Kamis, 14 Juni 2012

FF Straight "Something You Can't Deny" chapeter 9





Chapeter 9: The Reason
“Selama 4 tahun ini kau kemana saja, Park Yoochun?” sebuah kata yang terus terngiang dalam kepala namja ini
“Kemana?” katanya sambil mendengus pelan
Ia mengendarai mobilnya menuju ke sebuah gedung tingkat yang tampak sangat megah, namun tidak dengan apa yang ada didalamnya. Bau obat obatan begitu menusuk hidung sehingga membuat siapapun yang singgah didalamnya menyadari bahwa itu adalah sebuah rumah sakit
Yoochun turun dari mobinya dan menjajakan kakinya dengan mantap masuk ke dalam rumah sakit itu. langkahnya menuju kesebuah ruangan yang ada diujung koridor tersebut. jantungnya berdegup cukup kencang saat memegang kenop pintu tersebut dan perlahan memutarnya.
“Ah, Tuan??” kata namja berpakaian putih itu kaget melihat kedatangan Yoochun dalam ruangannya
“Kau pernah bilang bahwa mataku bagus bukan?” kata Yoochun pada seorang namja dihadapannya
“Eh?” jawab namja itu bingung
“Kalau begitu bisakah aku mendonorkan mataku?” kata Yoochun lagi
“Eh?” jawab namja berpakaian putih itu bingung sekaligus kaget
“Aku ingin mendonorkan mataku pada pasien yang bernama Han Shin Di” kata Yoochun sambil tersenyum
“Tapi Tuan Park, kami tidak bisa menerima donor dari orang yang masih hidup, lagipula kami masih harus mengadakan pengecekan apakah matamu cocok dengan mata han Shin Di” kata dokter itu memberikan penjelasan
“Kalau begitu tes aku” kata Yoochun tegas yang membuat dokter tersebut terdiam
“Periksa mataku, cek mataku, apapun asal mata ini bisa kuberikan padanya” lanjutnya
“Tapi Tuan Park...” kata dokter itu cemas
“Aku mohon” kata Yoochun sambil tersenyum
Dokter itu terdiam dan pikirannya bergolak dalam kepalanya. Ia bisa saja menolak permintaan Yoochun tapi entah dalam hatinya melihat senyum Yoochun yang terlihat tulus dan lemah ini membuat hatinya sedikit mencelos.
“Baiklah, hanya sekali pengecekan saja” kata dokter itu kemudian
Terlukis sebuah senyum puas diwajah Yoochun, perlahan ia melangkahkan kakinya mengikuti sang dokter menuju ke sebuah ruangan untuk memeriksa matanya. Dalam setiap langkahnya bergumul berbagai macam pemikiran dikepalanya. Pemikiran yang membuatnya akhirnya memutuskan untuk melakukan hal ini.
“Kenapa? Kenapa kau tidak menampakkan dirimu saja?” satu kata yang diucapkan Yunho itu kembali terpikir dalam kepalanya
“Jika aku dapat jujur padamu, Jung Yunho. Andai saja aku dapat jujur padamu. Aku ingin sekali menampakkan diriku saat itu. tapi tidak. Karena akan lebih baik, jika kalian menganggapku sudah mati. Setidaknya bila kalian sudah menganggapku mati saat itu sakit hati kalian tidak akan bertambah. Tidak seperti sekarang.” Batin Yoochun yang bergolak dengan segala pikirannya
Flash Back
“Kenapa bisa? Kenapa ini bisa terjadi?”batin Yoochun frustasi melihat pemandangan didepannya
Wajahnya yang kini tertutupi oleh masker dengan syal yang cukup tebal, berhasil membuat keberadaannya tidak diketahui oleh orang disekitarnya. Belum lagi terasanya amarah yang menyelumuti berada dalam ruangan ini terasa amat bergejolak.
“Pergi kau ke neraka dasar pembunuh laknat!!” teriak seorang namja paruh baya disisi lain ruangan itu
Seorang namja lain yang duduk disebuah meja yang terukir dengan indah lalu mengangkat sebuah palu dan lalu menghentakkannya ke meja yang ada didepannya. Ia menghentakkan palu itu berkali kali sambil menatap geram pada tingkah namja paruh baya itu
“Tuan Park!! Harap tenang! Apabila anda terus berkelakuan seperti itu maka dengan berat hati anda harus dikeluarkan dari persidangan!” kata namja itu dengan nada suara tinggi
“Aku harap aku bisa membunuhmu, Kim Jaejoong” kata namja paruh baya itu kemudian sambil menatap sisi lain ruang persidangan
“Bunuh saja aku pak tua” kata Jaejoong sinis acuh tak acuh
Mendengar perkataan itu keluar dari mulut Jaejoong sontak membuat amarah kembali bergolak dalam tubuhnya. Tuan Park kemudian berlari menuju kesisi lain tempat Jaejoong tengah berdiri. Ia menarik kerah baju Jaejoong dan lalu menghantamkan kepalan tangannya keras ke wajah namja tersebut yang hanya diterima dengan datar oleh namja itu. hal yang begitu tiba tiba itu sontak membuat para saksi yang hadir itu kaget dan berusaha mencegah Tuan Park melakukan hal yang lebih kepada Jaejoong. Kembali terdengar hentakkan palu yang dibuat oleh namja yang duduk dimeja paling atas tersebut
“Karena keributan hari ini, sidang saya tunda selama 2 hari” kata namja yang biasa disebut itu lalu kembali menghentakkan palunya
Para pengawal yang berada disisi Jaejoong kemudian menarik Jaejoong  kembali menuju ke jeruji besi tempat ia dikurung. Hari itu adalah sidang terusan yang membahas masalah kasus pembunuhan yang seharusya menjadi sidang final dalam kasus yang memuat korban tewas Park Yoochun dan korban luka Han Shin Di dan dengan tersangka Kim Jaejoong.
Yoochun yang mulai merasa semua hal hari itu tidak masuk diakal hanya dapat terdiam sambil terduduk dalam sebuah kursi taman ditempat yang jauh dari kantor persidangan itu. pikirannya berputar mengitari kepalanya kembali membuat denyutan kecil dipelipis kepalanya. Terasa sedikit goresan luka setiap kali kilasan memori dalam ruangan persidang terkenang olehnya.
“Apa mungkin Jaejoong yang melakukan semua ini?” kata Yoochun sambil mendesah berat
Kembali berputar saat saat sebelum pernikahan Shin Di dan dirinya terjadi. Saat Jaejoong memukul wajahnya lalu memeluknya. Terkilas juga senyuman Jaejoong yang begitu lemah saat meninggalkan aku dan Shin Di berdua malam itu. semua masih jelas. Sangat jelas baginya.
“Demi Tuhan Kim Jae Joong apa benar kau pelakunya??” pekik namja itu yang sontak membuat sekerumunan orang disekitarnya menatapnya namun diacuhkannya
Kembali Yoochun bergumul dengan pikirannya kilasan suasana tegang ruangan persidangan dan kemarahan ayahnya membuat pedih dihatinya semakin bertambah. Belum lagi bukti dan saksi yang memperlihatkan bahwa Jaejoong adalah pelakunya
“Demi Tuhan Kim Jae Joong, apa kau setega itu?” ucapnya lirih
Ia ingat betul saat itu ada saksi yang mengatakan ia melihat Kim Jaejoong keluar dari sebuah mobil yang tadinya hendak menabrak mobilnya dan lalu mengubah arah haluannya. Dan ada beberapa bukti kuat yang menunjukkan bahwa Jaejoong adalah pelakunya. Terutama sebuah tang yang bersidik jarikan sidik jari Jaejoong yang terdapat dalam mobil Jae Joong kala itu. Sebuah tang yang dicuragai menjadi alat pemutus rem mobilnya sehingga kala itu mobilnya tidak bisa dikendalikan.
“Kim Jae Joong” kata Yoochun sambil mengeluarkan desahan yang berat
Matanya kini hanya dapat menatap hampa hamparan dihadapannya. Sementara pikirannya masih bergumul dalam kepalanya dan kembali membuat denyutan kecil dipelipis kepalanya. ketika Yoochun hendak untuk bangkit berdiri dari kursinya tiba tiba ia merasakan sedikit ngilu pada bagian dadanya. Ngilu yang benar benar terasa. Ngilu yang benar benar nyata. Tangannya memegang dadanya perih dan memaksakan dirinya untuk dapat bangkit berdiri. Namun dalam setiap gerakan tulangnya ia merasakan ngilu yang amat hebat dalam dadanya. Terasa oksigen disekitarnyapun enggan untuk dihirupnya. Yang dirasakannya kini hanyalah ngilu. Ngilu yang berhasil membuatnya kehilangan kesadarannya.
***
“Tuan Park” kata seorang namja paruh baya yang berpakaian putih tersebut pada Yoochun
“Ke-kenapa dokter?” kata Yoochun gugup mendengar perkataan dokter tersebut yang terlihat sangat serius
“Apa kau sering merasakan gejala sakit itu?” tanya dokter itu serius masih sambil melihat pada secarik kertas ditangannya
“Se-sejak 2 hari yang lalu dok, kenapa?” tanya Yoochun penasaran
“Apakah anda suka merasakan sakit saat anda bernafas?” tanya dokter itu lagi
“I-iya” jawab Yoochun. Sejenak ia merasakan ketakutan mengitari tubuhnya kala dokter itu terus menanyakan berbagai macam pertanyaan padanya. Ia merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya
“Sebelumnya, apa anda pernah mengalami kecelakaan Tuan Park?” tanya dokter itu lagi
“Eh?” sebuah kata terlontar dari mulut Yoochun secara tidak sadar
“Apa anda sebelumnya pernah mengalami benturan hebat disekitar dada atau.. bagaimana?” tanya dokter itu memperjelas pertanyaannya
“Ah, aku memang baru saja mengalami kecelakaan sekitar 3 minggu yang lalu dan yah, saat kecelakaan itu ada sebuah besi yang menghantam keras kedadaku” jawab Yoochun mulai menyadari inti pertanyaan ini.
“Aku mengerti” kata dokter itu sambil menatap secarik kertas ditangannya
“Ada apa dok? Ada apa dengan dadaku?” tanya Yoochun kemudian tidak sabaran
“Tuan Park” kata Yoochun itu menatap Yoochun tegas
Yoochun hanya terdiam ketika menatap tatapan dari dokter tersebut. terasa hawa ketegangan yang kini menyelimuti ruangan yang berisikan mereka berdua. Tatapan Yoochun tidak lepas dari dokter tersebut sementara pandangan dokter sedikit beralih ke kertas yang digenggamnya.
“Tuan Park” kata dokter itu lagi
“Sepertinya ada sedikit luka diparu paru anda yang menyebabkan infeksi berkepanjangan hingga membuat rasa sakit didada anda lebih terasa menyakitkan belakangan ini” lanjutnya
“Apa?” kata Yoochun dengan mata yang melebar  pada dokter dihadapannya
“Ada infeksi pada paru parumu akibat luka bekas kecelakaan itu , Tuan Park” jelas dokter itu
Seketika dunia seakan jatuh disekitar Yoochun saat ini. Runtuh dan hancur berkeping keping disekitarnya. Seakan masalah berhasil menggerogoti dunianya dan membuatnya tertinggal sendirian. Aliran darahnya berdesir hebat dan degup jantungnya tidak beraturan. Denyut denyut dikepalanya kini terasa semakin kuat dan membuat kepalanya terasa berputar. Beruntung kini Yoochun tengah terduduk dalam sebuah kursi yang dapat menopang tubuhnya. Jika tidak, pasti Yoochun telah ambruk saat itu juga.
“A-apa bisa disembuhkan?” kata Yoochun kemudian berharap masih ada setitik harapan hidup baginya
“Tidak bisa, maaf” kata dokter itu kemudian sambil menundukkan kepalanya
Sekilas sebuah senyum kecil terukir diwajah Yoochun. Senyum yang terlihat amat menyakitkan bagi siapapun yang melihatnya. Senyum yang penuh dengan kesakitan dan keputus asaan. Terdengar hembusan nafas Yoochun yang kini terasa tidak beraturan disertai dengan genangan air mata yang kini terlihat menghiasi pelupuk mata Yoochun
“Berapa lama?” kata Yoochun kemudian
“Maaf?” tanya dokter itu bingung
“Berapa lama lagi aku hidup?” kata Yoochun memperjelas pertanyaannya
“Ah, soal itu... saya hanya dapat memprediksikan 5 atau 6 bulan saja” jawab dokter itu
Desahan singkat keluar dari mulut Yoochun yang membuatnya menundukkan kepalanya terasa butiran air mata kini terjatuh menuruni pipinya dan jatuh bebas menuju pahanya. Terpasang kembali sebuah senyum keputus asaan yang membuat siapapun enggan menatap senyum itu
“Secepat itu kah aku hidup?” ucapnya miris sambil membiarkan laju air matanya tetap berjalan
“Maafkan aku Tuan Park Yoochun” kata dokter itu tak tega melihat keadaan Yoochun
Pecah. Seketika tangis Yoochun pecah kala itu juga. Terasa butiran butiran air itu enggan berhenti menyeruak keluar dari matanya. Isakan pelan terdengar pada setiap sisi dan ujung ruangan. Saat itu, saat dimana Park Yoochun menangis kedua kalinya. Kedua kalinya selain saat kematian ibunya.
***
Yoochun melangkah dengan gontai menuju kesebuah gedung persidangan saat itu. terlihat kerumunan orang yang tengah lalu lalang meninggalkan aula gedung itu menandakan sidang didalmnya telah berakhir.
“Aku terlambat” kata Yoochun lemah sambil menatap nanar pada gedung didepannya dan hendak melangkahkan kakinya pergi
“Kau puas sekarang??!” terdengar pekikan frustasi seseorang yang tidak jauh dari tempatnya berdiri
Yoochun yang tidak dapat menahan rasa penasarannya pun menuju ke asal suara tersebut. dengan tersembunyi ia menutupi tubuhnya disela sela semak pada tempat itu sambil membuka celah pada bagian matanya. Terlihat sesosok namja yang terasa amat familiar dimatanya
“Jung Yunho?” batin Yoochun
Terlihat Jung Yunho yang kini tengah bernafas secara tidak beraturan sambil menatap tajam namja lain dihadapannya yang kini membelakangi Yoochun. Kepalan ditangan Jung Yunho kini tengah bersiap untuk meninju wajah namja dihadapannya namun tidak, kepalan itu hanya bergetar sambil menahan amarah dalam tubuh Yunho
“Ya, aku sangat puas” kata namja yang kini ada dihadapan Yunho
“Itukah caramu? Itukah caramu membuat dia menderita?!” kata Yunho dengan nada yang tinggi sambil menatap tajam namja dihadapannya
“Tidak, dia tidak menderita, bahkan ia sudah mati kini” lanjut Yunho meralat ucapannya
“Yah, kini dia sudah tertidur bersama cacing cacing didalam tanah itu” ucap namja didepan Yunho tersebut yang berhasil membuat amarah Yunho naik seketika
“Ya! Shim Changmin!” Pekik Yunho keras
“Mianhae hyung” kata namja lain yang ia panggil bernama Changmin itu
“Shim Changmin??”  batin Yoochun
Terlihat pergerakan dada Yunho yang naik turun mengikuti setiap alur nafasnya. Terlukis kemarahan yang amat sangat di wajah namja berkulit tan tersebut namun perlahan goresan wajah itu berubah menjadi goresan wajah penuh luka dan penyesalan. Terlihat titik titik luka dalam setiap goresan wajahnya.
“Maafmu tidak akan mengembalikan mereka padaku, Shim Changmin” kata Yunho menatap hampa dataran dibawahnya
“Hyung...” kata namja lain itu berusaha mendekati Yunho
“Soal tang itu..” kata Yunho menggantung dibagian akhir
“Aku tidak akan berkata kepada siapapun” lanjutnya
“Aku tidak akan mengatakan bahwa kaulah yang memutus kabel rem itu, Changmin-a” jelas Yunho
Seketika mata Yoochun terbelalak lebar menandakan kekagetannya. Kembali perkataan Yunho berhasil membuat pikiran Yoochun seketika bergumul dalam kepalanya membuat denyutan kecil dipelipis kepalanya. Jantung Yoochun pun tak kalah berdegup kencang kala itu. segala beban pikirannya kembali membuatnya jatuh dalam lubang kenyataan yang membuat ia harus menghadapi satu hal.
“Jadi, bukan Jaejoong??” batin Yoochun
“Gomawo hyung” kata namja bernama Changmin itu pada Yunho
“Jadi bukan Jaejoong yang ingin mencoba membunuhku??” batin Yoochun
“Aku benar benar membencimu” kata Yunho menatap namja didepannya
 “Tapi namja ini???” batinnya lagi masih bergumul dengan pikirannya
 “Shim Changmin” kata Yunho kemudian
***
“Operasi ini mungkin hanya dapat memperpanjang umurmu 3-4 tahun saja , Tuan Park” kata namja yang berpakaian putih tersebut
“3-4 tahun pun cukup, setidaknya aku hidup lebih lama bukan?” kata Yoochun dengan senyum penuh keyakinan di bibirnya
“Tapi apabila kau mengalami kecelakaan sekecil apapun itu dapat memberikan dampak yang buruk pada paru paru anda” kata namja itu khawatir
“Tenang saja, aku orang yang berhati hati” kata Yoochun masih dengan penuh keyakinan
“Baiklah, kita akan menjalankan operasi bulan depan dengan masa penyembuhan satu tahun, apa anda siap?” kata namja paruh baya itu menguji keyakinan Yoochun
“Tentu..” kata Yoochun menatap namja dihadapannya
“Aku siap” lanjutnya
Flash Back End
“Aku tidak menampakkan diriku bukan karena aku tidak ingin. Justru aku sangat ingin bertemu dan memeluk kalian erat. Tapi aku sadar jika aku kembali saat itu dan meninggalkan kalian dengan cepatnya karena penyakitku, kalian pasti akan lebih terpuruk. Lagipula semuanya akan sangat berbeda bila aku kembali” batin Yoochun
Pikirannya kembali bergumul dalam pemeriksaan kala itu. terputar ulang setiap gerak gerik dan perkataan yang terasa janggal yang terjadi setelah ia kembali menghadapkan dirinya dikeluarga itu. Jaejoong yang menjauh, Yunho yang semakin dingin kepadanya, appa nya yang kadang enggan berbicara dengannya, dan Shin Di yang... terlihat hampa bersamanya.
“Kini terbukti bukan??”
“Semuanya terasa berbeda”
“Sangat berbeda”
***
Junsu kini tengah melangkahkan kakinya dengan gegabah. Setiap kilasan dan perasaan pada memori malam itu berhasil membuat hatinya tidak tenang beberapa waktu ini. Jantungnya jadi lebih sering berdebar dan kata katanya sering tercekat setiap kali ia berhadapan dengan yeoja bernama Jang Mi Ri tersebut. junsu terus melangkah tanpa memperhatikan kesibukan lain disekelilingnya. Kepalanya masih berkutat dengan pikiran pikirannya.
“Junsu ssi?” kata seorang yeoja yang baru saja dilewatinya
DEG!! Badan Junsu kini bergetar hebat dan degupan jantungnya berubah menjadi saat cepat ketika ia mendengar suara yeoja yang amat familiar dikepalanya bahkan sejak tadi ia pikirkan. Perlahan langkahnya berhenti dan membalikkan badannya menghadap ke arah yeoja tersebut
“Junsu ssi? Apa kau baik baik saja?” kata yeoja tersebut perhatian
“Eh? Ne, tentu saja aku baik baik saja” kata Junsu sedikit gugup kala yeoja itu terus menatapnya
“Apa yang kau pikirkan Kim Junsu!!” umpat Junsu dalam hati
Sesaat pandangan mata Junsu kembali bertemu dengan mata Mi Ri ada setitik rasa cemas didalamnya ketika Junsu melihatnya. Seketika Junsu mengalahkan pandangan matanya ketika ia mulai menyadari wajahnya kini terasa memanas. Perlahan matanya mengarah ke arah bibir Mi Ri. Disudut bibir Mi Ri masih terdapat bekas luka akibat perbuatannya kala itu. kembali dada Junsu berdegup kencang setiap saat itu berputar bagai angin ribut dikepalanya.
“Benarkah? Wajahmu merah. Apa kau demam?” kata Mi Ri menaikan tangannya dan bersiap memegang kening Junsu
“Eh? Anniyo, aku tidak demam” kata Junsu sedikit kaget dan memundurkan tubuhnya
“Kau masih tidak suka aku perhatikan? Baiklah, aku mengerti” kata Mi Ri kemudian menatap Junsu dengan pandangan kecewa
“Tidak, jangan menatapku dengan tatapan seperti itu”  batin Junsu
“Ah, arra aku pergi” kata yeoja itu lalu membalikkan tubuhnya bersiap pergi
“Jangan, jangan pergi” batin Junsu yang kemudian disuarakannya
Seketika untaian kata Junsu berhasil membuat langkah Mi Ri terhenti. Matanya terbelalak dan menatap tidak percaya. Ia menolehkan kepalanya dan menatap Junsu yang kini tengah menatapnya tegas. Perlahan Mi Ri merasakan tubuhnya ditarik oleh sepasang tangan yang kini tengah melingkari tubuhnya.
“Ju..Jun.. Junsu ssi” kata Mi Ri kaget atas perlakuan Junsu
“Kubilang jangan pergi” kata Junsu kemudian memeluk yeoja itu erat
Mi Ri hanya terdiam sambil menerima pelukkan Junsu yang kini terasa semakin hangat. Seukir senyum tampak di air wajah yeoja itu menandakkan ia merasa senang dengan perlakuan namja yang kini tengah memeluknya.
“Jangan pergi, Noel Yoon Shi” batin Junsu sambil memeluk Mi Ri
***
Yoochun kini tengah terduduk dalam ruangan yang perama kali ia datangi sambil memandang gelisah ke arah namja dihadapanya.
“Bagaimana?” kata Yoochun penasaran
“75% persen matamu cocok dengan mata milik Han Shin Di” kata namja lain yang memegang sepucuk surat ditangannya
“Benarkah? Kalau begitu.. aku dapat mendonorkannya bukan?” kata Yoochun ragu namun berusaha meyakinkan dirinya
“Tapi, kami tidak menerima donor dari orang yang masih hidup, Tuan” kata namja lain yang berpakaian serba putih itu
“Tenang saja, tidak lama lagipun.. aku akan pergi..” katanya dengan raut wajah penuh kesedihan namun ditutpi dengan senyum tipis diwajahnya
“Eh? Maksud anda?” kata dokter tersebut
“Tidak, bukan apa-apa.. sebaiknya saya undur diri dulu dokter” katanya sambil membungkukkan badannya kemudian beranjak pergi
Yoochun pun menutup pintu ruang kerja dokter itu dan membalikkan tubuhnya sambil menatap hampa lantai yang ada dibawahnya. Desahan nafas keluar dengan beratnya dan kemudian ia kembali bergumul dengan pikirannya
“Apakah ini yang terbaik?” batinnya
Perlahan ia menegadahkan kepalanya dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa inilah yang ia inginkan. Kembali ia menarik sebuah nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan. Tergambar sebuah senyuman seorang yeoja dipikirannya dan kemudian membangkitkan semangatnya
“Ya, ini yang terbaik” katanya sambil menyiratkan sebuah senyum dan kemudian meninggalkan ruangan itu dan kemudian melangkahkan kakinya ke sudut lain rumah sakit itu
Yoochun melangkahkan kakinya ke arah meja panjang yang berisikan yeoja yang berpakaian serba putih itu. namun seketika langkahnya terhenti kala menangkap sesosok wajah yang tidak asing baginya menuju ke arah yang sama seperti yang ditujunya. Yoochuhn mengamati gerik namja itu yang terlihat sedikit gugup namun terlihat yakin kala itu. namja itu kemudian pergi sambil membawa beberapa kertas ditangannya.
“Sedang apa kau Jung Yunho?” kata Yoochun saat berhadapan dengan namja yang kini ada di hadapannya
“P-Park Yoochun??” kata Yunho gugup menatap Yoochun dihadapannya
Yoochun menatap ke arah kertas yang kini digenggam Yunho dengan sinis dan penasaran.
“Apa itu?” kata Yoochun penasaran
“Bukan urusanmu” jawab Yunho datar
Yoochun kemudian mengambil kertas itu dengan tidak sabaran dan membacanya. Benar dugaannya, Yunho juga mempunyai rencana yang sama dengannya. Sementara Yunho hanya menatap kaget namja dihadapannya dan memandangnya tidak percaya. Yunho yang mulai merasakan amarah dalam tubuhnya kemudian mengambil kembali kertas yang kini tengah dipegang oleh Yoochun
“Apa apaan kau ini?!” teriak Yunho membuat setiap orang didalam rumah sakit itu melihat ke arah mereka
Melihat pandangan orang disekitarnya, Yoochun kemudian menggandeng tangan Yunho paksa dan membawanya ke tempat parkir.  Yunho yang merasa terganggu dengan kelakuan Yoochun kemudian melepaskan tangan Yoochun secara kasar.
“Yah! Apa apaan kau, Park Yoochun!!?” kata Yunho menaikan nada suaranya
“Yah! Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu Jung Yunho!” kata Yoochun tak kalah nyaring sambil mengambil paksa kertas yang ada di tangan Yunho
“Kenapa?!! Kenapa kau mau melakukan ini??” lanjutnya sambil menunjukkan kertas tersebut ke wajah Yunho
“Sudah kubilang bahwa itu bukan urusanmu!” teriak Yunho sambil berusa mengambil kertas tersebut dari tangan Yoochun namun Yoochun tidak mengijinkannya
“Tentu saja ini urusanku karena kau sahabatku!!” kata Yoochun yang juga terbawa emosi
“Sahabat? Sahabat apa yang akan menikahi yeoja yang dicintai sahabatnya??” pekik Yunho
“Itu bukan mauku” tepis Yoochun
“Tapi kau mencintainya juga iya kan??” kata Yunho geram
“Ya, aku memang mencintainya. Sangat sangat mencintainya!!” kata Yoochun kemudian
“Tapi aku...” kata Yoochun sedikit melemah
“Jika bukan karena kau, Shin Di pasti sudah melihat sekarang” kata Yunho dingin
Seketika pandangan Yoochun berubah menjadi pandangan kebingungan dan kaget. ia memandang Yunho dalam mencari setitik celah untuk mengerti arti dari kata kata Yunho. Tapi dia tidak berhasil menemukan apapun.
“Apa maksudmu?” tanyanya kemudian
“Lupakan saja” kata Yunho mengalihkan pembicaraan sambil menuju ke arah Yoochun dan mencoba mengambil  kertasnya
Yoochun sedikit memundurkan tubuhnya dan menahan tubuh Yunho dengan tangan kirinya. Dan menatap Yunho dengan penasaran
“Tidak” kata yoochun masih menatap Yunho “Jelaskan padaku” lanjutnya
“Aku bilang lupakan saja” kata Yunho kembali melangkahkan kakinya namun ditahan oleh Yoochun
“Jung Yunho, kau berhutang penjelasan kepadaku” kata Yoochun menatap Yunho tajam yang kemudian hanya dibalas desahan nafas berat dari namja itu
***
“Kim Jaejoong” panggil namja paruh baya yang kini ada disampingnya
“Eh? Ahjussi?” kata Jaejoong kaget saat melirik ke arah suara yang memanggilnya
“Mungkin seharusnya aku mengatakan ini sejak lama” kata Tuan Park pada Jaejoong
Jaejoong hanya menatap wajah namja tua dihadapannya dengan tatapan mata yang penuh dengan kebingungan. Bila ia mengingat masa lalu, masa terkelam dalam hidupnya, ia dapat melihat segala amarah dan kebencian ditatapan mata namja ini, namun kini yang ia lihat hanyalah sebuah tatapan .... penyesalan. Yah, penyesalan.
“Maafkan aku” kata Tuan Park berhasil membuat kaget Jaejoong
“E-eh? Ahjussi?” kata Jaejoong kaget
“Maafkan aku, Jaejoong-a” kata Tuan Park lagi sambil emnundukkan kepalanya
“Dulu, aku sangat membencimu, hingga aku berniat untuk membunuhmu” kata Tuan Park berusaha menjelaskan pernyataannya
“A..” kata Jaejoong yang terputus kemudian
“Tapi sekarang aku tau bahwa kau tidak bersalah” katanya kemudian sedikit menegadahkan kepalanya dan menatap Jaejoong tepat dimatanya
“Kau juga dulu, pasti sangat membenciku bukan??” lanjut Tuan Park
“Aku tidak benci” jawab Jaejoong cepat yang membuat Tuan Park membelalakkan matanya
“Saat itu, aku tidak membencimu atau membenci kalian semua” kata Jaejoong sambil sedikit memalingkan matanya dari Tuan Park
“Aku hanya kesal” kata Jaejoong mengerucutkan bibirnya dan menatap pemandangan dihadapannya
“Aku kesal, karena tidak ada yang bisa percaya padaku dan aku percayai” kata Jaejoong lagi
“Aku kesal, karena aku harus sendirian” tuntasnya sambil kembali menatap Tuan Park dan tersenyum kearahnya
Tuan Park hanya dapat menatap Jaejoong dengan raut penuh penyesalan dalam setiap ukiran wajahnya. Rasa bersalah itu kembali menghantui dirinya. Ia merasa amat bersalah karena sudah menjatuhkan hukuman kepada orang yang salah. Kini ia semakin yakin dengan perkataan yang pernah diucapkan oleh Yoochun.
“Kau benar, Chun-a” batin Tuan Park
“Dia memang namja yang baik” batin Tuan Park sambil tersenyum ke arah Jaejoong
“Terima kasih” kata Tuan Park kemudian
***
Yoochun mengendarai mobilnya dengan pikiran yang kacau. Ia memegangi pelipis kepalanya yang kini terasa berdenyut cukup keras sehingga membuat kepalanya berputar. Segala kata demi kata yang diucapkan Yunho tadi seakan berkumpul dan membentuk awan kelam dalam kepalanya yang terus menerus menurunkan hujaman hujaman kesakitan pada kepalanya. Yoochun mengambil nafas panjang dan berat lalu mengeluarkannya perlahan serasa setiap nafas yang ia hirup kini lebih berharga dari sebelumnya.
Sejenak ia melirik ke arah kertas yang kini tengah tertata dikursi sampingnya. Kembali Yoochun menghirup nafas berat dan mengeluarkannya perlahan. Rasa bersalah kembali berhasil menggerogoti setiap inchi kehidupan dalam tubuhnya. Ia meraih ponselnya dan lalu menekan kesebuah nomor yang sudah sejak lama ingin ia hubungi
“Yoboseyo?” kata seorang namja diseberangnya
“Jaejoong-a” kata Yoochun sambil tersenyum menjawab panggilan dari seberang
“Yoochun-a?” kata Jaejoong kemudian
Sebuah senyum tipis terlihat kala Jaejoong kembali menyebutnya dengan panggilan yang biasa ia dengar. Betapa Yoochun amat merindukkan suara itu kembali memanggilnya seperti itu. seperti dulu. Saat semuanya masih baik baik saja.
“Aku punya berita bagus” kata Yoochun kemudian
“Benarkah? Apa itu?” kata Jaejoong penasaran
“Tentang donor mata. Aku sudah menemukan donor baru untuknya” kata Yoochun kemudian
“Benarkah??” kata Jaejoong terdengar bersemangat
“Ne” kata Yoochun sambil menganggukkan sedikit kepalanya walau oa tahu Jaejoong tidak akan melihatnya
“Baiklah, aku akan memberitahu Shin Di ka..” kata Jaejoong sedikit terpotong oleh kata kata Yoochun
“Tidak usah” kata Yoochun memotong kata kata Jaejoong
“Biar aku saja.. yang memberitahunya” kata Yoochun kemudian sambil menutup ponsel ditangannya
Kembali pikirannya bergolak didalam kepalanya dan membuat denyutan dikepalanya kembali terasa.
“Mungkin memang sudah seharusnya, aku tidak ada dalam jalan cerita ini lagi” batin Yoochun
TBC

Jumat, 08 Juni 2012

FF Straight "Something You Can't Deny" Chapeter 8



Chapeter 8: The Right Way
“Mohon maaf” kata seorang namja yang berpakaian serba putih itu
“Kami harus membatalkan operasi ini” lanjutnya
Hening. Itulah yang menyelimuti ruang kerja yang berukuran sedang itu. setiap kata demi kata yang diucapkan namja itu bagai tak tercerna oleh para manusia yang kini tengah berkumpul diruangannya. Membuat segala desiran darah memaksa mengalir ke atas kepala mereka dan mengenyahkan pertahanan tubuh mereka.
“Apa?” kata seorang namja lain yang bersuara husky itu
“Pihak pendonor, telah membatalkan niatnya” kata namja berbaju putih itu
Kembali aliran darah itu melonjak dan berharap untuk segera dikeluarkan. Kali ini, pria berperawakan tinggi itu tidak dapat lagi menahan segala emosinya. Ia menarik kerah baju milik sang namja paruh baya dan menatapnya dengan penuh amarah yang sontak membuat namja itu kaget
“Apa? Apa kau bilang? Bagaimana bisa?” ucap Yoochun penuh emosi sambil menatap geram pada namja paruh baya itu
“Mohon maaf, ini kemauan dari pendonor sendiri” kata namja paruh baya itu berusaha menenangkan Yoochun
“Hentikan Chun-a” suara seorang yeoja sontak membuat Yoochun menghentikan kegiatan yang dilakukannya
“Shi..”
“Tidak apa aku baik baik saja” ucap yeoja itu sambil tersenyum
Yoochun melepaskan cengkramannya dari dokter itu dan menatap Shin Di cemas. Ia takut seluruh harapan Shin Di kini telah kandas dan kembali menumbuhkan luka baru baginya. Sesaat ia menatap kembali dokter itu dengan pandangan geram dan kecewa.
“Matamu terlalu bagus untuk menatapku seperti itu, Tuan Park” jawab dokter itu mulai merasa tidak suka
“Ayo” kata Yoochun masih menatap namja paruh baya itu penuh amarah dan kemudian berbalik sambil menuntun  Shin Di menentukan langkahnya
 “Kau baik baik saja Shin Di-a?” tanya Yoochun sepanjang perjalanan
Sementara Shin Di hanya menjawab dengan senyum lemah yang terukir dibibirnya. Terlihat genangan genangan air mata yang mulai tampak dipelupuk matanya, namun terlihat Shin Di masih menahan itu semua untuk terjatuh. Saat ini dia tidak bisa menangis. Ah, bukan. Ia tidak boleh menangis. Ia tidak boleh menangis saat tiba dirumah nanti. Tidak dihadapan Kim jae Joong.
***
Shin Di POV
“Kami harus membatalkan operasi ini” kata seorang pria yang kuyakin adalah dokternya
Mendengar kata kata itu seketika jantungku seperti berhenti berdetak. Oksigen terasa begitu berat kutampung didadaku sehingga membuatku merasa sesak. Terasa genangan air mata diujung pelupuk mataku yang siap untuk menuruni wajahku tapi hal itu kutahan. Aku tidak ingin terlihat lemah. Tidak untuk sekarang.
 “Pihak pendonor, telah membatalkan niatnya” jelas dokter itu
Perlahan kusiratkan sebuah senyum tipis diwajahku. Setidaknya ini memang keinginan pihak pendonor. Kita tidak memaksanya bukan? Seakan aku tidak pernah terjatuh sebelumnya.  Kudengar sedikit keributan didepanku yang sedikit membuatku tidak nyaman
“Hentikan Chun-a” kataku sambil sebisa mungkin tersenyum
“Shi..” ucapnya sedikit memilukan
“Tidak apa aku baik baik saja” kataku yang lebih tepatnya untuk menenangkan diriku sendiri
“Matamu terlalu bagus untuk menatapku seperti itu, Tuan Park” kata dokter itu lagi yang sepertinya ditunjukkan bagi namja di sebelahku ini
“Ayo” kata Yoochun kemudian membantuku keluar dari ruangan itu
Seketika pikiranku bergumul dan menerawang jauh. Bahkan segala ucapan yang dilontarkan oleh Yoochun tidak dapat kucerna dengan baik karena aku terlalu sibuk dengan pikiranku. Aku hanya menjawab segala pertanyaan itu dengan sebuah senyum diwajahku. Senyum yang mungkin terlihat sangat lemah saat ini.
Kepalaku berdenyut pelan dan sesaat aku merasakan genangan air mata dimataku. Sebisa mungkin aku menahan air mata itu untuk tidak menuruni wajahku. Aku tidak boleh menampakkan wajah seperti itu padanya. Yah, tidak didepannya. Tidak didepan Kim Jaejoong.
Sekarang aku disini. Kembali ke rumah ini. Kembali ketempat dimana orang itu juga ada. Apa yang harus kulakukan? Wajah apa yang harus kutampakan padanya? Apa yang harus aku katakan padanya? Perlahan aku berjalan memasuki rumah ini dengan tuntunan Yoochun. Berharap dia tidak melihat keadaanku yang sekarang ini.
“Aku tinggal dulu Shin Di-a” kata Yoochun menghentikan langkah kami  diruang tengah
Aku hanya tersenyum untuk membalas kata-katanya. Mulutku seakan terkunci rapat untuk berkata-kata kali ini. Hatiku saat ini sangat dipenuhi dengan kekecewaan. Sangat dipenuhi dengan amarah dan sangat dipenuhi dengan penyesalan.
“Apa memang harus seperti ini?”
“Apa aku tidak diijinkan meminta maaf padanya?”
Kurasakan air mata kembali menggenang dimataku namun berusaha kuhapus dengan ujung jariku. Belum sempat aku menghapus air mata itu, tiba tiba kurasakan sepasang tangan kini memelukku erat. Wangi sang pemilik tangan terasa amat familiar saat kepalaku kini telah berada di dadanya yang bidang
“Menangislah” kata seseorang yang sejak tadi aku pikirkan
Aku berusaha sekuat mungkin lepas dari pelukkannya berharap dia tidak perlu melihatku menangis seperti ini. Tidak. Jangan melihatku yang seperti ini Kim Jae Joong. Aku akan terlihat sangat lemah bagimu.
“Menangislah” katanya lagi masih mempertahankan pelukkannya padaku
“Menangislah” katanya sambil mengusap kepalaku
Tanpa terasa buliran air mata yang sedari tadi aku tahan kini akhirnya terjatuh diwajahku. Mengalir dan mengairi pipiku. Aku menangis. Akhirnya aku menangis dipelukannya. Aku menangis dipelukan namja ini. Namja yang selalu menjadi pusat rotasi kehidupanku. Namja yang bernama Kim Jaejoong.
Aku menangis dalam pelukannya yang lembut. Menangis dengan sentuhannya yang lembut dikepalaku. Menangisi kerinduan yang sejak dulu ingin sekali terwujud. Menangisi setiap waktu yang kubuang hanya untuk mencercanya. Menangisi keadaanku yang mungkin tidak akan pernah sempurna untuknya. Menangisi setiap kata yang tidak dapat kuucapkan padanya.
“Mianhae..” kataku kemudian masih dalam pelukannya
“Hm?” ia menjawab dengan suara yang halus. Sangat halus
“Aku minta maaf Kim Jae Joong..” kataku sedikit terisak
“Kenapa?” katanya lagi masih sehalus tadi
“Karena.. sikapku.. karena..perkataanku.. karena .. ka..” kataku menggantung dibagian akhir
“Karena aku tidak bisa melihatmu yang selalu ada disini” batinku
“Tidak ada yang perlu kumaafkan Shin Di-a” katanya sangat lembut
“Karena tidak pernah ada yang salah darimu dimataku dan dihatiku” jawabnya sambil mengencangkan pelukkannya padaku yang berhasil membuat seluruh pertahananku runtuh seketika
Aku kembali menangis. Menangisi semua hal yang telah terjadi beberapa waktu ini. Menangisi semua hal yang terasa salah disini. Semua cercaan itu..
“Apa lagi yang kau inginkan?? Membunuhku?”
“Jangan panggil namaku dengan mulutmu itu”
Semua kata yang menyakitkan itu...
“Maafkan aku Ahjushi, aku tidak mau tinggal satu atap dengan seorang pembunuh”
Semuanya..
“Kukira kau akan pergi selamanya”
“Maafkan aku, Jaejoong-a.. Maaf..” kataku sambil terisak dipelukannya sementara ia masih terus memeluk dan membelaiku dengan lembut yang membuat segala pertahananku runtuh
Tanganku kini mulai bergerak ke atas dan berusaha membalas pelukannya. Bagaimana pun. Bagaimanapun juga. Aku sangat merindukkan namja ini. Namja yang selalu menjadi matahariku. Namja yang akan selalu menjadi pusat segala kegiatanku, pikiranku, dan cintaku. Namja ini adalah pusat dari kepemilikan hatiku. Namja ini, Kim Jae Joong
End Shin Di POV
Jaejoong POV
Aku menatapnya. Menatap yeoja dihadapanku dengan miris. Aku tadi baru saja menerima pesan singkat dari Yoochun. Pesan singkat yang membuatku terlonjak kaget dan sekaligus khawatir. Khawatir bagaimana keadaannya sekarang. Dan kini aku melihatnya. Melihat wajahnya yang begitu terluka.
Aku berjalan kearahnya dengan hati hati. Semakin tampak wajahnya yang penuh dengan luka itu. aku melihat pelupuk matanya yang kini sudah tergenang air mata. Tidak. Jangan seperti ini. Jangan tahan kesakitanmu. Aku yang sudah tidak tahan kemudian memeluknya. Memeluknya dengan erat. Sangat erat. Aku benar benar tidak tahan melihat wajahnya yang seperti ini.
“Menangislah” kataku kemudian
Terasa gerakan tangannya yang berusaha mendorongku menjauh. Tapi aku tetap memeluknya. Untuk kali ini saja Shin Di-a, untuk kali ini saja aku ingin berguna berada disampingmu. Untuk kali ini saja aku ingin kau menyadari. Aku selalu ada disisimu.
“Menangislah” kataku lagi “Menangislah” lanjutku sambil mengusap perlahan kepalanya
Dapat kurasakan gerakan mendorongnya terhenti. Terasa pakaianku kini basah oleh sesuatu. Dia mengangis. Yah, akhirnya ia menangis. kurasakan isakannya yang mulai terasa didalam pelukanku. Apakah ini artinya dia mulai menerimaku lagi?
“Mianhae..” katanya tiba tiba
“Hm?” kataku sedikit tidak mengerti
“Aku minta maaf Kim Jae Joong..” katanya sambil terisak
“Kenapa?” tanyaku padanya
“Karena.. sikapku.. karena..perkataanku.. karena .. ka..” katanya menggantung dibagian akhir
Terasa perasaanku kini menghangat mendengar kata katanya. Kata kata yang berhasil membuat segala kebekuan dihatiku kini mencair lagi. Tidak. Kau tidak perlu meminta maaf Shin Di-a. kau tidak bersalah. Kau tidak pernah salah.
“Tidak ada yang perlu kumaafkan Shin Di-a” kataku padanya
“Karena tidak pernah ada yang salah darimu dimataku dan dihatiku” kataku kemudian merekatkan pelukanku dengan pelukannya
Benar. Ini baru benar. Ini baru yang seharusnya terjadi. Yeoja yang menjadi bulanku kini berada dipelukanku. Yeoja yang selalu dapat kutuntun kini berada di dalam kehangatanku. Aku mencintaimu, Han Shin Di. Terima kasih. Terima kasih telah mau menerimaku kembali menjadi cahayamu.
“Maafkan aku, Jaejoong-a.. Maaf..” katanya sambil membalas pelukanku
“Terima kasih..” batinku
“Terima kasih karena pada akhirnya..”  
“Kau mau melihatku lagi..”
“melihatku dengan hatimu lagi..”
End Jaejoong POV
***
“Terjebak dalam cinta masalalu yang membuatmu tidak dapat melihat ke masadepan. Tidak bisakah kau melihatku disini? Walau hanya seujung kaki, apakah aku memang hanya akan tetap menjadi sebuah cahaya kilat dimatamu?!”
Kata kata itu bagai sebuah angin topan yang kini tengah berputar putar didalam kepala Junsu. Yah, memang tidak ada yang salah dalam setiap perkataan Mi Ri. Bahkan melampaui kebenaran. Kebenaran bahwa Junsu masih terjebak dalam dunia yang sama. Dunia dimana disana dipenuhi dengan sosok Yoon Shi. Dunia yang biasa kita sebut masa lalu.
“Aish!” desahnya frustasi
“Suatu saat ,setelah membuatnya menjadi milikku,  aku akan mengenalkannya padamu”
“Suatu saat? Suatu saat itu kapan?” katanya sambil meninju tembok disampingnya
TING TONG!
Suara bel pintu mengusik pikirannya. Segala kemarahan yang berada diujung ubun ubunnya kini berusaha ia tahan dan mencoba bersikap sewajarnya pada tamu diluar. Sesaat ia mengambil nafas panjang untuk mengatur emosinya dan mengeluarkannya perlahan. Junsu pun menuju pintu dan membukanya melihat siapa yang mengusiknya malam malam begini.
Terlihat seorang yeoja dengan baju yang basah dan lusuh didepan pintu rumahnya. Wajah yeoja iu tampak amat tidak asing, bahkan mungkin yeoja yang sedari tadi ada dipikirannya.
“Sedang apa kau Jang Mi Ri??!” teriak Junsu keras
“Ah, hanya ingin memberikan ini” kata yeoja itu sambil menyerahkan sebuah bungkusan
“Apa ini?” kata namja itu bingung menatap bungkusan ditangan yeoja tersebut
“Aku tau kata kataku tadi sedikit ah tidak sangat kasar padamu, maka dari itu aku ingin meminta maaf padamu. Aku membelikanmu sedikit makanan terimalah.” Katanya sambil memberikan bingkisan itu pada Junsu
Junsu menerima bingkisan itu dengan raut wajah yang bingung. Ia hanya menatap terpaku kepada yeoja dihadapannya. Yeoja yang kini tengah tersenyum manis diantara penampilannya yang kacau karena cuaca buruk diluar.
“apakah aku memang hanya akan tetap menjadi sebuah cahaya kilat dimatamu?!”
Terbersit sebuah kata yang sedari tadi berputar dikepalanya. Sebuah kata yang berhasil membuatnya berpikir amat keras. Berpikir mengenai hatinya di masa lalu dan mengenai hatinya kini. Junsu sedikit menundukkan wajahnya setiap kali kilasan memorinya dengan Yoon Shi terulang.
“Oke, aku pergi dulu. Ja!” Ucap yeoja itu hendak meninggalkan Junsu
“Berhenti!” kata Junsu secara tidak sadar
Seketika Mi Ri berhenti dan berbalik kembali ke arah Junsu. Sementara Junsu kini hanya dapat memperlihatkan wajahnya yang tengah salah tingkah karena merasa ia mengucapkan hal yang begitu aneh pada yeoja itu. seketika tadi, ia hanya merasa Yoon Shi lah yang akan meninggalkannya. Namun ternyata itu bukan Yoon Shi. Bukan.
“Eh?” kata Mi Ri bingung
“Masuklah. Perbaiki dirimu. Lagipula diluar cuacanya masih sangat buruk” ucap Junsu enggan menatap Mi Ri
“Eh?” kata Mi Ri semakin bingung
“Jadi kau mau masuk atau tidak?” Ucap Junsu kini menatap Mi Ri
Sebuah senyum tak pelak terukir diwajah Mi Ri. Terbersit sebuah harapan bahwa namja itu akan mulai menerimanya. Tanpa ragu matanya membentuk garis senyum yang tak kalah cantik dengan senyumannya.
“Ne, aku mau!” katanya semangat  sambil berjalan menuju ke arah pintu Junsu dan masuk melewatinya
Junsu yang masih berdiri didepan pintu hanya dapat menggenggam kenop pintu erat. Dan menatap hampa pada hamparan didepannya. Pikirannya tampak memantau jauh meninggalkan tubuhnya yang terpaku disisi pintu
“Aish, Kim Junsu! Apa yang baru saja kau lakukan!?” batinnya frustasi
Untuk sesaat tadi. Hanya sesaat tadi. Ia merasakan Yoon Shi lah yang akan meninggalkannya. Bukan Mi Ri. Entah itu karena Junsu memang menganggap Mi Ri itu Yoon Shi. Ataukah, Junsu memang tidak ingin kehilangan Mi Ri?
***
Yunho POV
Aku menatapnya. Menatap seseorang yang terasa familiar itu kini tengah berbincang dengan seorang yeoja paruh baya yang juga terasa tidak asing. Bukan, bukan tidak asing. Aku hanya merasa aku pernah melihatnya. Tapi dimana? Derasnya hujan saat ini membuatku tidak dapat melihat wajah itu dengan jelas
Aku turun dari mobilku dan perlahan mendekati mereka tanpa payung ataupun pelindung tubuh. Semakin aku mendekati mereka semakin jelas wajah yeoja yang membuat aku menerka nerka siapa orang itu. semakin aku mendekat dan semakin jelaslah pembicaraan mereka.
“Memang akan lebih baik jika ia dikuburkan utuh” ucap Changmin sambil tersenyum pada yeoja paruh baya itu
“Dikubur? Siapa? Siapa yang dikubur utuh?” batinku
“Ne, tapi aku merasa tidak enak kepada orang yang sudah berjanji akan kudonorkan matanya” jawab yeoja itu
“Donor? Donor mata?” batinku lagi
Perlahan jantungku kembali berdegup kencang dan kepalaku berputar. Segala memori kembali berkumpul dalam pikiranku dan membawaku kembali dalam suatu kenyataan. Yah, dia. Dia adalah orang yang aku dan ahjushi temui. Orang yang mau meendonorkan mata anaknya pada Han Shin Di. Yeoja waktu itu.
“Tidak apa. Mungkin belum keberuntungan bagi yang didonorkan” ucap Changmin masih tersenyum seakan perduli sambil mengusap tangan yeoja paruh baya itu
“Ne, benar juga. Yang penting sekarang ialah anakku” ucap yeoja paruh baya itu
“Ne. Sekarang masuklah, dan temui ia untuk teakhir kali” ucap Changmin menyuruh yeoja tua itu masuk ke dalam sebuah rumah duka
Mendengar perkataan dan melihat perbuatan Changmin yang seperti ini membuatku tidak tahan. Aku merasakan kemarahanku yang begitu meluap luap diujung kepala dan memberontak untuk segera terlepas. Perlahan ketika ia berusaha membalikkan tubuhnya aku menuju kearahnya dan menghantam wajahnya keras dengan kepalan tanganku.
BUK!!! Terdengar suara tubuhnya yang menghantam tanah karena pukulanku. Dan wajahnya terlihat kaget atas perlakuanku barusan.
“Hyung?! Apa yang kau lakukan?!” katanya kaget
“YA! Shim Changmin!! Seharusnya aku yang bertanya seperti itu! apa yang baru saja kau lakukan?” teriakku keras padanya disertai tatapan yang cukup tajam
“Apa maksudmu, hyung??!” katanya sambil berusaha membangkitkan tubuhnya
Aku yang tidak mau melihatnya berdiri kini terlutut dihadapannya sambil menarik kerah bajunya. Aku mendekatkan wajahku dan wajahnya berharap mendapatkan jawaban yang benar-benar jujur darinya.
“Yeoja tadi! Dia, adalah ibu dari pendonor mata untuk Shin Di bukan??! Iya bukan??! Jawab!!” teriakku langsung didepan mukanya
Terlihat sebuah senyum kecil disudut bibirnya. Lagi. Lagi lagi senyum itu. senyum yang amat dibenci Yunho setiap kali Yunho melihat senyum itu tampak dibibir Changmin
“Kau pintar juga hyung” jawab Changmin datar
Aku melihatnya. Melihat matanya. Berharap menemukan setitik kebohongan dimatanya. Namun tidak. Tidak ada setitik kebohonganpun yang terlihat dimatanya.
“Jadi maksudmu... dia..” kataku terbata masih menatap wajahnya
“Maaf, tapi yeoja itu belum dapat melihat sekarang” kata Changmin dingin
Aku terlonjak kaget mendengar kata katanya. Perlahan amarahku pun mengalir naik menuju ubun ubun dan menjadi sebuah amarah yang amat besar. Kembali kuhantamkan sebuah pukulanku kepada namja yang masih leih muda dariku itu.
“YA! Apa maksud perkataanmu hah??!” kataku dengan nada yang sangat tinggi
Perlahan kurasakan sebuah dorongan pada tubuhku yang berhasil membuatku melepaskannya. Ia pun bangkit berdiri sambil mengusap pipinya yang baru saja kupukul. Pandangan matanya tidak kalah tajam dari mataku.
“Aku bilang, dia belum dapat melihat sekarang! Ah, tidak, aku tidak mengijinkannya melihat sekarang!!” ucapnya keras
“MWWO??!! Apa katamu?? Kenapa kau berani berkata seperti itu ya, Shim Changmin??!” teriakku sambil berlari kearahnya
Aku menarik kembali kerah bajunya dan menyudutkannya pada tiang yang berada didekat sana dan menatap wajahnya lekat. Apa apaan dia? Apa apaan orang ini??!!
“Aku sudah pernah bilang padamu bukan? Aku tidak akan pernah membiarkan namja itu bahagia bahkan sedetik dalam hidupnya!” kata Changmin melotot kepadaku
“Tapi tidak harus melalui Han Shin Di bukan??!! Kenapa kau harus melakukan ini padanya??!” kataku tepat didepan wajahnya
“Karena Han Shin Di adalah satu satunya yang dapat membuat Park Yoochun bahagia! Karena itu! aku ingin membuat dia menderita melalui yeoja yang ia cintai itu!” kata Changmin ngotot sambil berusaha melepaskan cengkraman tanganku pada keraha bajunya
Aku yang tidak mau kalah malah memperkuat cengkramanku pada kerah baju Changmin dan menghentakkan tubuhnya pada tiang itu
“YA! Bukan hanya orang itu yang kau lukai! Tapi aku! Aku juga!” kataku menghentaka hentakkan tubuhnya pada tiang
“Maaf hyung, hanya ini.. hanya ini yang dapat kulakukan untuk membuat orang itu merasakan apa yang aku rasakan” katanya mulai menurunkan nadanya dan menatapku penuh arti
“Kau..”
“Hyung dan dia tidak akan pernah tau, rasa sakit yang aku rasakan saat itu. tidak akan. Tidak akan pernah” jawab Changmin menatapku iba sambil melepaskan cengkramanku yang mulai mengendur
Berhenti. Waktu serasa berhenti disekitarku sekarang. Berputar memori masa laluku bersamanya. Yah, memori bersama yeoja yang aku cintai selamabeberapa tahun ini. Dan mungkin akan aku cintai selamanya. Mungkin.
“Memang tidak” kataku kemudian padanya
“Karena aku tidak seberuntung dirimu Shim Changmin” kataku sambil tersenyum tipis padanya
Dapat kutangkap pandangan yang aneh diraut wajahnya. Pandangan yang menunjukkan ketidak percayaan atas apa yang aku katakan tadi.
“Apa? Beruntung? Apa kau tidak waras hyung?” katanya menatapku tidak percaya
“Tidak sadarkah kau sangat beruntung? Mungkin dia pergi meninggalkanmu selamanya, tapi setidaknya, kau tau cintanya hanya untukmu...” kataku sedikit menundukkan kepalaku
“Sementara aku.. cukup menyadari bahwa tidak ada sedikitpun cintanya untukku” kataku menundukkan kepalaku sambil terdiam
Yah. Aku menyadarinya. Menyadarinya dengan sangat bahwa tidak ada sedikitpun rasa cinta dihati Han Shin Di untukku. Setidaknya yang kuinginkan saat ini adalah, aku ingin melihatnya bahagia. Tersenyum. Dan ceria seperti dulu. Cukup melihat binar kebahagiaan terpancar dimatanya. Cukup seperti itu. seperti itu saja. Dapat membuat rasa bersalahku akan menjadi lebih baik.
“Mianhae” ucap Changmin kemudian yang hanya kubalas sebuah senyum tipis.
End Yunho POV
***
Seorang yeoja kini tengah tampak mengeringkan rambutnya dengan handuk. Ia menatap kearah ruang tamu dimana seorang namja kini tengah terduduk sambil  menatap bingkisan yang baru saja dibawanya tanpa menyentuhnya sedikitpun.
“Kenapa? Kau tidak menyukainya?” tanya yeoja itu
“Anni. Hanya belum lapar.” Jawab namja itu datar
“Junsu-ssi” kata yeoja itu memanggil namja dihadapannya dan turut menekukan kakinya
“Hm?” jawab namja itu enggan menatapnya
“Soal  Noel Yoon Shi ada yang...”
“Jangan bawa nama itu lagi” ucap Junsu sedikit menekankan kata katanya
“Tapi aku hanya..”
“Cukup. Kau tidak mengenalnya. Jadi jangan membicarakannya” katanya lagi berusaha bangkit berdiri namun tertahan oleh tangan Mi Ri
“Maafkan aku, bila kau tidak suka aku menyebut namanya tapi aku...” kata Mi Ri dengan wajah penuh kecemasan
“Tapi apa?” ucap Junsu kini menatap tajam wajah Mi Ri
“Aku hanya..” ucap Mi Ri terpotong potong merasa gugup dengan pandangan Junsu
“Hanya?” kata Junsu lagi masih menatap Mi Ri tajam
“Aku hanya ingin bilang bahwa..” kata Mi Ri lagi terpotong di bagian akhir
“Bahwa?” katanya lagi masih menatap Mi Ri
“Aish, bisakah kau tidak mengulangi setiap ujung perkataankku? Itu membuatku tidak nyaman tahu!” kata Mi Ri kesal
Terasa dengusan kecil yang dikeluarkan oleh Junsu disertai senyum sinis miliknya disudut bibirnya.
“Tidak nyaman? Kau baru kuperlakukan seperti itu dan kau merasa tidak nyaman? Apa kau pernah memikirkan perasaanku yang SANGAT tidak nyaman setiap kali kau ikuti?” katanya dingin sambil menatap Mi Ri
Yeoja itu hany dapat terdiam sambil menatap Junsu dengan pandangan yang tidak dapat diartikan. Tertangkap sedikit kekagetan di raut wajahnya pada awalnya namun perlahan raut wajah itu berubah menjadi raut yang.. penuh dengan ketulusan..?
“Aku tau, maafkan aku” kata Mi Ri menatap Junsu sambil berkata dengan lembut seketika membuat Junsu terdiam dan kembali mendengus pelan
“Kau tau? Tidak, kau tidak akan tau dan tidak akan mengerti, Jang Mi Ri” kata Junsu kesal
“Aku tau” kata Mi Ri kemudian kembali membuat Junsu terdiam
Seketika desakan pikiran yang bergumul dikepalanya membuat kepalanya berdenyut pelan. Ia tidak dapat mengendalikan apa yang harus ia pikirkan kini. Merasa yeoja didepannya ini tidak mungkin mengerti akan dirinya. Akan perasaannya. Merasa yeoja ini hanya mempermainkannya.
Perlahan Junsu meraih tangan Mi Ri dan menjatuhkan tubuh Mi Ri dikarpet rumahnya tersebut dan membuat Mi Ri terlonjak kaget. posisi mereka kini membuat Mi Ri merasa terpojok dengan Junsu diatasnya.  Junsu mencengkram erat tangan Mi Ri dan kemudian memandangnya sesaat. Kemudian tanpa basa basi Junsu meraih bibir Mi Ri dan memagutnya dengan kasar sangat kasar bahkan melukai sedikit bibir milik Mi Ri. Ciuman yang bisa didebut paksaan ini tak pelak membawa perlawanan dari Mi Ri yang berusaha melepaskan jerat tangannya dari tangan Junsu. Perlahan Junsu melepaskan ciumannya dan kembali menatap Mi Ri
“Apa dengan begini, kau masih mau bilang kau mengerti?”  ucap Junsu kesal
Mi Ri hanya memandang namja didepannya memandang namja yang sangat ia cintai kini. Menatap pada masa lalu namja ini. Dan menatap pada keterlambatan perasaan yang dirasakannya kini, mungkin dapat dikatakan bahwa Mi Ri mengerti. Sepernuhnya mengerti.
“Aku tidak bilang aku mengerti” jawab Mi Ri dengan wajah yang datar
“Aku hanya bilang bahwa aku tau rasanya” katany kemudian memperlihatkan senyum diwajahnya
Junsu hanya terdiam sambil memandang wajah milik Jang Mi Ri tersebut sambil berusaha mencerna setiap perkataannya namun segala egoisme dan amarah membuat logika dan perasaan itu terkubur dalam dalam dan hanya menampakkan amarahnya. Junsu masih menganggap bahwa yeoja itu masih mempermainkannya. Memperkainnya seperti boneka. Membuatnya mencintainya. Dan kemudian meninggalkannya sendirian. Lagi.
Junsu menatap yeoja itu lagi. Dalam. Sangat dalam seakan mencari cela kebohongan dimatanya. Mencari sebumbu dusta dimatanya. Tapi tidak ditemukan apapun. Hanya kejujuran dan ketulusan yang ditemukannya dan itu membuat Junsu sedikit geram. Dan kembali melampiaskan amarahnya.
Junsu kembali mengambil bibir Mi Ri dengan ganas dan memagutnya kasar, namun kali ini, tidak ada perlawanan.
“Aku mengerti Junsu ssi” batin Mi Ri
“Aku mengerti segala rasa sakitmu, semuanya”
 Namun sebuah balasan pagutan yang lembut yang membalas pagutan kasar milik Junsu. Pagutan lembut Mi Ri terasa begitu lembut dan amat lembut dibibir Junsu yang perlahan lahan membuat pagutan Junsu itupun berubah menjadi sebuah pagutan yang lebih lembut dari sebelumnya.
Hal inilah yang kini dapat disebut ciuman. Karena moment ini terasa begitu lembut dan hangat. Mereka saling membalas pagutan lembut dan mulai menggerakan tangan mereka.
“Karena akupun merasakannya padamu, Kim Junsu”
Perlahan cengkraman tangan Junsu pun terlepas dan mulai menyentuh pipi milik Mi RI seakan berusaha memperdalam ciuman mereka sementara Mi Ri melingkarkan tangannya dileher milik Junsu dan menikmati segala sentuhan tangan Junsu dan kecupan lembut dibirnya.
perlahan Junsu melepaskan ciumannya dari Mi Ri dan mengambil beberapa oksigen untuknya dan Mi Ri bernafas. Matanya memandang Mi Ri lekat. Seketika jantungnya berdegup kencang dan aliran darahnya melaju tidak beraturan kedalam setiap anggota tubuhnya.
Seketika juga Junsu bangkit dari posisinya dan berganti menjadi posisi duduk kembali dan mengepal tangannya erat. Ia merasakan perasaan yang sudah sangat lama tidak ia rasakan. Merasakan perasaan yang amat tidak bisa kala jantungnya berdebar dan wajahnya memanas seperti ini.
“Aku rasa.. aku harus menaruh bingkisan itu dulu” kata Junsu mengalihkan pembicaraan dan membawa bingkisan itu kedapurnya
Sementara Mi Ri masih dalam posisinya yang tertidur dikarpet milik Junsu dengan perasaan bingung. Bingung sekaligus senang. Senang bahkan... amat senang. Ia memegangi bibirnya yang baru saja diberikan cap bibir milik Junsu meskipun ada setitik yang sakit diujung kanannya, namun entah mengapa rasa sakit itu seperti menjadi sebuah awal baginya. Baginya dan bagi Junsu.
***
Seorang namja terlihat sedang duduk disebuah ruangan yang sederhana sambil menampakkan raut wajah penuh kegelisahan.
“Bagaimana?” kata namja itu dengan penasaran
“75% persen matamu cocok dengan mata milik Han Shin Di” kata namja lain yang memegang sepucuk surat ditangannya
“Benarah? Kalau begitu.. aku dapat mendonorkannya bukan?” kata namja itu ragu namun berusaha meyakinkan dirinya
“Tapi, kami tidak menerima donor dari orang yang masih hidup, Tuan” kata namja lain yang berpakaian serba putih itu
“Tenang saja, tidak lama lagipun.. aku akan pergi..” katanya
“Eh? Maksud anda?” kata dokter tersebut
“Tidak, bukan apa-apa.. sebaiknya saya undur diri dulu dokter” katanya sambil membungkukkan badannya kemudian beranjak pergi
Namja itupun menutup pintu ruang kerja dokter itu dan membalikkan tubuhnya sambil menatap hampa lantai yang ada dibawahnya. Desahan nafas keluar dengan beratnya dan kemudian ia kembali bergumul dengan pikirannya
“Apakah ini yang terbaik?” batinnya
Perlahan ia menegadahkan kepalanya dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa inilah yang ia inginkan. Kembali ia menarik sebuah nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan. Tergambar sebuah senyuman seorang yeoja dipikirannya dan kemudian membangkitkan semangatnya
“Ya, ini yang terbaik” katanya sambil menyiratkan sebuah senyum dan kemudian meninggalkan ruangan itu.
***
Suara langkah kaki terdengar begitu mengisi ruangan itu. telihat seorang namja kini tengah berjalan menuju ke arah bagian pendaftaran  dan kemudian seorang yeoja berbaju putih tersenyum kepadanya. Terlihat ada sedikit keraguan diwajahnya namun masih diselingi dengan senyum terbaik miliknya
“Demi dirinya” batin namja itu
“Ada yang bisa kubantu?” kata yeoja yang berada di meja pendaftaran tersebut
“Ya, aku ingin mengisi formulir untuk mendonorkan mata” kata namja itu tegas
“Demi Han Shin Di”
“Baik, akan saya isi, atas nama siapa?” kata yeoja itu kemudian
“Ini yang terbaik”
“Jung Yunho” kata namja itu lagi yang segera dicatat oleh yeoja itu
TBC

Rabu, 06 Juni 2012

FF Straight "Something You Can't Deny" Chapeter 7



Chapeter 7 : Problem
Aku menatapnya, mentap yeoja yang aku cintai. Sangat aku cintai. Yeoja bernama Noel Yoon Shi.
“Chagiya..” kataku dengan manja pada yeoja dipelukkanku ini
“Hm?” jawab yeoja itu lembut
“Saranghae, neomu neomu saranghaeyo” kataku sambil  mempererat pelukanku
“Nado, nado saranghae, chagi” jawab yeoja itu lembut kemudian
“Jangan tinggalkan aku, chagi..” kataku dengan nada takut dan penuh kecemasan
Seketika kurasakan dahinya mengkerut dan lalu melepaskan pelukanku
“Kenapa tiba tiba kau berkata seperti itu?” tanya yeoja bermata coklat itu sambil  menunjukkan wajah yang amat kebingungan
“Anniyo.. aku hanya.. takut..” kataku cemas, entah ada angin angin apa aku berkata seperti itu
Sekilas dapat kulihat senyum yang mengembang disekitar bibirnya yang kecil dan penuh itu. Tawa kecil mengiringi senyum dibibirnya itu. Aku mensejajarkan wajahku dengannya dan menatapnya dengan pandangan tidak suka. Kenapa ia tertawa? Itu bukanlah yang lucu bagiku. Aku cemas. Yang walaupun aku tidak tau mengapa aku bisa secemas ini. Hanya saja, aku benar benar takut.
Perlahan kurasakan sepasang  tangan yang menyentuh kedua pipiku lembut, sejenak hal itu membuatku menggidikkan bahuku dan memundurkan tubuhku, namun perlahan hal itu berubah menjadi ukiran senyum dikedua sudut bibirku. Berubah karena aku melihat wajahnya yang lugu nan polos itu. Wajahnya yang amat tulus itu. Dan wajah yang akan selalu tinggal dan telah terukir  dalam hatiku.
“Pabo! Mana mungkin aku bisa meninggalkanmu jika kau masih sebodoh ini?” katanya sambil mencubit pipiku gemas
Air wajahku yang tadinya tenang kini berganti menjadi raut wajah kesal. Aku mengerucutkan bibirku kedepan dan menepis tangannya yang masih mencubitku dengan gemas itu. Aku pun mengalihkan pandangan darinya dan tidak mau menatapnya. Kesal. Itu yang aku rasakan.
“Tidak lucu” kataku dingin
“Aigo~  jangan marah tuan muda, aku hanya bercanda kok” katanya kini sambil berusaha meraih kembali kedua pipiku dan mensejajarkan wajah kami berdua
Ia menatapku dengan senyum khasnya yang selalu berhasil membuat jantungku berdetak lebih kencang 100kali lipat dari biasanya.
Cup.
Sebuah senyuman singkat mendarat dibibirku yang membuat tubuhku perlahan menghangat. Aliran darahku mengalir dengan tidak karuan kini. Kaget. Kaget karena yeoja nan polos ini baru saja menyerahkan cap bibirnya pada bibirku. Sementara aku masih diam membeku, ia hanya menatapku. Menatapku dengan pandangan penuh cinta. Yah, itulah yang kurasakan.
“Aku tidak akan meninggalkanmu” katanya lembut sambil menatapku dengan mata indahnya.
“Aku tidak akan meninggalkanmu, Shim Changmin” lanjutnya memperjelas kata katanya
“Baiklah” kataku yang terlarut dalam kata katanya dan hanya dapat menatap matanya
Kemudian aku menariknya perlahan kedalam pelukanku. Menyatukan hati kami berdua dalam sebuah pelukkan yang hangat. Saking hangatnya kau bahkan dapat merasakan tubuhmu meleleh dalam pelukan itu. saking hangatnya hawa  dingin malam ini benar benar tidak terasa. Saking hangatnya aku berharap untuk tidak melepaskan pelukan itu. Tidak pernah.
“Aku percaya padamu” kataku sambil mengulas sebuah senyum diantara pelukan kami
***
“Chagiya!!” panggilku mendobrak pintu kamarnya
Cemas. Aku sangat cemas. Kenapa ia tidak menjawab panggilanku? Kenapa ia tidak mengindahkan ketukanku? Kenapa ia tidak membuka pintu kamarnya? Kenapa hanya terdengar tangisan? Kenapa? Kenapa?? Apa yang terjadi? Apa yang terjadi chagi?
“Chagi?” panggilku lagi menyaut namanya kala menemukan kamarnya gelap gulita dan kosong
Aku mencari dan berlari keseluruh ujung dan penjuru kamar milik Yoon Shi. Ada apa ini? Kenapa perasanku tidak enak? Mataku tidak mau diam seakan menelanjangi seluruh titik dikamar ini. Tidak ada tanda tanda dari Yoon Shi hingga kudengar sebuah isakan dari arah kamar mandi. Tanpa basa basi, aku melangkahkan kakiku dengan tergesa ke arah kamar mandi.
“Cha..” buntu.
Entah kata apa yang dapat terlintas dikepalaku saat ini. Bagai setiap kosa kata yang sudah aku kenal sejak kecil  kini terasa seperti sebuah sekumpulan huruf yang tidak berguna. Hampa. Itulah isi kepalaku saat ini. Tidak ada satu katapun yang dapat tersusun dikepalaku saat melihat keadaan yeoja dihadapanku.
Aku melihatnya yang kini tengah kebasahan ditemani oleh tetesan air yang mengalir dari arah shower. Aku melihatnya yang kini tengah terisak sambil memeluk tubuhnya. Aku tengah melihat wajah yeojaku yang cantik itu kini tengah tampak terluka dan putus asa.
“Cha..” mulutku berusaha mengeluarkan kata terbaiknya
Perlahan aku mendekati yeoja yang tengah terluka itu dan menurunkan tubuhku untuk mensejajarkan tubuhnya dengan tubuhku. Aku memegang pundaknya yang kini tengah menggigil karena isakannya. Mungkin juga karena derasnya air yang mengalir dari shower itu.
Merasakan getaran dipundaknya, perlahan aku mematikan laju air yang mengalir dari shower itu dan kembali mensejajarkan tubuhku dengan tubuhnya. Kepalanya kini hanya tertunduk lemah bagai enggan menatapku. Ada apa ini? Hanya kata itu yang berhasil tercipta dikepalaku.
“Chagiya..” Panggilku lembut sambil menaruh tanganku didagunya dan berusah menaikkan kepalanya
DEG!! Nyeri. Sangat nyeri saat aku menatap wajahnya yang penuh dengan sirat keputus asaan itu. matanya yang indah kini berganti menjadi guratan bekas tangisan dan air mata. Sekeliling matanya kini dihiasi oleh lingkaran hitam. Dan matanya yang indah itu, kini hanya tertutupi oleh bercak butiran air mata.
“Chagiya.. ada apa..” kataku pelan
“Mian.. mianhae..” katanya dengan suara parau
Terasa hatiku terasa amat tersayat saat mendengar suaranya parau. Sangat menyedihkan. Bahkan ingin rasanya aku menutup telingaku agar tidak perlu mendengarkan suaranya yang seperti ini. Aku melihatnya bukan seperti melihat yeojaku yang biasa. Bukan seperti Noel Yoon Shi ysng sku kenal. Apa yang terjadi sebenarnya?
“Kenapa..” tanyaku berusaha menyibakkan rambutnya yang menutupi wajahnya
“Mian.. mianhae.. Jeongmal mianhae..” katanya kemudian
Perasaanku semakin tidak enak. Kenapa chagiya?
“Ada..” kataku lagi namun hanya dapat ia jawab dengan kata..
“Mianhae..” katanya dengan terisak
***
Sudah beberapa hari ini ia menutup diri dariku. Setiap kali aku mencoba mengajaknya  makan, saat aku mencoba mengajaknya keluar. Ia akan bersikap sentimen padaku. Apakah perasaan ibu hamil memang selalu seperti itu?
Ya, hamil. Itu yang terjadi pada Yoon Shi yeoja yang amat kucintai. Hari pada saat ia meminta maaf padaku adalah hari dimana ia menjelaskan semuanya. Ia hamil. Karena seorang pria mabuk ditempat hotelnya bekerja. Pria mabuk bernama Park Yoochun. Dasar brengsek. Pria itu benar-benar brengsek. Jika aku bertemu dengannya dapat kupastikan nisannya telah tersedia ditempat pemakaman umum.
Kini aku melangkahkan kakiku menuju tempatnya tinggal. Sekali lagi aku berusaha untuk kembali mendekatinya. Kembali membuat dirinya kembali terbuka padaku.lebih tepatnya, membuat dirinya kembali padaku.
“Yoon Shi-a” kataku sambil mengetuk pintu kamarnya. Aish sungguh miris harus memanggil nama yeojachingumu sendiri dengan panggilan sebutan seperti orang biasa. Jangan tertawa. Hanya saja dengan memanggilnya chagiya sama dengan menyatakan rasa sayangku padanya.
“Masuklah” katanya kemudian dengan.. lembut?
“Yoon Shi-a..” sapaku agak terkaget melihat keadaannya yang terlihat lebih tenag dari hari hari sebelumnya
“ Changmin-a” katanya menatapku sambil.. tersenyum?
DEG! Ada apa ini? Mengapa tindakkannya berubah 180 derajat saat ini? Biasanya ia akan mengusirku, menceramahiku atau mencercaku dan menyuruhku meninggalkannya sendirian. Tapi kenapa? Kenapa sekarang amat berbeda?
“Cha.. ah Yoon Shi-a.. apa kau baik baik saja?” Tanyaku khawatir
“Ne, tentu saja aku baik” katanya mengangguk pelan masih sambil tersenyum
“Be..benarkah??” kataku yang masih merasa aneh dengan sikap Yoon Shi saat ini
Aku hendak menempelkan punggung tanganku pada kening Yoon Shi  yang membuatnya  sempat menghindar dari sentuhan tanganku.  Kaget itulah yang dapat kulihat dari tatapan matanya. Kaget bercampur.. takut?
Aku menghela nafasku dengan berat dan mengurunkan niatku untuk mengecek suhu tubuh Yoon Shi. Perlahan aku menatap wajahnya dengan air wajah penuh kekecewaan. Yah, kekecewaan.
“Jadi, kini kau juga takut padaku , chagiya?” batinku
“Maa..maaf Changmin-a” katanya terbata
“Tidak apa, aku mengerti” kataku menatapnya sambil tersenyum lemas
Mengerti? Cih, apa yang baru saja kukatakan tadi? Dasar penipu kau Shim Changmin! Kebohongan apa yang kau katakan itu? yah, kau mengerti, kau berusaha untuk mengerti, padahal kau tidak mengerti dan tidak ingin mengerti. Kau memang namja yang payah Shim Changmin! Bahkan menjaga yeojachingumu pun tak sanggup! Aigo~ kau benar benar pecundang!
“Changmin-a..” tanya yeoja dihadapanku menghentikanku dari pergumulan dikepalaku
“Ne, Yoon Shi-a?” kataku kemudian
“Ayo kita jalan jalan” katanya sambil tersenyum kearahku
“E..eh?” aku hanya bisa menjawabnya dengan terbata
Aneh. Benar benar aneh. Ia seperti menjadi Yoon Shi yang dulu. Yoon Shi yang selalu tersenyum. Yoon Shi yang membuka diri. Yoon Shi yang aku cintai. Walaupun aku tau. Kini, ia takut padaku.
“Baiklah” kataku mengembangkan senyumku  “kajja” lanjutku
***
Kemarin adalah hari yang indah. Yoon Shi, kemarin ia kembali menjadi Yoon Shi yang kukenal. Meski tidak sepenuhnya kembali menjadi Yoon Shi ku, tapi aku senang, akhirnya kemarin ia mau membuka diri padaku bahkan..
Flash Back
“Aku pamit dulu Yoon Shi-a” kataku merasa puas pada hari ini mengingat ada perkembangan pada sikap Yoon Shi
“Ne..” jawabnya sambil menundukkan kepalanya
“Baiklah, anyeong” kataku kemudian berjalan setahap demi setahap meninggalkan pintu kamarnya
“Chagiya”
Kudengar suaranya yang lembut itu memanggilku. Memanggilku dengan sebutan yang amat kurindukkan. Tak tahan dengan panggilannya akupun membalikkan tubuhku kembali menghadapnya. Mencoba menatap yeoja yang amat kucintai itu. namun belum sempat aku mencari bola matanya yang indah itu, aku kini merasakan sebuah sentuhan hangat dibibirku. Ia menciumku.
Bola mataku kini melebar, dan jantungku kini berdegup lebih kencang dari biasanya. Aliran darahku berdesir tak menentu. Perasaan ini. Perasaan hangat ini. Perasaan yang amat kurindukan. Yoon Shi-a, aku sangat merindukkanmu. Sangat. Sangat. Tolonglah seperti ini. Seperti ini lebih lama.
Tubuhku yang tadinya diam dan hanya terpaku pada kelembutan dibibirku kini mulai bereaksi. Perlahan aku mengambil wajahnya dan memperdalam ciuman kami. Aku memagut bibir yang kecil dan penuh itu dengan perlahan namun lembut. Ia pun membalas ciumanku tak kalah lembutnya membuat aku semakin tidak mau melepas ciuman kami.
Malam ini, malam dimana aku dapat merasakan kembali kelembutannya, kelembutan suaranya, kelembutan sentuhannya, dan kelembutan cintanya. Aku sangat mencintainya. Aku mencintaimu, Noel Yoon Shi.
Flash Back End
Senyum terukir di kedua sudut bibirku setiap kali aku mengingat bagian demi bagian detik detik itu. malam itu bagaikan adegan slow motion yang terus ku putar ulang dalam kepala. Aish~ menggelikan, aku seperti bocah yang baru saja mendapatkan permen lolipop super besar.
Belum sampai aku tiba ditempat kost-an milik Yoon Shi, aku sudah melihat kendaraan putih memarkirkan diri digerbang tempat tinggal Yoon Shi, disana aku melihat sebuah tempat tidur roda yang membawa masuk seseorang kedalamnya.
Ada apa ini? Mengapa tiba-tiba perasaanku tidak enak?
Bergegas aku berlari menuju mobil putih yang semakin jelas bahwa itu adalah ambulance. Aku menatap sejenak wajah orang yang tengah berada didalam ambulance itu. tampak tak asing. Sangat tidak asing. Itu yeojaku. Wajah yeojaku yang kini tengah berbaring didalam sana.
Ternyata kemarin tetaplah kemarin. Dan hari ini, aku, dengan mata kepalaku sendiri, melihat sebuah kain putih menutupi wajah yeoja yang sangat aku cintai. Yeoja yang selalu mengisi hariku. Yeoja yang selalu berlarian dikepala dan hatiku.yeoja yang selalu kusebut tiap malam dalam doaku.
Noel Yoon Shi.
***
Berhenti. Waktu terasa berhenti kini. Aku tidak dapat merasakan ngilu apapun dihatiku. Tidak bahkan rasa sakitku. Hanya tetesan air mata yang terus mengalir dipipiku. Aliran logika dan kata kata bagai tertimbun dalam pikiranku dan hanya membersitkan sebuah nama. Nama yang kini terukir disebuah batu indah. Indah namun sangat menyedihkan bila kita melihatnya. Tetesan air mataku tidak mau berhenti kala melihat foto seseorang yang kini terpajang jelas didepan batu tersebut. wajah yang tak asing. Sangat tidak asing.
“Cha..gi..ya..” sebuah kata keluar dari mulutku secara terbata
“Cha.. gi.. ya..” kataku lagi saat waktu mulai terasa kembali berputar
Lemas. Aku sangat merasa lemas sekarang. Kaki yang sedari tadi menopang beban tubuhku kini hanya dapat terlipat dan berlutut didepan batu yang indah itu. batu yang mengukirkan nama yeoja itu.
“Yoon Shi ya..” kataku lagi
Lepas. Semua perasaanku kini menyeruak dari dalam tubuhku. Aku menangis menangis sambil menyerukan namanya. Nama yeoja itu. nama Yoon Shi orang yang sangat aku cintai. Entah berapa kali aku sudah menyerukkan namanya dalam tangisku. Aku bahkan tidak mengindahkan sentuhan halus dipunggungku, aku hanya ingin Yoon Shi yang ada disini. Hanya Yoon Shi seorang. Hanya Noel Yoon Shi seorang.
Kini hanya tertinggal aku disini. Sendiri. Sambil menatap foto yeoja itu. air mataku sudah tidak mengalir lagi. Sudah tidak memaksa untuk keluar lagi. Yang aku inginkan hanya ini. Keheningan. Sebuah keheningan agar aku dapat menatapnya lebih lama lagi. Agar aku bisa lebih merelakannya. Merelakannya? Yah, mungkin. Entahlah.
Merasa cukup tenang untuk hari ini, aku pun mulai melangkahkan kakiku untuk kembali ke rumah. Agak berat. Ah tidak, sangat berat sebetulnya meninggalkan tempat ini, tapi kurasa Yoon Shi tidak akan suka aku berlama lama tinggal ditempat ini. Bagaimana aku tahu? Tentu saja aku tahu. Aku sangat tau Yoon Shi ah, akusangat tau dirinya.
Aku membalikkan tubuhku dan menangkap sesosok namja dihadapanku.
“Siapa itu?”
***
“Siapa itu?”
“Ini aku, Changmin ssi” jawab seorang namja yang kini sedang berdiri didepannya
“Ah, Junsu hyung” kata namja bernama Changmin itu
“Ada yang perlu kita bicarakan” kata Junsu
“Apa? Ah, apakah tentang namja itu?” kata Changmin dingin mengingat wajah seseorang yang baru saja ia tabrak
“Namja.. .a..jadi kau sudah tau?” kata Junsu menyelidik
“Ne, aku tau, dia, masih hidup bukan?” kata Changmin dengan senyum tipis diwajahnya
“Ne” jawab Junsu menundukkan kepalanya.
“Apa kau sudah melihat keadaannya?? Dia sehat sehat saja?” kata Changmin
“Molla, aku belum melihatnya” kata Junsu mengepal tangannya erat
“Dia sehat. Sangat sehat dari yang kita bayangkan hyung” kata Changmin dengan senyum kecil disudut bibirnya
“E-eh?” kata Junsu bingung sambil mengerutkan dahinya
“Aku tadi bertemu dengannya” kata Changmin mengalihkan pandangannya dari Junsu
Perlahan Junsu menegadahkan kepalanya dan menatap namja didepannya dengan pandangan tidak percaya dan menyelidik dengan menyipitkan matanya.
“Aku sudah melihat namja bernama Park Yoochun itu” kata Changmin lagi memperjelas kata-katanya
Bola mata coklat milik Junsu seketika melebar seakan tidak percaya. Amarahnya seakan meluap dan berjalan hingga ke ubun kepalanya. Yah, mendengar nama namja itu saja sudah membuatnya muak. Kini ia harus mendengar namja yang disampingnya baru saja bertemu dengan namja itu.. kini amarah itu bukan hanya berjalan diatas kepalanya namun kini amarah itu mendesak kepalanya untuk keluar
“MWO??!!” teriak Junsu penuh ketidak percayaan
Changmin yang melihat ekspresi Junsu hanya dapat mendengus kecil sambil masih tetap memperlihatkan senyum sinisnya
“Kau berlebihan hyung” kata Changmin datar
“Berlebihan? Kurasa tidak. Apa apaan kau? Kau bertemu dengannya? Bagaimana bisa??”  pekik Junsu keras
“Bukan bertemu seperti yang kau bayangkan. Hanya.. “ ucap Changmin menggantung dibagian akhir
“Hanya apa??” kata Junsu tidak sabaran
“Anniyo, lupakan saja hyung. Ah, kurasa aku masih harus pergi. Annyeong” ucap Changmin cepat
Junsu yang ditinggalkan Changmin hanya dapat terdiam membisu. Kepalanya kini tertunduk sambil mengepalkan tangannya menandakkan ia berusaha menahan amarahnya. Setiap tarikan nafasnya terasa berat seakan oksigen amat minim disekelilingnya. Perlahan ia menegadahkan kepalanya dan memandang sebuah ukiran nama pada batu yang kini tertancap tepat dihadapannya.
“Noel Yoon Shi...” kata Junsu sambil memandang nanar nisan itu
“Aku tidak tau harus merasakan apa sekarang...” katanya lagi masih memandang nisan tersebut
“Aku tidak tau harus berbuat apa sekarang...” katanya dengan genangan air mata yang kini mulai menggenang dipelupuk matanya
“Noel Yoon Shi...” ucap Junsu mulai terbata
“Aku merindukanmu” katanya sambil mengambil nafas dengan berat dan membiarkan sebuah cairan meluncur mulus dipipinya
***
“Kau kenapa?” tanya Yunho kepada seorang namja disampingnya
“A..ah.. anniyo hyung, hanya memikirkan hasil presentasiku tadi saja hehe” jawab namja itu panik
“Ah, begitu” jawab Yunho tak selera
“Hyung, gwaenchana??” tanya namja itu kemudian
Diam. Hanya itu yang kini Yunho lakukan. Ia hanya terduduk pada lantai kamarnya dan menatap hampa pada pemandangan disekitarnya.  Pikirannya menerawang membawangkan seorang namja yang kini selalu terbersit dalam pikirannya. Park Yoochun.
“Changmin-a...” kata Yunho lagi kepada namja yang ia panggil Changmin itu
“Ne?”
“Saat seseorang yang kau kira sudah pergi kini kembali. Apa yang akan kau lakukan?” tanya Yunho masih menatap hampa ruangannya
“Eh?” kata Changmin yang terkejut sekaligus mengerti siapa yang kini tengah menjadi pembicaraan
Terdengar dengusan kecil dari arah belakang Yunho yang adalah dengusan Changmin. Senyum kecil terlukis disudut bibirnya.
“Park Yoochun” kata Changmin kemudian
Terlihat Yunho sedikit menggidikkan bahunya kala itu. sejenak ia berbalik ke arah Changmin dan menatap wajah dongsaengnya itu kaget. terbersit beribu pertanyaan dikepalanya kala itu namun mulutnya seakan membeku dan melarangnya untuk berkata kata
“Aku tau hyung” jawab Changmin menatap mata Yunho yang kini tengah menatapnya tidak percaya
“Dia kembali” lanjutnya dengan senyum sinis yang kembali ia perlihatkan
Seketika Yunho kembali terdiam dan pikirannya kembali menerawang. Terbersit suatu peristiwa yang ia harap hanyalah sebuah wan hitam yang akan pergi dengan sendirinya. Namun ternyata kini, angin kembali meniupkan awan hitam itu menuju ingatannya. Suatu memori yang tidak akan pernah bisa ia lupakan walau hanya sedetik ia melangkah
“Changmin-a..” kata Yunho menatap wajah dongsaengnya itu
“Ne, hyung?” jawab Changmin datar
“Kuharap kali ini, kau tidak akan melakukan hal itu lagi” lanjutnya sambil mengalihkan tatapannya dari Changmin dan bernafas pelan
Seketika Changmin mengedipkan matanya cepat. Ia mengerti arah pembicaraan ini. Sangat mengerti. Perlahan ia menundukkan kepalanya dan membawanya kepada memori masalalu yang berusaha ia kubur. Sebuah sebuah senyum kembali terlihat disudut Changmin saat ia mengingat setiap detik peristiwa itu.
“Terakhir kau melakukannya.. kau hampir membunuh yeoja yang aku cintai..” ucap Yunho lagi kini enggan menatap Changmin
“Dan yang dia cintai bukan?” kata Changmin kemudian
DEG!! Terasa bersitan luka kembali tergores di dada Yunho. Ia menyadari. Ia benar benar menyadari bahwa Park Yoochun juga mencintai Han Shin Di. Ia juga menyadari bahwa Shin Di “hampir” menjadi milik Park Yoochun. Bahkan ia menyadari, ia sangat  menyadari tidak ada namanya dihati Han Shin Di. Sedikitpun.
***
Pada umumnya apabila sesuatu yang telah lama hilang tiba tiba hadir didepan mata akan disambut oleh tangis tawa bahagia. Namun tidak didalam rumah ini. Yang ada hanya kesunyian. Bagai hanya debur ombak dan kicauan burung yan menyambut kedatangannya.
“Jae Joong-a” panggil seorang yang bersuara husky itu mau tak mau memaksa Jaejoong memandangnya
Jaejoong menghembuskan nafas yang berat perlahan sebelum ia membalikan perlahan tubuhnya dan menatap namja itu. namja yang sejak tadi berusaha dihindarinya, namun kini datang dan menyapanya
“Ne?” kata Jaejoong datar
“Apa kau sibuk?” tanya Yoochun hati hati
“Sangat sibuk. Aku permisi.” Jawab Jaejoong cepat lalu kembali membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi
Yoochun hanya terdiam melihat tingkah aneh sahabatnya itu hingga sebuah suara familiar memanggilnya
“Yoochun-a?” kata Shin Di memanggil Yoochun
Suara itu bukan hanya berhasil memanggil satu orang. Tapi dua. Yah. Mendengar suara yeoja itu  mau tak mau membuat langkah Jaejoong terhenti. Dan kembali menatap kebelakang. Terlihat kini Shin Di tengah berjalan menuju namja yang “dulu” dia anggap sebagai sahabat itu. ada sedikit rasa cemburu yang mengaliri perasaannya.
“Shin Di-a? Kenapa kau disini?” tanya Yoochun yang kini menatap yeoja yang tengah berusaha berjalan kearahnya
“Anniya, hanya rindu denganmu” jawab Shin Di sambil tersenyum
Jaejoong hanya dapat diam terpaku melihat pemandangan didepannya.  Kata sedikit itu kini berubah menjadi sangat. Kim Jaejoong kini merasa sangat cemburu pada Park Yoochun. Mendapat senyum yeoja itu, dipanggil dengan ramah oleh yeoja itu.. itu adalah sesuatu yang amat diinginkan oleh Jaejoong. Namun setiap kali ia berkata kata. Ia hanya akan mendengar cacian dan hanya dapat melihat airmata di wajah yeoja itu.
Sejenak Jaejoong mengubah delikan matanya kesegala arah sambil berusaha menekan setiap kecemburuan dihatinya. Dadanya kini bergemuruh menghantam ingin memberontak namun Jaejoong menyadari setiap kata dan rasa yang ia rasakan kini hanya akan menabur titik air mata diwajah yeoja yang dicintainya ini.
“Han Shin Di!!”
Jaejoong hendak menjauh dan meninggalkan mereka ketika ia mendengar sebuah panggilan yang membuat cukup keras. Ia menatap namja paruh baya yang kini tengah menuju ke arah nama yeoja tersebut.
“Ada apa ahjushi??” tanya Shin Di kebingungan
“Ada.. ada berita bagus..” Ucap pria paruh baya itu sambil tersenyum puas
“Ah, berita apa ahjushi??” ucap Shin Di penasaran
“Ada.. ada yang akan mendonorkan matanya padamu!!” Teriak Tuan Park penuh semangat
“Eh??” kata Shin Di, Jaejoong, dan Yoochun bersamaan
Senyum diwajah keempat orang itu tidak dapat ditutupi. Tidak diwajah Tuan Park. Tidak diwajah Park Yoochun. Tidak diwajah Han Shin Di. Terutama wajah namja bernama Kim Jaejoong.
 DEG! Mendengar suara yang terasa amat tidakasing baginya membuat jantung Shin Di kini berdegup kencang dan sesaat memberikan benih benih harapan kepada Shin Di untuk kembali bersama namja itu. namja yang dicintainya bahkan sudah sejak lama mengisi hatinya
“Kau akan segera operasi” kata Tuan Park semangat
“Aku akan segera dioperasi” batin Shin Di
“Kapan appa??” Tanya Yoochun pada appanya
“5 hari lagi. Paling cepat lusa.” Kata Tuan Park antusias
“Sebentar lagi aku akan bisa melihat” batin Shin Di
“Benarkah?? Baguslah!!” teriak Yoochun senang sambil mengusap pelan kepala Shin Di
Diantara krumunan bahagia itu hanya satu orang yang dapat tersenyum dari kejauhan dan menatap mereka dengan tatapan penuh arti. Hanya turut tersenyum tanpa ikut merayakannya. Pikirannya berputar membayangkan apa yang akan terjadi nanti kala bila yeoja itu dapat melihatnya.
“Apa kau mau melihatku??” batin Jaejoong
“Aku akan dapat melihatmu..”  batin Shin Di
“Apa kau mau menyapaku??” batin Jaejoong
“Aku akan bisa menyapamu..” batin Shin Di
“Apa kau masih akan membenciku??”batin Jaejoong
“Aku akan mengatakan  maaf padamu..” batin Shin Di
“Apa aku orang pertama yang ingin kau lihat??”batin Jaejoong
“Kuharap kau orang pertama yang kulihat, Kim Jaejoong” batin Shin Di
Disana. Kim Jaejoong, hanya berdiri sambil tetap tersenyum menatap ke arah yeoja itu. menatap dengan beribu pertanyaan dan pengharapan dikepalanya. Menatap dengan penuh keraguan dan kerinduan dimatanya. Menatap dengan penuh kepuasan di binar matanya.
***
“Apa tidak ada pekerjaan lain selain mengikutiku?” teriak Junsu keras kepada seorang yeoja dibelakangnya
“Tentu saja ada, aku ini orang yang sangat sibuk!” jawab yeoja itu
“Lalu kenapa kau terus mengikutiku?” kata Junsu lagi semakin meninggikan nada suaranya
“Aku sudah pernah bilang padamu! Aku menyukaimu, Kim Junsu!” jawab yeoja itu tidak mau kalah
“Menyukaiku? Ini yang kau maksud menyukai? Mengikuti orang itu kemana pun?” jawab Junsu kesal
“Iya! Ini caraku! Kenapa kau tidak suka?” kata yeoja itu
“Ya! Aku tidak suka! Sebaiknya enyah saja kau dari pandanganku! Yeoja babo!” jawab Junsu sambil berbalik dan meninggalkan yeoja itu
“Babo? Siapa yang kau bilang babo hah? Mencintai seseorang yang sudah lama tiada, apa itu bukan tindakan yang konyol?” kata yeoja itu datar dan berhasil membuat langkah Junsu terhenti
Junsu mendengus nafas kesal dan kembali menghadap ke yeoja yang berhasil membuat seluruh emosinya meledak kala itu. tidak biasanya ia seperti ini. Tidak setelah semua masalah seakan kembali menimpanya. Dan tidak bila hal itu telah menyangkut Yoon Shi
“Ya! Jang Mi Ri !!” Pekik Junsu dengan nada yang cukup tinggi dan tatapan penuh kemarahan
“Mwo? Kau mau marah padaku? Mau memukulku? Mau mencaci makiku? Silahkan! Seakan itu tidak pernah terjadi sebelumnya! Tapi taukah kau Kim Junsu? Kau sangat menyedihkan. Terjebak dalam cinta masalalu yang membuatmu tidak dapat melihat ke masadepan. Tidak bisakah kau melihatku disini? Walau hanya seujung kaki, apakah aku memang hanya akan tetap menjadi sebuah cahaya kilat dimatamu?!” sanggah yeoja bernama Mi Ri itu tak kalah kesal
Hening. Itulah yang terasa kini. Kedua manusia itu kini hanya saling terdiam sambil menatap mata pasangannya. Seakan mata mereka yang berbicara, seakan mata mereka yang menyiratkan segala kesedihan, kekecewaan, dan kepedihan selama ini.
“Kau tidak mengerti” kata Junsu kemudian memecah keheningan
“Ya! Aku memang tidak mengerti! Karena itulah, ajari aku untuk mengerti! Ajari aku, untuk mengerti dirimu, Kim Junsu” kata Mi Ri yang melemah pada bagian akhirnya
Junsu melepaskan pandangannya dari Mi Ri dan mengambil nafas pelan. Kini pikirannya tengah bergolak dengan berbagai macam masalah yang baru saja dialaminya dan membuatnya tidak dapat berfikir begitu jernih
“Maaf. Tapi aku rasa, kau menyukai orang yang salah.” Jawab Junsu datar kemudian meninggalkan yeoja iu berdiri mematung
Yeoja bernama Mi Ri iu hanya memandang punggung tegap milik Junsu yang perlahan mulai menghilang. Seketika punggung itu menghilang, seketika itu pula keseimbangan tubuh Mi Ri ambruk. Pertahanan yang ia jaga sedari tadi kini telah luluh lantah dan membuatnya air mata mengairi pipinya. Ya, ia menangis, menangisi seorang namja. Namja bernama Kim Junsu.
“Unnie, ottokhe??” katanya disela tangisnya
“Aku benar benar mencintainya kini” lanjutnya
“Tapi sepertinya dia... tidak bisa melupakanmu..” katanya lagi
TBC