Rabu, 06 Juni 2012

FF Straight "Something You Can't Deny" Chapeter 7



Chapeter 7 : Problem
Aku menatapnya, mentap yeoja yang aku cintai. Sangat aku cintai. Yeoja bernama Noel Yoon Shi.
“Chagiya..” kataku dengan manja pada yeoja dipelukkanku ini
“Hm?” jawab yeoja itu lembut
“Saranghae, neomu neomu saranghaeyo” kataku sambil  mempererat pelukanku
“Nado, nado saranghae, chagi” jawab yeoja itu lembut kemudian
“Jangan tinggalkan aku, chagi..” kataku dengan nada takut dan penuh kecemasan
Seketika kurasakan dahinya mengkerut dan lalu melepaskan pelukanku
“Kenapa tiba tiba kau berkata seperti itu?” tanya yeoja bermata coklat itu sambil  menunjukkan wajah yang amat kebingungan
“Anniyo.. aku hanya.. takut..” kataku cemas, entah ada angin angin apa aku berkata seperti itu
Sekilas dapat kulihat senyum yang mengembang disekitar bibirnya yang kecil dan penuh itu. Tawa kecil mengiringi senyum dibibirnya itu. Aku mensejajarkan wajahku dengannya dan menatapnya dengan pandangan tidak suka. Kenapa ia tertawa? Itu bukanlah yang lucu bagiku. Aku cemas. Yang walaupun aku tidak tau mengapa aku bisa secemas ini. Hanya saja, aku benar benar takut.
Perlahan kurasakan sepasang  tangan yang menyentuh kedua pipiku lembut, sejenak hal itu membuatku menggidikkan bahuku dan memundurkan tubuhku, namun perlahan hal itu berubah menjadi ukiran senyum dikedua sudut bibirku. Berubah karena aku melihat wajahnya yang lugu nan polos itu. Wajahnya yang amat tulus itu. Dan wajah yang akan selalu tinggal dan telah terukir  dalam hatiku.
“Pabo! Mana mungkin aku bisa meninggalkanmu jika kau masih sebodoh ini?” katanya sambil mencubit pipiku gemas
Air wajahku yang tadinya tenang kini berganti menjadi raut wajah kesal. Aku mengerucutkan bibirku kedepan dan menepis tangannya yang masih mencubitku dengan gemas itu. Aku pun mengalihkan pandangan darinya dan tidak mau menatapnya. Kesal. Itu yang aku rasakan.
“Tidak lucu” kataku dingin
“Aigo~  jangan marah tuan muda, aku hanya bercanda kok” katanya kini sambil berusaha meraih kembali kedua pipiku dan mensejajarkan wajah kami berdua
Ia menatapku dengan senyum khasnya yang selalu berhasil membuat jantungku berdetak lebih kencang 100kali lipat dari biasanya.
Cup.
Sebuah senyuman singkat mendarat dibibirku yang membuat tubuhku perlahan menghangat. Aliran darahku mengalir dengan tidak karuan kini. Kaget. Kaget karena yeoja nan polos ini baru saja menyerahkan cap bibirnya pada bibirku. Sementara aku masih diam membeku, ia hanya menatapku. Menatapku dengan pandangan penuh cinta. Yah, itulah yang kurasakan.
“Aku tidak akan meninggalkanmu” katanya lembut sambil menatapku dengan mata indahnya.
“Aku tidak akan meninggalkanmu, Shim Changmin” lanjutnya memperjelas kata katanya
“Baiklah” kataku yang terlarut dalam kata katanya dan hanya dapat menatap matanya
Kemudian aku menariknya perlahan kedalam pelukanku. Menyatukan hati kami berdua dalam sebuah pelukkan yang hangat. Saking hangatnya kau bahkan dapat merasakan tubuhmu meleleh dalam pelukan itu. saking hangatnya hawa  dingin malam ini benar benar tidak terasa. Saking hangatnya aku berharap untuk tidak melepaskan pelukan itu. Tidak pernah.
“Aku percaya padamu” kataku sambil mengulas sebuah senyum diantara pelukan kami
***
“Chagiya!!” panggilku mendobrak pintu kamarnya
Cemas. Aku sangat cemas. Kenapa ia tidak menjawab panggilanku? Kenapa ia tidak mengindahkan ketukanku? Kenapa ia tidak membuka pintu kamarnya? Kenapa hanya terdengar tangisan? Kenapa? Kenapa?? Apa yang terjadi? Apa yang terjadi chagi?
“Chagi?” panggilku lagi menyaut namanya kala menemukan kamarnya gelap gulita dan kosong
Aku mencari dan berlari keseluruh ujung dan penjuru kamar milik Yoon Shi. Ada apa ini? Kenapa perasanku tidak enak? Mataku tidak mau diam seakan menelanjangi seluruh titik dikamar ini. Tidak ada tanda tanda dari Yoon Shi hingga kudengar sebuah isakan dari arah kamar mandi. Tanpa basa basi, aku melangkahkan kakiku dengan tergesa ke arah kamar mandi.
“Cha..” buntu.
Entah kata apa yang dapat terlintas dikepalaku saat ini. Bagai setiap kosa kata yang sudah aku kenal sejak kecil  kini terasa seperti sebuah sekumpulan huruf yang tidak berguna. Hampa. Itulah isi kepalaku saat ini. Tidak ada satu katapun yang dapat tersusun dikepalaku saat melihat keadaan yeoja dihadapanku.
Aku melihatnya yang kini tengah kebasahan ditemani oleh tetesan air yang mengalir dari arah shower. Aku melihatnya yang kini tengah terisak sambil memeluk tubuhnya. Aku tengah melihat wajah yeojaku yang cantik itu kini tengah tampak terluka dan putus asa.
“Cha..” mulutku berusaha mengeluarkan kata terbaiknya
Perlahan aku mendekati yeoja yang tengah terluka itu dan menurunkan tubuhku untuk mensejajarkan tubuhnya dengan tubuhku. Aku memegang pundaknya yang kini tengah menggigil karena isakannya. Mungkin juga karena derasnya air yang mengalir dari shower itu.
Merasakan getaran dipundaknya, perlahan aku mematikan laju air yang mengalir dari shower itu dan kembali mensejajarkan tubuhku dengan tubuhnya. Kepalanya kini hanya tertunduk lemah bagai enggan menatapku. Ada apa ini? Hanya kata itu yang berhasil tercipta dikepalaku.
“Chagiya..” Panggilku lembut sambil menaruh tanganku didagunya dan berusah menaikkan kepalanya
DEG!! Nyeri. Sangat nyeri saat aku menatap wajahnya yang penuh dengan sirat keputus asaan itu. matanya yang indah kini berganti menjadi guratan bekas tangisan dan air mata. Sekeliling matanya kini dihiasi oleh lingkaran hitam. Dan matanya yang indah itu, kini hanya tertutupi oleh bercak butiran air mata.
“Chagiya.. ada apa..” kataku pelan
“Mian.. mianhae..” katanya dengan suara parau
Terasa hatiku terasa amat tersayat saat mendengar suaranya parau. Sangat menyedihkan. Bahkan ingin rasanya aku menutup telingaku agar tidak perlu mendengarkan suaranya yang seperti ini. Aku melihatnya bukan seperti melihat yeojaku yang biasa. Bukan seperti Noel Yoon Shi ysng sku kenal. Apa yang terjadi sebenarnya?
“Kenapa..” tanyaku berusaha menyibakkan rambutnya yang menutupi wajahnya
“Mian.. mianhae.. Jeongmal mianhae..” katanya kemudian
Perasaanku semakin tidak enak. Kenapa chagiya?
“Ada..” kataku lagi namun hanya dapat ia jawab dengan kata..
“Mianhae..” katanya dengan terisak
***
Sudah beberapa hari ini ia menutup diri dariku. Setiap kali aku mencoba mengajaknya  makan, saat aku mencoba mengajaknya keluar. Ia akan bersikap sentimen padaku. Apakah perasaan ibu hamil memang selalu seperti itu?
Ya, hamil. Itu yang terjadi pada Yoon Shi yeoja yang amat kucintai. Hari pada saat ia meminta maaf padaku adalah hari dimana ia menjelaskan semuanya. Ia hamil. Karena seorang pria mabuk ditempat hotelnya bekerja. Pria mabuk bernama Park Yoochun. Dasar brengsek. Pria itu benar-benar brengsek. Jika aku bertemu dengannya dapat kupastikan nisannya telah tersedia ditempat pemakaman umum.
Kini aku melangkahkan kakiku menuju tempatnya tinggal. Sekali lagi aku berusaha untuk kembali mendekatinya. Kembali membuat dirinya kembali terbuka padaku.lebih tepatnya, membuat dirinya kembali padaku.
“Yoon Shi-a” kataku sambil mengetuk pintu kamarnya. Aish sungguh miris harus memanggil nama yeojachingumu sendiri dengan panggilan sebutan seperti orang biasa. Jangan tertawa. Hanya saja dengan memanggilnya chagiya sama dengan menyatakan rasa sayangku padanya.
“Masuklah” katanya kemudian dengan.. lembut?
“Yoon Shi-a..” sapaku agak terkaget melihat keadaannya yang terlihat lebih tenag dari hari hari sebelumnya
“ Changmin-a” katanya menatapku sambil.. tersenyum?
DEG! Ada apa ini? Mengapa tindakkannya berubah 180 derajat saat ini? Biasanya ia akan mengusirku, menceramahiku atau mencercaku dan menyuruhku meninggalkannya sendirian. Tapi kenapa? Kenapa sekarang amat berbeda?
“Cha.. ah Yoon Shi-a.. apa kau baik baik saja?” Tanyaku khawatir
“Ne, tentu saja aku baik” katanya mengangguk pelan masih sambil tersenyum
“Be..benarkah??” kataku yang masih merasa aneh dengan sikap Yoon Shi saat ini
Aku hendak menempelkan punggung tanganku pada kening Yoon Shi  yang membuatnya  sempat menghindar dari sentuhan tanganku.  Kaget itulah yang dapat kulihat dari tatapan matanya. Kaget bercampur.. takut?
Aku menghela nafasku dengan berat dan mengurunkan niatku untuk mengecek suhu tubuh Yoon Shi. Perlahan aku menatap wajahnya dengan air wajah penuh kekecewaan. Yah, kekecewaan.
“Jadi, kini kau juga takut padaku , chagiya?” batinku
“Maa..maaf Changmin-a” katanya terbata
“Tidak apa, aku mengerti” kataku menatapnya sambil tersenyum lemas
Mengerti? Cih, apa yang baru saja kukatakan tadi? Dasar penipu kau Shim Changmin! Kebohongan apa yang kau katakan itu? yah, kau mengerti, kau berusaha untuk mengerti, padahal kau tidak mengerti dan tidak ingin mengerti. Kau memang namja yang payah Shim Changmin! Bahkan menjaga yeojachingumu pun tak sanggup! Aigo~ kau benar benar pecundang!
“Changmin-a..” tanya yeoja dihadapanku menghentikanku dari pergumulan dikepalaku
“Ne, Yoon Shi-a?” kataku kemudian
“Ayo kita jalan jalan” katanya sambil tersenyum kearahku
“E..eh?” aku hanya bisa menjawabnya dengan terbata
Aneh. Benar benar aneh. Ia seperti menjadi Yoon Shi yang dulu. Yoon Shi yang selalu tersenyum. Yoon Shi yang membuka diri. Yoon Shi yang aku cintai. Walaupun aku tau. Kini, ia takut padaku.
“Baiklah” kataku mengembangkan senyumku  “kajja” lanjutku
***
Kemarin adalah hari yang indah. Yoon Shi, kemarin ia kembali menjadi Yoon Shi yang kukenal. Meski tidak sepenuhnya kembali menjadi Yoon Shi ku, tapi aku senang, akhirnya kemarin ia mau membuka diri padaku bahkan..
Flash Back
“Aku pamit dulu Yoon Shi-a” kataku merasa puas pada hari ini mengingat ada perkembangan pada sikap Yoon Shi
“Ne..” jawabnya sambil menundukkan kepalanya
“Baiklah, anyeong” kataku kemudian berjalan setahap demi setahap meninggalkan pintu kamarnya
“Chagiya”
Kudengar suaranya yang lembut itu memanggilku. Memanggilku dengan sebutan yang amat kurindukkan. Tak tahan dengan panggilannya akupun membalikkan tubuhku kembali menghadapnya. Mencoba menatap yeoja yang amat kucintai itu. namun belum sempat aku mencari bola matanya yang indah itu, aku kini merasakan sebuah sentuhan hangat dibibirku. Ia menciumku.
Bola mataku kini melebar, dan jantungku kini berdegup lebih kencang dari biasanya. Aliran darahku berdesir tak menentu. Perasaan ini. Perasaan hangat ini. Perasaan yang amat kurindukan. Yoon Shi-a, aku sangat merindukkanmu. Sangat. Sangat. Tolonglah seperti ini. Seperti ini lebih lama.
Tubuhku yang tadinya diam dan hanya terpaku pada kelembutan dibibirku kini mulai bereaksi. Perlahan aku mengambil wajahnya dan memperdalam ciuman kami. Aku memagut bibir yang kecil dan penuh itu dengan perlahan namun lembut. Ia pun membalas ciumanku tak kalah lembutnya membuat aku semakin tidak mau melepas ciuman kami.
Malam ini, malam dimana aku dapat merasakan kembali kelembutannya, kelembutan suaranya, kelembutan sentuhannya, dan kelembutan cintanya. Aku sangat mencintainya. Aku mencintaimu, Noel Yoon Shi.
Flash Back End
Senyum terukir di kedua sudut bibirku setiap kali aku mengingat bagian demi bagian detik detik itu. malam itu bagaikan adegan slow motion yang terus ku putar ulang dalam kepala. Aish~ menggelikan, aku seperti bocah yang baru saja mendapatkan permen lolipop super besar.
Belum sampai aku tiba ditempat kost-an milik Yoon Shi, aku sudah melihat kendaraan putih memarkirkan diri digerbang tempat tinggal Yoon Shi, disana aku melihat sebuah tempat tidur roda yang membawa masuk seseorang kedalamnya.
Ada apa ini? Mengapa tiba-tiba perasaanku tidak enak?
Bergegas aku berlari menuju mobil putih yang semakin jelas bahwa itu adalah ambulance. Aku menatap sejenak wajah orang yang tengah berada didalam ambulance itu. tampak tak asing. Sangat tidak asing. Itu yeojaku. Wajah yeojaku yang kini tengah berbaring didalam sana.
Ternyata kemarin tetaplah kemarin. Dan hari ini, aku, dengan mata kepalaku sendiri, melihat sebuah kain putih menutupi wajah yeoja yang sangat aku cintai. Yeoja yang selalu mengisi hariku. Yeoja yang selalu berlarian dikepala dan hatiku.yeoja yang selalu kusebut tiap malam dalam doaku.
Noel Yoon Shi.
***
Berhenti. Waktu terasa berhenti kini. Aku tidak dapat merasakan ngilu apapun dihatiku. Tidak bahkan rasa sakitku. Hanya tetesan air mata yang terus mengalir dipipiku. Aliran logika dan kata kata bagai tertimbun dalam pikiranku dan hanya membersitkan sebuah nama. Nama yang kini terukir disebuah batu indah. Indah namun sangat menyedihkan bila kita melihatnya. Tetesan air mataku tidak mau berhenti kala melihat foto seseorang yang kini terpajang jelas didepan batu tersebut. wajah yang tak asing. Sangat tidak asing.
“Cha..gi..ya..” sebuah kata keluar dari mulutku secara terbata
“Cha.. gi.. ya..” kataku lagi saat waktu mulai terasa kembali berputar
Lemas. Aku sangat merasa lemas sekarang. Kaki yang sedari tadi menopang beban tubuhku kini hanya dapat terlipat dan berlutut didepan batu yang indah itu. batu yang mengukirkan nama yeoja itu.
“Yoon Shi ya..” kataku lagi
Lepas. Semua perasaanku kini menyeruak dari dalam tubuhku. Aku menangis menangis sambil menyerukan namanya. Nama yeoja itu. nama Yoon Shi orang yang sangat aku cintai. Entah berapa kali aku sudah menyerukkan namanya dalam tangisku. Aku bahkan tidak mengindahkan sentuhan halus dipunggungku, aku hanya ingin Yoon Shi yang ada disini. Hanya Yoon Shi seorang. Hanya Noel Yoon Shi seorang.
Kini hanya tertinggal aku disini. Sendiri. Sambil menatap foto yeoja itu. air mataku sudah tidak mengalir lagi. Sudah tidak memaksa untuk keluar lagi. Yang aku inginkan hanya ini. Keheningan. Sebuah keheningan agar aku dapat menatapnya lebih lama lagi. Agar aku bisa lebih merelakannya. Merelakannya? Yah, mungkin. Entahlah.
Merasa cukup tenang untuk hari ini, aku pun mulai melangkahkan kakiku untuk kembali ke rumah. Agak berat. Ah tidak, sangat berat sebetulnya meninggalkan tempat ini, tapi kurasa Yoon Shi tidak akan suka aku berlama lama tinggal ditempat ini. Bagaimana aku tahu? Tentu saja aku tahu. Aku sangat tau Yoon Shi ah, akusangat tau dirinya.
Aku membalikkan tubuhku dan menangkap sesosok namja dihadapanku.
“Siapa itu?”
***
“Siapa itu?”
“Ini aku, Changmin ssi” jawab seorang namja yang kini sedang berdiri didepannya
“Ah, Junsu hyung” kata namja bernama Changmin itu
“Ada yang perlu kita bicarakan” kata Junsu
“Apa? Ah, apakah tentang namja itu?” kata Changmin dingin mengingat wajah seseorang yang baru saja ia tabrak
“Namja.. .a..jadi kau sudah tau?” kata Junsu menyelidik
“Ne, aku tau, dia, masih hidup bukan?” kata Changmin dengan senyum tipis diwajahnya
“Ne” jawab Junsu menundukkan kepalanya.
“Apa kau sudah melihat keadaannya?? Dia sehat sehat saja?” kata Changmin
“Molla, aku belum melihatnya” kata Junsu mengepal tangannya erat
“Dia sehat. Sangat sehat dari yang kita bayangkan hyung” kata Changmin dengan senyum kecil disudut bibirnya
“E-eh?” kata Junsu bingung sambil mengerutkan dahinya
“Aku tadi bertemu dengannya” kata Changmin mengalihkan pandangannya dari Junsu
Perlahan Junsu menegadahkan kepalanya dan menatap namja didepannya dengan pandangan tidak percaya dan menyelidik dengan menyipitkan matanya.
“Aku sudah melihat namja bernama Park Yoochun itu” kata Changmin lagi memperjelas kata-katanya
Bola mata coklat milik Junsu seketika melebar seakan tidak percaya. Amarahnya seakan meluap dan berjalan hingga ke ubun kepalanya. Yah, mendengar nama namja itu saja sudah membuatnya muak. Kini ia harus mendengar namja yang disampingnya baru saja bertemu dengan namja itu.. kini amarah itu bukan hanya berjalan diatas kepalanya namun kini amarah itu mendesak kepalanya untuk keluar
“MWO??!!” teriak Junsu penuh ketidak percayaan
Changmin yang melihat ekspresi Junsu hanya dapat mendengus kecil sambil masih tetap memperlihatkan senyum sinisnya
“Kau berlebihan hyung” kata Changmin datar
“Berlebihan? Kurasa tidak. Apa apaan kau? Kau bertemu dengannya? Bagaimana bisa??”  pekik Junsu keras
“Bukan bertemu seperti yang kau bayangkan. Hanya.. “ ucap Changmin menggantung dibagian akhir
“Hanya apa??” kata Junsu tidak sabaran
“Anniyo, lupakan saja hyung. Ah, kurasa aku masih harus pergi. Annyeong” ucap Changmin cepat
Junsu yang ditinggalkan Changmin hanya dapat terdiam membisu. Kepalanya kini tertunduk sambil mengepalkan tangannya menandakkan ia berusaha menahan amarahnya. Setiap tarikan nafasnya terasa berat seakan oksigen amat minim disekelilingnya. Perlahan ia menegadahkan kepalanya dan memandang sebuah ukiran nama pada batu yang kini tertancap tepat dihadapannya.
“Noel Yoon Shi...” kata Junsu sambil memandang nanar nisan itu
“Aku tidak tau harus merasakan apa sekarang...” katanya lagi masih memandang nisan tersebut
“Aku tidak tau harus berbuat apa sekarang...” katanya dengan genangan air mata yang kini mulai menggenang dipelupuk matanya
“Noel Yoon Shi...” ucap Junsu mulai terbata
“Aku merindukanmu” katanya sambil mengambil nafas dengan berat dan membiarkan sebuah cairan meluncur mulus dipipinya
***
“Kau kenapa?” tanya Yunho kepada seorang namja disampingnya
“A..ah.. anniyo hyung, hanya memikirkan hasil presentasiku tadi saja hehe” jawab namja itu panik
“Ah, begitu” jawab Yunho tak selera
“Hyung, gwaenchana??” tanya namja itu kemudian
Diam. Hanya itu yang kini Yunho lakukan. Ia hanya terduduk pada lantai kamarnya dan menatap hampa pada pemandangan disekitarnya.  Pikirannya menerawang membawangkan seorang namja yang kini selalu terbersit dalam pikirannya. Park Yoochun.
“Changmin-a...” kata Yunho lagi kepada namja yang ia panggil Changmin itu
“Ne?”
“Saat seseorang yang kau kira sudah pergi kini kembali. Apa yang akan kau lakukan?” tanya Yunho masih menatap hampa ruangannya
“Eh?” kata Changmin yang terkejut sekaligus mengerti siapa yang kini tengah menjadi pembicaraan
Terdengar dengusan kecil dari arah belakang Yunho yang adalah dengusan Changmin. Senyum kecil terlukis disudut bibirnya.
“Park Yoochun” kata Changmin kemudian
Terlihat Yunho sedikit menggidikkan bahunya kala itu. sejenak ia berbalik ke arah Changmin dan menatap wajah dongsaengnya itu kaget. terbersit beribu pertanyaan dikepalanya kala itu namun mulutnya seakan membeku dan melarangnya untuk berkata kata
“Aku tau hyung” jawab Changmin menatap mata Yunho yang kini tengah menatapnya tidak percaya
“Dia kembali” lanjutnya dengan senyum sinis yang kembali ia perlihatkan
Seketika Yunho kembali terdiam dan pikirannya kembali menerawang. Terbersit suatu peristiwa yang ia harap hanyalah sebuah wan hitam yang akan pergi dengan sendirinya. Namun ternyata kini, angin kembali meniupkan awan hitam itu menuju ingatannya. Suatu memori yang tidak akan pernah bisa ia lupakan walau hanya sedetik ia melangkah
“Changmin-a..” kata Yunho menatap wajah dongsaengnya itu
“Ne, hyung?” jawab Changmin datar
“Kuharap kali ini, kau tidak akan melakukan hal itu lagi” lanjutnya sambil mengalihkan tatapannya dari Changmin dan bernafas pelan
Seketika Changmin mengedipkan matanya cepat. Ia mengerti arah pembicaraan ini. Sangat mengerti. Perlahan ia menundukkan kepalanya dan membawanya kepada memori masalalu yang berusaha ia kubur. Sebuah sebuah senyum kembali terlihat disudut Changmin saat ia mengingat setiap detik peristiwa itu.
“Terakhir kau melakukannya.. kau hampir membunuh yeoja yang aku cintai..” ucap Yunho lagi kini enggan menatap Changmin
“Dan yang dia cintai bukan?” kata Changmin kemudian
DEG!! Terasa bersitan luka kembali tergores di dada Yunho. Ia menyadari. Ia benar benar menyadari bahwa Park Yoochun juga mencintai Han Shin Di. Ia juga menyadari bahwa Shin Di “hampir” menjadi milik Park Yoochun. Bahkan ia menyadari, ia sangat  menyadari tidak ada namanya dihati Han Shin Di. Sedikitpun.
***
Pada umumnya apabila sesuatu yang telah lama hilang tiba tiba hadir didepan mata akan disambut oleh tangis tawa bahagia. Namun tidak didalam rumah ini. Yang ada hanya kesunyian. Bagai hanya debur ombak dan kicauan burung yan menyambut kedatangannya.
“Jae Joong-a” panggil seorang yang bersuara husky itu mau tak mau memaksa Jaejoong memandangnya
Jaejoong menghembuskan nafas yang berat perlahan sebelum ia membalikan perlahan tubuhnya dan menatap namja itu. namja yang sejak tadi berusaha dihindarinya, namun kini datang dan menyapanya
“Ne?” kata Jaejoong datar
“Apa kau sibuk?” tanya Yoochun hati hati
“Sangat sibuk. Aku permisi.” Jawab Jaejoong cepat lalu kembali membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi
Yoochun hanya terdiam melihat tingkah aneh sahabatnya itu hingga sebuah suara familiar memanggilnya
“Yoochun-a?” kata Shin Di memanggil Yoochun
Suara itu bukan hanya berhasil memanggil satu orang. Tapi dua. Yah. Mendengar suara yeoja itu  mau tak mau membuat langkah Jaejoong terhenti. Dan kembali menatap kebelakang. Terlihat kini Shin Di tengah berjalan menuju namja yang “dulu” dia anggap sebagai sahabat itu. ada sedikit rasa cemburu yang mengaliri perasaannya.
“Shin Di-a? Kenapa kau disini?” tanya Yoochun yang kini menatap yeoja yang tengah berusaha berjalan kearahnya
“Anniya, hanya rindu denganmu” jawab Shin Di sambil tersenyum
Jaejoong hanya dapat diam terpaku melihat pemandangan didepannya.  Kata sedikit itu kini berubah menjadi sangat. Kim Jaejoong kini merasa sangat cemburu pada Park Yoochun. Mendapat senyum yeoja itu, dipanggil dengan ramah oleh yeoja itu.. itu adalah sesuatu yang amat diinginkan oleh Jaejoong. Namun setiap kali ia berkata kata. Ia hanya akan mendengar cacian dan hanya dapat melihat airmata di wajah yeoja itu.
Sejenak Jaejoong mengubah delikan matanya kesegala arah sambil berusaha menekan setiap kecemburuan dihatinya. Dadanya kini bergemuruh menghantam ingin memberontak namun Jaejoong menyadari setiap kata dan rasa yang ia rasakan kini hanya akan menabur titik air mata diwajah yeoja yang dicintainya ini.
“Han Shin Di!!”
Jaejoong hendak menjauh dan meninggalkan mereka ketika ia mendengar sebuah panggilan yang membuat cukup keras. Ia menatap namja paruh baya yang kini tengah menuju ke arah nama yeoja tersebut.
“Ada apa ahjushi??” tanya Shin Di kebingungan
“Ada.. ada berita bagus..” Ucap pria paruh baya itu sambil tersenyum puas
“Ah, berita apa ahjushi??” ucap Shin Di penasaran
“Ada.. ada yang akan mendonorkan matanya padamu!!” Teriak Tuan Park penuh semangat
“Eh??” kata Shin Di, Jaejoong, dan Yoochun bersamaan
Senyum diwajah keempat orang itu tidak dapat ditutupi. Tidak diwajah Tuan Park. Tidak diwajah Park Yoochun. Tidak diwajah Han Shin Di. Terutama wajah namja bernama Kim Jaejoong.
 DEG! Mendengar suara yang terasa amat tidakasing baginya membuat jantung Shin Di kini berdegup kencang dan sesaat memberikan benih benih harapan kepada Shin Di untuk kembali bersama namja itu. namja yang dicintainya bahkan sudah sejak lama mengisi hatinya
“Kau akan segera operasi” kata Tuan Park semangat
“Aku akan segera dioperasi” batin Shin Di
“Kapan appa??” Tanya Yoochun pada appanya
“5 hari lagi. Paling cepat lusa.” Kata Tuan Park antusias
“Sebentar lagi aku akan bisa melihat” batin Shin Di
“Benarkah?? Baguslah!!” teriak Yoochun senang sambil mengusap pelan kepala Shin Di
Diantara krumunan bahagia itu hanya satu orang yang dapat tersenyum dari kejauhan dan menatap mereka dengan tatapan penuh arti. Hanya turut tersenyum tanpa ikut merayakannya. Pikirannya berputar membayangkan apa yang akan terjadi nanti kala bila yeoja itu dapat melihatnya.
“Apa kau mau melihatku??” batin Jaejoong
“Aku akan dapat melihatmu..”  batin Shin Di
“Apa kau mau menyapaku??” batin Jaejoong
“Aku akan bisa menyapamu..” batin Shin Di
“Apa kau masih akan membenciku??”batin Jaejoong
“Aku akan mengatakan  maaf padamu..” batin Shin Di
“Apa aku orang pertama yang ingin kau lihat??”batin Jaejoong
“Kuharap kau orang pertama yang kulihat, Kim Jaejoong” batin Shin Di
Disana. Kim Jaejoong, hanya berdiri sambil tetap tersenyum menatap ke arah yeoja itu. menatap dengan beribu pertanyaan dan pengharapan dikepalanya. Menatap dengan penuh keraguan dan kerinduan dimatanya. Menatap dengan penuh kepuasan di binar matanya.
***
“Apa tidak ada pekerjaan lain selain mengikutiku?” teriak Junsu keras kepada seorang yeoja dibelakangnya
“Tentu saja ada, aku ini orang yang sangat sibuk!” jawab yeoja itu
“Lalu kenapa kau terus mengikutiku?” kata Junsu lagi semakin meninggikan nada suaranya
“Aku sudah pernah bilang padamu! Aku menyukaimu, Kim Junsu!” jawab yeoja itu tidak mau kalah
“Menyukaiku? Ini yang kau maksud menyukai? Mengikuti orang itu kemana pun?” jawab Junsu kesal
“Iya! Ini caraku! Kenapa kau tidak suka?” kata yeoja itu
“Ya! Aku tidak suka! Sebaiknya enyah saja kau dari pandanganku! Yeoja babo!” jawab Junsu sambil berbalik dan meninggalkan yeoja itu
“Babo? Siapa yang kau bilang babo hah? Mencintai seseorang yang sudah lama tiada, apa itu bukan tindakan yang konyol?” kata yeoja itu datar dan berhasil membuat langkah Junsu terhenti
Junsu mendengus nafas kesal dan kembali menghadap ke yeoja yang berhasil membuat seluruh emosinya meledak kala itu. tidak biasanya ia seperti ini. Tidak setelah semua masalah seakan kembali menimpanya. Dan tidak bila hal itu telah menyangkut Yoon Shi
“Ya! Jang Mi Ri !!” Pekik Junsu dengan nada yang cukup tinggi dan tatapan penuh kemarahan
“Mwo? Kau mau marah padaku? Mau memukulku? Mau mencaci makiku? Silahkan! Seakan itu tidak pernah terjadi sebelumnya! Tapi taukah kau Kim Junsu? Kau sangat menyedihkan. Terjebak dalam cinta masalalu yang membuatmu tidak dapat melihat ke masadepan. Tidak bisakah kau melihatku disini? Walau hanya seujung kaki, apakah aku memang hanya akan tetap menjadi sebuah cahaya kilat dimatamu?!” sanggah yeoja bernama Mi Ri itu tak kalah kesal
Hening. Itulah yang terasa kini. Kedua manusia itu kini hanya saling terdiam sambil menatap mata pasangannya. Seakan mata mereka yang berbicara, seakan mata mereka yang menyiratkan segala kesedihan, kekecewaan, dan kepedihan selama ini.
“Kau tidak mengerti” kata Junsu kemudian memecah keheningan
“Ya! Aku memang tidak mengerti! Karena itulah, ajari aku untuk mengerti! Ajari aku, untuk mengerti dirimu, Kim Junsu” kata Mi Ri yang melemah pada bagian akhirnya
Junsu melepaskan pandangannya dari Mi Ri dan mengambil nafas pelan. Kini pikirannya tengah bergolak dengan berbagai macam masalah yang baru saja dialaminya dan membuatnya tidak dapat berfikir begitu jernih
“Maaf. Tapi aku rasa, kau menyukai orang yang salah.” Jawab Junsu datar kemudian meninggalkan yeoja iu berdiri mematung
Yeoja bernama Mi Ri iu hanya memandang punggung tegap milik Junsu yang perlahan mulai menghilang. Seketika punggung itu menghilang, seketika itu pula keseimbangan tubuh Mi Ri ambruk. Pertahanan yang ia jaga sedari tadi kini telah luluh lantah dan membuatnya air mata mengairi pipinya. Ya, ia menangis, menangisi seorang namja. Namja bernama Kim Junsu.
“Unnie, ottokhe??” katanya disela tangisnya
“Aku benar benar mencintainya kini” lanjutnya
“Tapi sepertinya dia... tidak bisa melupakanmu..” katanya lagi
TBC

1 komentar:

dufreak mengatakan...

itu masih ada yang typo sama kata-katanya ada yang diketik dua kali. contoh: Sebuah sebuah senyum kembali terlihat disudut Changmin saat ia...
Tapi untuk ceritanya satu kata aja. DAEBAK :D
lanjutin chapter 8 yo..