kini mengarahkan tangannya dan mulai memeluk ibunya balik. Ia memeluk ibunya erat dan menjatuhkan kepalanya dibahu ibunya. Setetes air mata tak urung jatuh dari pelupuk mata Jaejoong.
“Aku pulang, oemma” kata Jaejoong yang tengah berpelukan dengan ibunya
***
“Makanlah yang banyak, kau terlihat lebih kurus dari empat tahun yang lalu” kata ibu Jaejoong sambil menaruh semangkuk sup daging pedas dihadapan Jaejoong
“Ah, ne” kata Jaejoong masih agak canggung dengan ibunya setelah perpisahan yang tidak mengenakan empat tahun yang lalu
“Terasa canggung ya?” perkataan ibu Jaejoong tepat sasaran sambil mencoba duduk bersila dihadapan meja Jaejoong
“O.. Oemma.. dega..” kata Jaejoong terbata mencoba mencari kata yang tepat untuk menjelaskan semuanya pada ibunya
“Saat itu..” potong ibu Jaejoong
“Saat dipengadilan..ibu tidak bisa berhenti mengutuk diri ibu sendiri yang merasa gagal sebagai seorang ibu..ibu tidak bisa melakukan apa apa untuk menolongmu, Jongie..” kata ibu Jaejoong sambil menatap anaknya dengan air wajah penuh penyesalan
“Oemma..” Jaejoong berusaha menyanggah pernyataan ibunya
“Mianhae” kata ibu Jaejoong sebelum Jaejoong sempat menyanggah pernyatannya
Terasa dada Jaejoong kini tercekat mendengar perkataan ibunya yang diselingi dengan mata berkaca kaca dimata ibunya. Mulut Jaejoong yang tadinya terasa beku kini mulai memanas dan berapi api untuk menjelaskan semuanya kepada ibunya.
“Akulah.. yang seharusnya meminta maaf..” kata Jaejoong menanggapi pernyataan ibunya
“Jo..” belum sempat ia berkata apa apa Jaejoong telah menyanggah kata katanya
“Mianhae” kata Jaejoong “Jeongmal Mianhae, oemma” lanjutnya
“Jongie..” air wajah penuh kasih sayang terlihat diwajah yeoja paruh baya itu
“Tapi..ada satu hal yang harus aku jelaskan pada ibu..” kata Jaejoong yang menatap tegas ibunya yang kini ada dihadapannya
Tuan Park masih mengerutkan kening saat menatap yeoja yang kini tengah terduduk diberanda dengan mata terpejam terlihat menikmati udara disekitarnya. Matanya tak pernah lepas menatap yeoja itu sambil ia terus bergumul dengan pikirannya.
“Aku yakin sekali...” batinya
“Aku yakin ia memasuki tempat itu..” lanjutnya membatin sambil masih bergumul mencoba mengingat kejadian tadi pagi
Flash Back :
Seorang namja yang terlihat sangat familiar itu baru saja keluar dari sebuah ruangan yang berada dilantai atas. Pundak kanannya kini tengah menahan sebuah beban yang tertampung dikantung yang ada dibelakang punggungnya. Sejenak terlihat raut penuh kerinduan dan keengganan pada wajah namja itu. Dengan pikiran yang menerawang ia memandang kearah pintu ruangan yang baru saja ia tinggalkan. 
“Kau” kata Tuan Park mengagetkan namja itu
“Ah, ahjushi” kata namja itu sambil berusaha tersenyum pada Tuan Park dihadapannya
“Apa yang kau lakukan didepan kamar Shin Di-a, Jaejoong?” tanya Tuan Park penuh selidik
“A..Anni.. aku hanya berpamitan” kata namja bernama Jaejoong itu sambil berusaha membetulkan posisi tas yang tengah digendongnya.
Pandangan Tuan Park kini teralihkan kepada tas yang tengah bertengger dipundak kanan Jaejoong.
“Kau..akan pergi?” kata Tuan Park pernasaran
“Begitulah” jawab Jaejoong seadanyaberusaha menyembunyikan kecemasan diwajahnya
“Ke mana?” tanya Tuan Park yang masih penasaran
“Aku.. akan menemui ibuku” kata Jaejoong lagi mencoba menjawab Tuan Park dengan jelas
End Flash Back
“Tapi..” tanya Tuan Park pada dirinya sendiri masih menatap dengan tatapan yang tak dapat diartikan pada yeoja yang masih menikmati udara disekitarnya
Perlahan matanya membesar dan membulat sambil tetap memandang yeoja tersebut. tubuhnya membeku seakan tidak dapat menggerakan seluaruh badannya. Ia menerawang sambil membayangkan kemungkinan kemungkinan yang baru saja terlintas dalam pikirannya
“Mungkinkah..” tanyanya lebih pada dirinya sendiri
Hening terasa menemani dua orang manusia yang kini tengah menundukkan kepala mereka masing masing. Namja yang ada didepan yeoja paruh baya tersebut kini tengah terduduk sambil menerawang mencoba menebak apa yang kini tengah difikirkan yeoja paruh baya didepannya.
“Jongie..” kata wanita paruh baya tersebut memecah keheningan
Ibu Jaejoong kini mulai menegadahkan kepalanya dan mencoba menatap anak kesayangannya itu dengan tegas. Tampak raut penuh penyesalan dan kekhawatiran dalam wajah yeoja paruh baya tersebut.
 “Jaejoong-a... apapun yang telah terjadi dimasalalu, kau yang harus menyelesaikannya kali ini agar mendapatkan hasil yang baik untuk kedepannya. Jika memang itu kenyataannya, maka buktikanlah, maka semuanya pasti akan menjadi lebih baik” kata ibu Jaejoong menjelaskan
Jaejoong menggerakkan tubuhnya menandakan ia berhasil mencerna perkataan ibunya. Mendengar perkataan ibunya , kini pikiran Jaejoong kembali menerawang memikirkan makna dari perkataan ibunya.
Sebuah senyum perlahan lahan terkembang diwajah Jaejoong menandakan bahwa dirinya sudah mengerti jelas apa maksud perkataan ibunya. Kini ia menatap wajah ibunya dengan air wajah penuh kelegaan. Perlahan ia mengambil sebuah sendok yang terletak di sebelah kanan mangkok yang ada didepannya dan menyuapkan sesuap sup itu kedalam mulutnya.
“Enak” kata Jaejoong saat sup terswbut telah masuk kedalam laperutnya
Raut wajah serius yang dari tadi diperlihatkan ibu Jaejoong perlahan berubah menjadi raut wajah penuh kehangatan dan kelegaan. Senyumpun tak elak terukir diwajahnya saat mengamati namja itu tengah melahap sup buatanya dengan nikmat.
“Oemma.. Kamsahamnida” kata Jaejoong kemudian sambil menatap ibunya dan tersenyum dengan hangat
“Ne, ne, sudah makanlah makananmu” kata ibu Jaejoong yang tampak terenyuh saat namja didepannya ini mengucapkan terimakasih padanya. Betapa ia merindukan anaknya itu.
Jaejoong tertawa cukup kencang saat melihat wajah ibunya tengah bersemu merah. Hatinya kini merasa lebih tenang dari sebelumnya, keputusannya untuk menemui ibunya ternyata memang memberikan dampak yang cukup positif bagi dirinya, entah sudah berapa lama sejak ia keluar dari penjara ia tertawa seperti sekarang. Ternyata memang tidak ada yang lebih mengerti kita selain orang yang mengurus kita sejak kecil
Jaejoong POV
Angin menerpa wajahku dengan segarnya. Aku pandangi padang bunga yang kini tengah dengan indahnya bermekaran dari beranda rumah ibuku di daerah pedesaan yang indah ini. Seketika aku menangkap setangkai bunga yang menarik perhatianku untuk menuju kearahnya.
“Forget me not” kataku sambil mengamati bunga kecil berwarna kebiruan itu
Pikiranku kemudian menerawang mengenang wajah seorang yeoja yang sedang tersenyum dengan bunga tersebut ditelinga kanannya. Senyum kecil terukir diwajahku dan kemudian membawaku kembali pada saat sebelum aku meninggalkan rumahku di Gwangju.
Flash back:
Aku menatap pintu putih itu dalam waktu yang lama. Ada perasaan enggan untukku memasuki ruangan itu namun sebagian perasaanku dengan ganas memaksaku untuk masuk kedalam ruangan itu. Dengan desahan nafas yang berat aku memberanikan diri menggenggam kenop pintu tersebut dan memutarnya perlahan. Kubuka pintu itu perlahan dan penuh keraguan, sedikit demi sedikit pintunya semakin terbuka lebar dan memperlihatkan pemandangan yang membuat hatiku berdetak. Aku tengah melihat seorang yeoja yang kini tengah tertidur pulas. Yeoja yang sangat kucintai, Han Shin Di.
Perlahan aku mendekatinya dan mengambil posisi duduk disebelah tempat tidurnya. Semakin terlihat jelas wajah yeoja yang kini tengah menutup matanya dan bernafas dengan teratur. Kurasa ia sangat kelelahan. Entah sudah sudah berapa lama aku tidak melihat wajahnya sedekat ini.
“Han Shin Di” kataku pelan lebih tepatnya berbisik
Sejenak kuperhatikan tubuhnya bergerak saat aku membisikan namanya. Kepalanya yang tadi mengarah kearah kanan kini mencoba mengambil posisi kesebelah kiri dan membuat wajahnya itu tampak semakin jelas dihadapanku.
“Jika kau terjaga dan aku berkata aku akan pergi apakah kau akan perduli? Jika aku berkata padamu bahwa aku tidak tahu kapan aku akan kembali akankah kau menahanku? Jika aku bertanya apakah kau masih mencintaiku akankah kau menjawabnya? Shin Di-a, aku sangat merindukanmu. Tahukah kau betapa sakitnya hatiku setiap kali melihat sikapmu yang dingin itu padaku? Apakah kebencianmu begitu besar padaku?” aku berkatadengan pelan
Aku berkutat dengan pikiranku sambil memandangi wajah yeoja dihadapanku ini dengan rasa nyeri yang terus terasa didadaku. Perlahan aku mendekatkan wajahku pada wajah yeoja yang tengah tertidur itu, terasa desahan nafasnya yang masih teratur saat wajahku mendekatinya.
Kini aku merasakan sebuah kelembutan yang benar benar aku rindukan. Sebuah kelembutan yang membuat rasa hangat ini mengitari tubuhku dengan liarnya. Detak jantungku mulai tidak beraturan dan rasa riduku kini menguap sejenak. Sentuhan lembut dari bibirnya benar benar membuat rasa rindu yang kurasakan beberapa hari terakhir ini menghilang begitu saja.
  “Biarlah seperti ini. Kumohon biarkan seperti ini. Sebelum ia terjaga, kumohon waktu, berhentilah sebentar saja. Hanya sebentar. Agar kehangatan ini, tidak menghilang dari kehidupanku. Agar aku dapat merasakan kehangatan ini lebih lama” batinku sambil menempelkan bibirku dengan bibirnya
Aku kembali menatap pintu putih dihadapanku itu. Ada perasaan yang nyeri saat aku meninggalkan yeoja itu didalam sana, namun apa lagi yang dapat kuperbuat?
“Ternyata waktu memang tidak akan pernah berhenti” kataku pilu menatap pintu didepanku itu
Aku membenarkan posis tasku pada tumpuan bahu kananku dan meyakinkan diriku untuk meninggalkan tempat itu sejenak
“Kau” perkataan seseorang mengagetkanku
“Ah, ahjussi” kataku berbalik kearahnya sambil tersenyum
Flash back end
Aku masih memandangi bunga cantik itu sambil mengingat kejadian yang baru saja aku lakukan sesaat sebelum meninggalkan tempatku. Tangan kananku perlahan terangkat dan menyentuh bibirku saat aku meningat bahwa aku mencium yeoja itu kala itu.
“Shin Di-a” kataku perlihat saat mengingat yeoja itu dan kembali berkutat dengan pikiranku
“Aku ..pasti akan menjelaskan semuanya padamu. Dan kuharap saat itu tiba.. kau.. dapat percaya padaku” kataku kemudian sambil menikmati terpaan angin diwajahku
End Jaejoong POV
***
Han Shin Di tengah mengarahkan tongkatnya kesegala arah untuk kembali menuju kamarnya. Ia merasakan sebuah kehampaan besar saat itu. Kehampaan yang tampaknya selalu menghiasi harinya selama 4 tahun dan kini kehampaan itu kembali terasa. Kehampaan karena seorang namja bernama Kim Jaejoong.
“Shin Di-a” panggil seseorang dari belakang
“Ah, ahjussi” jawabnya berusaha membalikan badannya dan mencoba mencari arah suara Tuan Park
“Shin Di-a” kata Tuan Park lagi
“Ada apa ahjussi?” tanya Shin Di merasakan hawa hawa yang tidak enak kini berada disekelilingnya
“Aku ingin bertanya sesuatu” kata Tuan Park yang terdengar sedikit ragu
“Eh? Bertanya apa, ahjussi?” kata Shin Di yang merasakan keraguan dinada Tuan Park
“Shin Di-a..” kata Tuan Park lagi yang penuh basa basi karena ketegangan yang ia rasakan
“Hm?”
“Apakah kau... menyukai Kim Jaejoong?” tanya Tuan Park dengan mulus
DEG! Terasa jantung Shin Di berdegup begitu kencang saat nama namja itu disebut. Namun yang lebih membuat jantungnya berdegup adalah pertanyaan yang dilontarkan oleh Tuan Park. Seketika Tuan Park dapat menangkap sebuah kekagetan diwajah yeoja itu, perlahan wajah yeoja dihadapannya itu menjadi pucat pasi dan tangannya pun terlihat gemetar.
“Jawablah Shin Di-a” kata Tuan Park lagi “Apakah kau masih menyukai Kim Jaejoong?” lanjutnya
TBC

Tidak ada komentar: