Author: Cindy Ayu S.
Rate: PG17
Main Cast : - Kim Jaejoong
- Han Shin Di
- Jung Yunho
- Kim Junsu
Cameo Cast: - Park Joo Seob (Tuan Park)
Note: Author membuat Fanfic ini berdasarkan ide sendiri yang dengan susah payah diketik selama beberapa hari, jadi yang baca harap RLC yup ^^ . As you know, Jung Yunho and Kim Jaejoong is mine! #plakk
Sorry for this boring chapeter
Chapeter 4: Please Stop The Time
Shin Di POV
Aku merasakan sebuah cahaya matahari yang mencoba untuk
menusuk dalam mataku. Perlahan aku membuka mataku dan kudapati langit langit
kamar yang tak asing bagiku. Aku membangkitkan diriku dan mengubah posisi
tidurku menjadi posisi duduk. Aku
melihat sekeliling dan memandanginya lagi. Ya, memang tidak asing, aku masih
berada dikamar Park Yoochun. Sejenak aku menghentikan kegiatan mataku yang
menerawang seisi ruangan dan mulai berpikir sejenak
“Mataku...bisa melihat?” batinku
Mataku membesar dan pikiranku menerawang jauh. Aku bisa
melihat? Sejak kapan? Apakah ini mimpi? Atau..
“Kau sudah bangun rupanya” kata seseorang yang baru saja
masuk kedalam kamar
Tubuhku seakan membeku dan degup jantungku mulai berdetak
tak beraturan. Aliran darahku berlari cepat mengitari tubuhku. Kini aku tengah
melihat namja yang sejak dulu sangat kurindukan. Benar benar melihat namja itu.
Benar benar melihat senyumnya lagi. Dan benar benar melihat bahwa kini ia
tengah membawakan sebuah nampan berisikan makanan diatasnya.
“Ja.. Jae.. Jaejoong-a?” kataku tergagap
“Iya ini aku, kau kan sedang ada dirumahku” katanya sambil
berjalan menuju kearah tempat tidurku
“Ka.. kau.. benar benar Kim Jae..” kataku masih tergagap tak
percaya
“Ne, ini aku, Kim Jae Joong, Han Shin Di” jawabnya lagi
memotong kata kataku
Apakah ini nyata? Ataukah ini mimpi? Apakah ini sebenarnya
yang terjadi dan bukan hal buruk yang menimpaku 4 tahun yang lalu? Apakah
kejadian itu lah yang sebenarnya hanya sebuah mimpi? Apakah apakah ..
“Shin Di-a” panggil namja bernama Kim Jae Joong itu
Seketika aku menghentikan pergumulanku dengan pikiran
pikiranku itu dan beralih memandangnya. Tatapannya yang lembut itu benar benar
membuat hatiku terenyuh dan merasa nyaman didekatnya.
“Kau baik baik saja kan?” tanyanya lagi
Terlihat raut wajah khawatir di air mukanya. Kini hatiku
benar benar merasa senang saat melihat wajahnya. Wajah yang amat kurindukan.
Amat sangat aku rindukan. Pikiranku kembali bergumul hingga akhirnya aku
memutuskan. Kalaupun ini hanyalah sebuah mimpi, kalaupun ini semua bukanlah
kenyataan, kumohon, siapapun, jangan bangunkan aku dari mimpi ini. Jangan.
“Ne, aku baik baik saja” aku tersenyum kearahnya
Kini terlihat raut wajah kelegaan di air mukanya. Kini
kulihat ia berusaha duduk disamping tempat tidur sambil menaruh nampan itu
didepannya. Diatas nampan itu dapat kulihat sebuah mangkok yang berisikan sup
rumput laut. Eh tunggu dulu, sup rumput laut?
“Saengil chukkae, Shin Di-a” katanya ramah sambil tersenyum
kepadaku
Aku memandangnya tidak percaya. Jantungku terasa begitu
tidak beraturan saat ia mengatakan hal itu.
“Ulang tahunku?” batinku sambil terus menatap mata namja
yang kucintai ini dengan tidak percaya
“Apa kau tidak ingin
memakan sup mu?” perkataan yang keluar dari mulut Jaejoong kembali
membuyarkanku dari pergumulan pikiranku
Seketika aku mengulurkan tanganku mencoba meraih sendok yang
ada disamping mangkok tersebut. Saat aku hendak meraih sendok tersebut
kurasakan sesuatu berusaha menghentikanku meraih sendok itu. Lembut. Hangat.
Dan nyaman. Itulah yang kurasakan saat Jaejoong menggenggam tanganku.
“Jae..”
“Aku saja yang menyuapimu” katanya memotong perkataanku
sambil tersenyum tulus
“Me..menyuapiku?” kataku tergagap. Lagi.
“Kenapa? Apa kau tidak suka aku suapi?” tanyanya sambil
mengerucutkan bibirnya
Aku memandang namja dimataku ini dengan gemas. Senyumpun tak
elak terukir diwajahku.
“Anniyo, tentu saja aku senang. Ayo suapi aku” kataku
padanya penuh semangat
Dapat kulihat senyum itu terkembang lagi diwajahnya. Segera
tangannya yang tangguh itupun mengambil sendok yang berada di nampan dan
mencoba meraih sup yang ada didalam mangkok. Dengan perlahan ia mengarahkan
sendok yang sudah berisi sup tersebut kearah mulutku.
“Say A..” katanya sambil membuka mulutnya lebar.
Aku berusaha menahan geli saat melihat mulutnya menganga
begitu lebar , senyum tipis menghiasi wajahku sejenak sebelum aku membukakan
mulutku untuk menerima sebuah suapan darinya.
“Bagaimana? Kau menyukainya?” kata namja itu saat sup
buatannya sudah melewati tenggorokkanku
dengan mulus
“Hmm, kau mau jawaban yang jujur atau bohong?” tanyaku jail
padanya
“Aish kau ini! Tentu saja jawaban yang jujur” katanya sambil
mendecakkan lidah
“Ah, sayang sekali, padahal aku harap kau memilih jawaban
yang bohong” kataku memperlihatkan raut yang tampak kecewa
“Eh? Wae?” katanya dengan nada yang terdengar khawatir
“Karena sejujurnya, masakanmu itu ..” kataku masih dengan
raut kecewa
Dapat kulihat raut wajahnya yang semakin khawatir. Matanya
berkedip cepat seperti tatapan yang
berharap mendapatkan jawaban yang bagus dariku.
“..sangat enak!!” kataku sambil menunjukkan senyum terbaikku
padanya
“Aish, kau ini membuatku takut saja!” katanya kesal
“Ah, mian, mian, aku kan hanya rindu untuk menjailimu hehe”
kataku sambil tersenyum geli melihat reaksinya yang berlebihan
“Dasar tuan putri!” katanya memukulkan sendok itu pada
kepalaku
“Aish!!” teriakku kesakitan saat namja itu memukulkan
sendoknya padaku
“Sudah, ayo lanjutkan makannya” katanya sambil mencoba
meraih sesendok sup rumput laut lagi
“Say A..” katanya lagi sambil membuka lebar mulutnya
Aku masih terdiam sambil mengerucutkan bibirku menandakan
aku tidak suka dengan tindakannya barusan. Tanganku kini terlipat silang
didada. Inilah kebiasaan yang kulakukan bila kesal terhadap sesuatu. Sejenak
kuperhatikan kegiatan Jaejoong terhenti.
“Arra, mianhae ne? Aku berjanji jika kau menghabiskan sup
rumput laut ini, maka kita akan bermain dipantai, bagaimana?” katanya kemudian
Senyum terkembang diwajahku. Aku sangat senang dengan
jawabannya. Tanpa pikir panjang akupun melahap sesendok sup rumput laut yang
dari tadi disuapkan Jaejoong.
***
“Ayo naik” kata namja itu kepadaku sambil menepuk nepuk
dudukan belakang sepeda miliknya
“Eh?” tanyaku tak mengerti
“Ayo kita berkeliling pantai” katanya sambil tersenyum
“Berkeliling pantai? Dengan sepeda?” tanyaku heran
“Ayolah, tidak seburuk itu bukan?” katanya lagi dengan nada
kecewa
“Arra, arra” aku menaiki sepeda itu dan duduk dibelakang
Jaejoong
Aku menaiki sepeda itu dengan posisi kedua kaki berada
disebelah kiri. Mau bagaimana lagi? Kali ini aku sedang mengenakan terusan
putih yang cukup merepotkan jika aku menaiki sesuatu seperti sepeda.
Tiba tiba kurasakan dua buah tangan tengah menggenggam masing
masing tanganku erat. Tanganku yang terasa kaku itu kini sudah mengitari sebuah
pinggang yang begitu kecil dan hangat. Jantungku tak hentinya berdegup kencang
saat merasakan kehangatan itu mulai menyebar hingga keseluruh tubuhku. Dapat
kurasakan wajahku kini memanas dan memerah.
“Jika kau tidak ingin jatuh, peluk aku dengan erat, ne?”
kata namja itu
Aku mendekatkan tubuhku pada punggungnya yang terlihat tegap
itu. Tanganku tak lepas memeluk pinggangnya dengan erat.
“Ne, arraseo” kataku sedikit berbisik namun masih terdengar
olehnya
“Baik, ayo kita berangkat” kata Jaejoong mulai mengayuh
sepeda itu
Sepeda itu melaju dengan sangat perlahan dan stabil, namun
kadang Jaejoong suka membuat sepeda itu melaju jadi begitu cepat sehingga aku
merasa sedikit ketakutan. Angin pantai yang begitu sejuk semakin membuatku
menikmati hari ini. Ditambah dengan kehangatan punggung namja yang aku cintai,
menambah sensasi kenyamananku hari ini. Setelah puas kami berkeliling pantai
sambil menaiki sepeda, sekarang kami sedang melepas sepatu kami dan bermain air
dipantai. Kakiku dapat merasakan ombak pantai yang sangat dingin menimpa
kakiku. Sejuk. Sangat sejuk. Dan sangat nyaman. Namun tiba tiba dapat kurasakan
air tersebut mulai membasahi wajahku.
“Yah! Kim Jae Joong!” kataku kesal menyadari Jaejoong
memercikkan air kewajahku
“Hahaha, wajahmu itu lucu sekali kalau sedang marah!”
katanya sambil tertawa
Aku berusaha menahan
senyumku saat ia memujiku lucu dan malah memperlihatkan raut wajah yang kesal.
Segera aku mengambil ancang ancang dan menyipratkan air yang lebih banyak
padanya. Berhasil! Seluruh wajah Kim Jae Joong kini basah karena air yang aku
berikan.
“Han Shin Di!” katanya menaikan nadanya
Ia berusha membalas cipratan airku begitu juga sebaliknya.
Kami bermain air hingga seluruh tubuh kami sudah sangat kebasahan. Walaupun aku
menyadarinya tapi aku tidak mau perduli, saat saat seperti ini adalah saat saat
yang jarang kutemui. Jarang. Bahkan mungkin takkan pernah kudapatkan atau
kubayangkan lagi.
Matahari mulai terbenam, kini aku dan Jaejoong tengah duduk
diatas pasir sambil menikmati pemandangan itu. Sangat indah. Cahaya yang benar
benar membuat mataku tak mau berpaling darinya. Cahaya yang dapat benar benar
kulihat saat ini.
“Terimakasih” kataku memecah keheningan
“Eh?” kata Jaejoong terdengar kaget
“Terimakasih untuk hari ini” kataku tersenyum masih
memandangi sinar cahaya matahari tersebut
“Tentu saja” kata Jaejoong kemudian
Kurasakan hening sejenak diantara kami. Aku masih terpaku
memandangi sinar yang sebentar lagi akan menghilang itu.
“Shin Di-a” kata Jaejoong yang mulai memecah keheningan
“Hm?” kataku tanpa menatapnya
“Saranghae” katanya mengagetkanku dan membuatku berpaling
dari cahaya itu dan memandangi wajahnya
Aku kini menatap wajahnya yang terlihat sangat sangat gugup
dengan rona rona merah yang terdapat dikedua pipinya yang putih itu. Jantungku
berdegup kencang dan darahku berdesir cepat mengaliri seluruh tubuhku yang juga
membuat rona merah diwajahku.
Sejenak dapat kulihat wajah Jaejoong yang semakin mendekat
padaku, reflek aku memundurkan sedikit kepalaku seperti berusaha menghindari
wajahnya, namun kegiatanku itu terhenti sejenak saat aku mengingat kata katanya
tadi padaku
“Saranghae” kata itu berkelebat dalam pikiranku
“Nado ..” kataku sesaat sebelum aku menutup mataku
“Nado saranghae,
Jaejoong-a” kataku membatin saat
nafas Jaejoong kini terasa diwajahku
Kini dapat kurasakan sesuatu yang lembut menyentuh bibirku.
Perlahan sebuah pagutan lembut mengitari seluruh bibirku. Tubuhku terasa hangat
dan nyaman saat bibir kami kini telah menyatu dan tengah memadu kasih dengan
lembut. Kami saling berbagi kasih seiring dengan tenggelamnya matahari kala
itu. Dengan tenggelamnya cahaya itu.
Perasaan ini, kehangatan ini, dan rasa nyaman ini, kumohon,
jangan biarkan ini menghilang dari hidupku. Meskipun hanya mimpi, meskipun
bukan kenyataan, jika aku boleh, tolong hentikan waktu sekarang juga. Agar aku
tetap merasakan kenyamanan ini, agar aku tetap merasakan kehangatan ini, agar
aku tetap bersama namja yang aku cintai ini. Kumohon waktu, berhentilah.
End Shin Di POV
***
Petir menggelegar membuat seorang yeoja mau tidak mau
membuka matanya dengan segera. Terdengar nafasnya seperti terburu buru dan
keringat dingin mengalir dari keningnya. Ia memegangi dadanya yang terasa sesak
dan perlahan air mata mengalir dari ujung matanya. Terdengar isakan isakan
kecil saat ia meremas pakaiannya erat.
“Kenapa...” batinnya
“Kenapa waktu tidak berhenti?” batinnya lagi sambil masih
terus terisak
***
“Shin Di-a?” kata Tuan Park terkejut melihat yeoja tersebut
kini ada dihadapannya
“Ah, ahjussi” kata yeoja itu lemah mendapati suara Tuan Park
disekitarnya
“Kau kenapa? Habis mimpi buruk ya?” tanya Tuan Park pada
Shin Di
“Bukan mimpiku yang
buruk tapi kenyataan ini yang buruk” batin yeoja itu
“Ah, ne” kata Shin Di kemudian
“Ah, minumlah dulu, siapa tahu dapat menenangkanmu” tawar
Tuan Park sambil mengambil segelas air putih
Shin Di melangkahkan kakinya mencoba duduk dimeja makan. Ia mencoba meraih ujung kepala kursi
dan menariknya keluar,. Kemudian ia menjatuhkan tubuhnya diatas kursi tersebut.
sejenak ia merasakan sesuatu yang kosong. Sesuatu yang ganjil dan terasa sangat
berbeda di rumah itu.
“Dimana Kim Jaejoong?” batinnya berusaha mencari namja yang
baru saja mengisi mimpinya
Perlahan terdengar sebuah hentakkan dimeja. Tuan Park kini
tengah menaruh segelas air putih dihadapan Shin Di. Ia dapat menangkap sebuah
kegelisahan yang tampak diraut wajah yeoja itu.
“Ah, apa yang membuatmu hingga terbangun sepagi ini Shin
Di-a?” Tuan Park membuka pembicaraan
“Ti.. tidak ada.. hanya mimpi buruk saja” ucapan Shin Di
yang hampir menuju benar
“Ah, ya, apa dia sudah berpamitan?” kata Tuan Park membuat
Shin Di mengerutkan keningnya
“Eh? Nugu?” kata Shin Di tak mengerti
“Namja itu.. Kim Jae Joong” kata Tuan Park yang juga tampak
bingung
“Eh? Memang dia pergi kemana?” kata Shin Di terlihat cemas
Ada sedikit rasa tidak enak yang kini mengganggu hatinya.
Jantungnya seakan tak sabar berdetak 2x lebih cepat dari biasanya. Firasatnya
mengatakan namja itu kini telah sangat jauh darinya. Sementara Tuan Park hanya
menatap yeoja yang kini telah terduduk dengan raut wajah khawatir itu sambil mengerutkan
kening. Deburan ombak terdengar menguasai keadaan ruangan yang kini tengah
terdiam sepi kala kedua orang didalamnya kini tengah sibuk dengan pikiran
mereka masing masing.
“Ke tempat orang tuanya” kata Tuan Park memecah keheningan
***
Disinilah Jaejoong, tengah berdiri di depan kebun bunga
dihalaman rumahnya. Matanya tak henti menerawang sekeliling mengamati bunga
bunga yang kini telah bermekaran dengan cantiknya.
“Kalian sudah menjadi sangat cantik sekarang”
Senyum terukir setiap ia melangkah sambil melewati kerumunan
bunga yang cantik dan indah. Sejenak langkah kakinya terhenti saat ia menatap
berbagai macam pakaian yang kini tengah tergantung disebuah tiang yang
ditidurkan secara horisontal. Angin yang cukup kencang membuat beberapa pakaian
tersebut seperti akan terbang melarikan diri dari tiang tersebut.
Sejenak ia melihat bayangan seorang yeoja paruh baya yang
tengah menatapnya dengan wajah kebingungan. Perlahan ia melihat yeoja tersebut
kini tengah berjalan kearahnya sambil membelalakkan matanya. Mata yeoja paruh
baya tersebut tak hentinya berkedip kedip ketika melihat namja itu kini tengah berdiri
dihadapannya.
“Oemma..” kata namja yang bernama Kim Jae Joong itu setengah
berbisik sambil menatap yeoja paruh baya itu penuh kerinduan
Yeoja paruh baya yang dipanggil ‘Oemma’ itu kemudian
mengelus pelan wajah Jaejoong yang mulus sambil
menahan air mata dipelupuk matanya. Ia kemuadian melihat pakaian yang
Jaejoong kenakan dan menggenggam pakaiannya erat, seketika ia memukul mukulkan
kedua tangannya masih menggenggam pakaian itu di dada Jaejoong sambil terisak
pelan.
“Oemma..” kata Jaejoong lagi yang juga mulai terisak
Yeoja yang dipanggil ‘oemma’ itupun langsung memeluk
Jaejoong tanpa basa basi dengan erat. Sangat erat. Yeoja itu tampaknya sangat
rindu dengan namja yang kini tengah ada dihadapannya. Yang kini tengah ia
peluk. Yang baru saja menyerukan namanya.
“Kau pulang, nak” kata ibu Jaejoong kemudian sambil terisak
didada Jaejoong
Jaejoong yang tak kalah rindu dengan ibunya kini mengarahkan
tangannya dan mulai memeluk ibunya balik. Ia memeluk ibunya erat dan
menjatuhkan kepalanya dibahu ibunya. Setetes air mata tak urung jatuh dari
pelupuk mata Jaejoong.
“Aku pulang, oemma” kata Jaejoong yang tengah berpelukan
dengan ibunya
***
“Makanlah yang banyak, kau terlihat lebih kurus dari empat
tahun yang lalu” kata ibu Jaejoong sambil menaruh semangkuk sup daging pedas
dihadapan Jaejoong
“Ah, ne” kata Jaejoong masih agak canggung dengan ibunya
setelah perpisahan yang tidak mengenakan empat tahun yang lalu
“Terasa canggung ya?” perkataan ibu Jaejoong tepat sasaran
sambil mencoba duduk bersila dihadapan meja Jaejoong
“O.. Oemma.. dega..” kata Jaejoong terbata mencoba mencari
kata yang tepat untuk menjelaskan semuanya pada ibunya
“Saat itu..” potong ibu Jaejoong
“Saat dipengadilan..ibu tidak bisa berhenti mengutuk diri
ibu sendiri yang merasa gagal sebagai seorang ibu..ibu tidak bisa melakukan apa
apa untuk menolongmu, Jongie..” kata ibu Jaejoong sambil menatap anaknya dengan
air wajah penuh penyesalan
“Oemma..” Jaejoong berusaha menyanggah pernyataan ibunya
“Mianhae” kata ibu Jaejoong sebelum Jaejoong sempat
menyanggah pernyatannya
Terasa dada Jaejoong kini tercekat mendengar perkataan
ibunya yang diselingi dengan mata berkaca kaca dimata ibunya. Mulut Jaejoong
yang tadinya terasa beku kini mulai memanas dan berapi api untuk menjelaskan
semuanya kepada ibunya.
“Akulah.. yang seharusnya meminta maaf..” kata Jaejoong
menanggapi pernyataan ibunya
“Jo..” belum sempat ia berkata apa apa Jaejoong telah
menyanggah kata katanya
“Mianhae” kata Jaejoong “Jeongmal Mianhae, oemma” lanjutnya
“Jongie..” air wajah penuh kasih sayang terlihat diwajah yeoja
paruh baya itu
“Tapi..ada satu hal yang harus
aku jelaskan pada ibu..” kata Jaejoong yang menatap tegas ibunya yang kini ada
dihadapannya
Tuan Park masih mengerutkan kening saat menatap yeoja yang
kini tengah terduduk diberanda dengan mata terpejam terlihat menikmati udara
disekitarnya. Matanya tak pernah lepas menatap yeoja itu sambil ia terus
bergumul dengan pikirannya.
“Aku yakin sekali...” batinya
“Aku yakin ia memasuki tempat itu..” lanjutnya membatin
sambil masih bergumul mencoba mengingat kejadian tadi pagi
Flash Back :
Seorang namja yang terlihat sangat familiar itu baru saja
keluar dari sebuah ruangan yang berada dilantai atas. Pundak kanannya kini
tengah menahan sebuah beban yang tertampung dikantung yang ada dibelakang
punggungnya. Sejenak terlihat raut penuh kerinduan dan keengganan pada wajah
namja itu. Dengan pikiran yang menerawang ia memandang kearah pintu ruangan
yang baru saja ia tinggalkan.
“Kau” kata Tuan Park mengagetkan namja itu
“Ah, ahjushi” kata namja itu sambil berusaha tersenyum pada
Tuan Park dihadapannya
“Apa yang kau lakukan didepan kamar Shin Di-a, Jaejoong?”
tanya Tuan Park penuh selidik
“A..Anni.. aku hanya berpamitan” kata namja bernama Jaejoong
itu sambil berusaha membetulkan posisi tas yang tengah digendongnya.
Pandangan Tuan Park kini teralihkan kepada tas yang tengah
bertengger dipundak kanan Jaejoong.
“Kau..akan pergi?” kata Tuan Park pernasaran
“Begitulah” jawab Jaejoong seadanyaberusaha menyembunyikan
kecemasan diwajahnya
“Ke mana?” tanya Tuan Park yang masih penasaran
“Aku.. akan menemui ibuku” kata Jaejoong lagi mencoba
menjawab Tuan Park dengan jelas
End Flash Back
“Tapi..” tanya Tuan Park pada dirinya sendiri masih menatap
dengan tatapan yang tak dapat diartikan pada yeoja yang masih menikmati udara
disekitarnya
Perlahan matanya membesar dan membulat sambil tetap
memandang yeoja tersebut. tubuhnya membeku seakan tidak dapat menggerakan
seluaruh badannya. Ia menerawang sambil membayangkan kemungkinan kemungkinan
yang baru saja terlintas dalam pikirannya
“Mungkinkah..” tanyanya lebih
pada dirinya sendiri
Hening terasa menemani dua orang manusia yang kini tengah
menundukkan kepala mereka masing masing. Namja yang ada didepan yeoja paruh
baya tersebut kini tengah terduduk sambil menerawang mencoba menebak apa yang kini
tengah difikirkan yeoja paruh baya didepannya.
“Jongie..” kata wanita paruh baya tersebut memecah
keheningan
Ibu Jaejoong kini mulai menegadahkan kepalanya dan mencoba
menatap anak kesayangannya itu dengan tegas. Tampak raut penuh penyesalan dan kekhawatiran
dalam wajah yeoja paruh baya tersebut.
“Jaejoong-a... apapun
yang telah terjadi dimasalalu, kau yang harus menyelesaikannya kali ini agar
mendapatkan hasil yang baik untuk kedepannya. Jika memang itu kenyataannya,
maka buktikanlah, maka semuanya pasti akan menjadi lebih baik” kata ibu
Jaejoong menjelaskan
Jaejoong menggerakkan tubuhnya menandakan ia berhasil
mencerna perkataan ibunya. Mendengar perkataan ibunya , kini pikiran Jaejoong
kembali menerawang memikirkan makna dari perkataan ibunya.
Sebuah senyum perlahan lahan terkembang diwajah Jaejoong
menandakan bahwa dirinya sudah mengerti jelas apa maksud perkataan ibunya. Kini
ia menatap wajah ibunya dengan air wajah penuh kelegaan. Perlahan ia mengambil
sebuah sendok yang terletak di sebelah kanan mangkok yang ada didepannya dan
menyuapkan sesuap sup itu kedalam mulutnya.
“Enak” kata Jaejoong saat sup terswbut telah masuk kedalam
laperutnya
Raut wajah serius yang dari tadi diperlihatkan ibu Jaejoong
perlahan berubah menjadi raut wajah penuh kehangatan dan kelegaan. Senyumpun
tak elak terukir diwajahnya saat mengamati namja itu tengah melahap sup
buatanya dengan nikmat.
“Oemma.. Kamsahamnida” kata Jaejoong kemudian sambil menatap
ibunya dan tersenyum dengan hangat
“Ne, ne, sudah makanlah makananmu” kata ibu Jaejoong yang
tampak terenyuh saat namja didepannya ini mengucapkan terimakasih padanya.
Betapa ia merindukan anaknya itu.
Jaejoong tertawa cukup kencang
saat melihat wajah ibunya tengah bersemu merah. Hatinya kini merasa lebih
tenang dari sebelumnya, keputusannya untuk menemui ibunya ternyata memang
memberikan dampak yang cukup positif bagi dirinya, entah sudah berapa lama
sejak ia keluar dari penjara ia tertawa seperti sekarang. Ternyata memang tidak
ada yang lebih mengerti kita selain orang yang mengurus kita sejak kecil
Jaejoong POV
Angin menerpa wajahku dengan segarnya. Aku pandangi padang
bunga yang kini tengah dengan indahnya bermekaran dari beranda rumah ibuku di
daerah pedesaan yang indah ini. Seketika aku menangkap setangkai bunga yang
menarik perhatianku untuk menuju kearahnya.
“Forget me not” kataku sambil mengamati bunga kecil berwarna
kebiruan itu
Pikiranku kemudian menerawang mengenang wajah seorang yeoja
yang sedang tersenyum dengan bunga tersebut ditelinga kanannya. Senyum kecil terukir
diwajahku dan kemudian membawaku kembali pada saat sebelum aku meninggalkan
rumahku di Gwangju.
Flash back:
Aku menatap pintu putih itu dalam waktu yang lama. Ada
perasaan enggan untukku memasuki ruangan itu namun sebagian perasaanku dengan
ganas memaksaku untuk masuk kedalam ruangan itu. Dengan desahan nafas yang
berat aku memberanikan diri menggenggam kenop pintu tersebut dan memutarnya
perlahan. Kubuka pintu itu perlahan dan penuh keraguan, sedikit demi sedikit
pintunya semakin terbuka lebar dan memperlihatkan pemandangan yang membuat
hatiku berdetak. Aku tengah melihat seorang yeoja yang kini tengah tertidur
pulas. Yeoja yang sangat kucintai, Han Shin Di.
Perlahan aku mendekatinya dan mengambil posisi duduk
disebelah tempat tidurnya. Semakin terlihat jelas wajah yeoja yang kini tengah
menutup matanya dan bernafas dengan teratur. Kurasa ia sangat kelelahan. Entah
sudah sudah berapa lama aku tidak melihat wajahnya sedekat ini.
“Han Shin Di” kataku pelan lebih tepatnya berbisik
Sejenak kuperhatikan tubuhnya bergerak saat aku membisikan
namanya. Kepalanya yang tadi mengarah kearah kanan kini mencoba mengambil
posisi kesebelah kiri dan membuat wajahnya itu tampak semakin jelas
dihadapanku.
“Jika kau terjaga dan aku berkata aku akan pergi apakah kau
akan perduli? Jika aku berkata padamu bahwa aku tidak tahu kapan aku akan
kembali akankah kau menahanku? Jika aku bertanya apakah kau masih mencintaiku
akankah kau menjawabnya? Shin Di-a, aku sangat merindukanmu. Tahukah kau betapa
sakitnya hatiku setiap kali melihat sikapmu yang dingin itu padaku? Apakah
kebencianmu begitu besar padaku?” aku berkatadengan pelan
Aku berkutat dengan pikiranku sambil memandangi wajah yeoja
dihadapanku ini dengan rasa nyeri yang terus terasa didadaku. Perlahan aku
mendekatkan wajahku pada wajah yeoja yang tengah tertidur itu, terasa desahan
nafasnya yang masih teratur saat wajahku mendekatinya.
Kini aku merasakan sebuah kelembutan yang benar benar aku
rindukan. Sebuah kelembutan yang membuat rasa hangat ini mengitari tubuhku
dengan liarnya. Detak jantungku mulai tidak beraturan dan rasa riduku kini
menguap sejenak. Sentuhan lembut dari bibirnya benar benar membuat rasa rindu
yang kurasakan beberapa hari terakhir ini menghilang begitu saja.
“Biarlah seperti
ini. Kumohon biarkan seperti ini. Sebelum ia terjaga, kumohon waktu,
berhentilah sebentar saja. Hanya sebentar. Agar kehangatan ini, tidak
menghilang dari kehidupanku. Agar aku dapat merasakan kehangatan ini lebih lama”
batinku sambil menempelkan bibirku dengan bibirnya
Aku kembali menatap pintu putih dihadapanku itu. Ada
perasaan yang nyeri saat aku meninggalkan yeoja itu didalam sana, namun apa
lagi yang dapat kuperbuat?
“Ternyata waktu memang tidak akan pernah berhenti” kataku
pilu menatap pintu didepanku itu
Aku membenarkan posis tasku pada tumpuan bahu kananku dan
meyakinkan diriku untuk meninggalkan tempat itu sejenak
“Kau” perkataan seseorang mengagetkanku
“Ah, ahjussi” kataku berbalik kearahnya sambil tersenyum
Flash back end
Aku masih memandangi bunga cantik itu sambil mengingat
kejadian yang baru saja aku lakukan sesaat sebelum meninggalkan tempatku.
Tangan kananku perlahan terangkat dan menyentuh bibirku saat aku meningat bahwa
aku mencium yeoja itu kala itu.
“Shin Di-a” kataku perlihat saat mengingat yeoja itu dan kembali
berkutat dengan pikiranku
“Aku ..pasti akan menjelaskan semuanya padamu. Dan kuharap
saat itu tiba.. kau.. dapat percaya padaku” kataku kemudian sambil menikmati
terpaan angin diwajahku
End Jaejoong POV
***
Han Shin Di tengah mengarahkan tongkatnya kesegala arah
untuk kembali menuju kamarnya. Ia merasakan sebuah kehampaan besar saat itu.
Kehampaan yang tampaknya selalu menghiasi harinya selama 4 tahun dan kini
kehampaan itu kembali terasa. Kehampaan karena seorang namja bernama Kim
Jaejoong.
“Shin Di-a” panggil seseorang dari belakang
“Ah, ahjussi” jawabnya berusaha membalikan badannya dan
mencoba mencari arah suara Tuan Park
“Shin Di-a” kata Tuan Park lagi
“Ada apa ahjussi?” tanya Shin Di merasakan hawa hawa yang
tidak enak kini berada disekelilingnya
“Aku ingin bertanya sesuatu” kata Tuan Park yang terdengar
sedikit ragu
“Eh? Bertanya apa, ahjussi?” kata Shin Di yang merasakan
keraguan dinada Tuan Park
“Shin Di-a..” kata Tuan Park lagi yang penuh basa basi
karena ketegangan yang ia rasakan
“Hm?”
“Apakah kau... menyukai Kim Jaejoong?” tanya Tuan Park
dengan mulus
DEG! Terasa jantung Shin Di berdegup begitu kencang saat
nama namja itu disebut. Namun yang lebih membuat jantungnya berdegup adalah
pertanyaan yang dilontarkan oleh Tuan Park. Seketika Tuan Park dapat menangkap sebuah
kekagetan diwajah yeoja itu, perlahan wajah yeoja dihadapannya itu menjadi
pucat pasi dan tangannya pun terlihat gemetar.
“Jawablah Shin Di-a” kata Tuan Park lagi “Apakah kau masih
menyukai Kim Jaejoong?” lanjutnya
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar