Chapeter 8: The Right Way
“Mohon maaf” kata seorang namja yang berpakaian serba putih
itu
“Kami harus membatalkan operasi ini” lanjutnya
Hening. Itulah yang menyelimuti ruang kerja yang berukuran
sedang itu. setiap kata demi kata yang diucapkan namja itu bagai tak tercerna
oleh para manusia yang kini tengah berkumpul diruangannya. Membuat segala
desiran darah memaksa mengalir ke atas kepala mereka dan mengenyahkan
pertahanan tubuh mereka.
“Apa?” kata seorang namja lain yang bersuara husky itu
“Pihak pendonor, telah membatalkan niatnya” kata namja
berbaju putih itu
Kembali aliran darah itu melonjak dan berharap untuk segera
dikeluarkan. Kali ini, pria berperawakan tinggi itu tidak dapat lagi menahan
segala emosinya. Ia menarik kerah baju milik sang namja paruh baya dan
menatapnya dengan penuh amarah yang sontak membuat namja itu kaget
“Apa? Apa kau bilang? Bagaimana bisa?” ucap Yoochun penuh
emosi sambil menatap geram pada namja paruh baya itu
“Mohon maaf, ini kemauan dari pendonor sendiri” kata namja
paruh baya itu berusaha menenangkan Yoochun
“Hentikan Chun-a” suara seorang yeoja sontak membuat Yoochun
menghentikan kegiatan yang dilakukannya
“Shi..”
“Tidak apa aku baik baik saja” ucap yeoja itu sambil
tersenyum
Yoochun melepaskan cengkramannya dari dokter itu dan menatap
Shin Di cemas. Ia takut seluruh harapan Shin Di kini telah kandas dan kembali
menumbuhkan luka baru baginya. Sesaat ia menatap kembali dokter itu dengan
pandangan geram dan kecewa.
“Matamu terlalu bagus untuk menatapku seperti itu, Tuan
Park” jawab dokter itu mulai merasa tidak suka
“Ayo” kata Yoochun masih menatap namja paruh baya itu penuh
amarah dan kemudian berbalik sambil menuntun Shin Di menentukan langkahnya
“Kau baik baik saja
Shin Di-a?” tanya Yoochun sepanjang perjalanan
Sementara Shin Di hanya menjawab dengan senyum lemah yang
terukir dibibirnya. Terlihat genangan genangan air mata yang mulai tampak
dipelupuk matanya, namun terlihat Shin Di masih menahan itu semua untuk
terjatuh. Saat ini dia tidak bisa menangis. Ah, bukan. Ia tidak boleh menangis.
Ia tidak boleh menangis saat tiba dirumah nanti. Tidak dihadapan Kim jae Joong.
***
Shin Di POV
“Kami harus membatalkan operasi ini” kata seorang pria yang
kuyakin adalah dokternya
Mendengar kata kata itu seketika jantungku seperti berhenti
berdetak. Oksigen terasa begitu berat kutampung didadaku sehingga membuatku
merasa sesak. Terasa genangan air mata diujung pelupuk mataku yang siap untuk
menuruni wajahku tapi hal itu kutahan. Aku tidak ingin terlihat lemah. Tidak
untuk sekarang.
“Pihak pendonor,
telah membatalkan niatnya” jelas dokter itu
Perlahan kusiratkan sebuah senyum tipis diwajahku. Setidaknya
ini memang keinginan pihak pendonor. Kita tidak memaksanya bukan? Seakan aku
tidak pernah terjatuh sebelumnya.
Kudengar sedikit keributan didepanku yang sedikit membuatku tidak nyaman
“Hentikan Chun-a” kataku sambil sebisa mungkin tersenyum
“Shi..” ucapnya sedikit memilukan
“Tidak apa aku baik baik saja” kataku yang lebih tepatnya
untuk menenangkan diriku sendiri
“Matamu terlalu bagus untuk menatapku seperti itu, Tuan
Park” kata dokter itu lagi yang sepertinya ditunjukkan bagi namja di sebelahku
ini
“Ayo” kata Yoochun kemudian membantuku keluar dari ruangan
itu
Seketika pikiranku bergumul dan menerawang jauh. Bahkan
segala ucapan yang dilontarkan oleh Yoochun tidak dapat kucerna dengan baik
karena aku terlalu sibuk dengan pikiranku. Aku hanya menjawab segala pertanyaan
itu dengan sebuah senyum diwajahku. Senyum yang mungkin terlihat sangat lemah
saat ini.
Kepalaku berdenyut pelan dan sesaat aku merasakan genangan
air mata dimataku. Sebisa mungkin aku menahan air mata itu untuk tidak menuruni
wajahku. Aku tidak boleh menampakkan wajah seperti itu padanya. Yah, tidak
didepannya. Tidak didepan Kim Jaejoong.
Sekarang aku disini. Kembali ke rumah ini. Kembali ketempat
dimana orang itu juga ada. Apa yang harus kulakukan? Wajah apa yang harus
kutampakan padanya? Apa yang harus aku katakan padanya? Perlahan aku berjalan
memasuki rumah ini dengan tuntunan Yoochun. Berharap dia tidak melihat
keadaanku yang sekarang ini.
“Aku tinggal dulu Shin Di-a” kata Yoochun menghentikan
langkah kami diruang tengah
Aku hanya tersenyum untuk membalas kata-katanya. Mulutku
seakan terkunci rapat untuk berkata-kata kali ini. Hatiku saat ini sangat
dipenuhi dengan kekecewaan. Sangat dipenuhi dengan amarah dan sangat dipenuhi
dengan penyesalan.
“Apa memang harus
seperti ini?”
“Apa aku tidak
diijinkan meminta maaf padanya?”
Kurasakan air mata kembali menggenang dimataku namun
berusaha kuhapus dengan ujung jariku. Belum sempat aku menghapus air mata itu,
tiba tiba kurasakan sepasang tangan kini memelukku erat. Wangi sang pemilik
tangan terasa amat familiar saat kepalaku kini telah berada di dadanya yang
bidang
“Menangislah” kata seseorang yang sejak tadi aku pikirkan
Aku berusaha sekuat mungkin lepas dari pelukkannya berharap
dia tidak perlu melihatku menangis seperti ini. Tidak. Jangan melihatku yang
seperti ini Kim Jae Joong. Aku akan terlihat sangat lemah bagimu.
“Menangislah” katanya lagi masih mempertahankan pelukkannya
padaku
“Menangislah” katanya sambil mengusap kepalaku
Tanpa terasa buliran air mata yang sedari tadi aku tahan
kini akhirnya terjatuh diwajahku. Mengalir dan mengairi pipiku. Aku menangis.
Akhirnya aku menangis dipelukannya. Aku menangis dipelukan namja ini. Namja
yang selalu menjadi pusat rotasi kehidupanku. Namja yang bernama Kim Jaejoong.
Aku menangis dalam pelukannya yang lembut. Menangis dengan
sentuhannya yang lembut dikepalaku. Menangisi kerinduan yang sejak dulu ingin
sekali terwujud. Menangisi setiap waktu yang kubuang hanya untuk mencercanya.
Menangisi keadaanku yang mungkin tidak akan pernah sempurna untuknya. Menangisi
setiap kata yang tidak dapat kuucapkan padanya.
“Mianhae..” kataku kemudian masih dalam pelukannya
“Hm?” ia menjawab dengan suara yang halus. Sangat halus
“Aku minta maaf Kim Jae Joong..” kataku sedikit terisak
“Kenapa?” katanya lagi masih sehalus tadi
“Karena.. sikapku.. karena..perkataanku.. karena .. ka..”
kataku menggantung dibagian akhir
“Karena aku tidak bisa
melihatmu yang selalu ada disini” batinku
“Tidak ada yang perlu kumaafkan Shin Di-a” katanya sangat
lembut
“Karena tidak pernah ada yang salah darimu dimataku dan
dihatiku” jawabnya sambil mengencangkan pelukkannya padaku yang berhasil
membuat seluruh pertahananku runtuh seketika
Aku kembali menangis. Menangisi semua hal yang telah terjadi
beberapa waktu ini. Menangisi semua hal yang terasa salah disini. Semua cercaan
itu..
“Apa lagi yang kau
inginkan?? Membunuhku?”
“Jangan panggil namaku
dengan mulutmu itu”
Semua kata yang menyakitkan itu...
“Maafkan aku Ahjushi,
aku tidak mau tinggal satu atap dengan seorang pembunuh”
Semuanya..
“Kukira kau akan pergi
selamanya”
“Maafkan aku, Jaejoong-a.. Maaf..” kataku sambil terisak
dipelukannya sementara ia masih terus memeluk dan membelaiku dengan lembut yang
membuat segala pertahananku runtuh
Tanganku kini mulai bergerak ke atas dan berusaha membalas
pelukannya. Bagaimana pun. Bagaimanapun juga. Aku sangat merindukkan namja ini.
Namja yang selalu menjadi matahariku. Namja yang akan selalu menjadi pusat
segala kegiatanku, pikiranku, dan cintaku. Namja ini adalah pusat dari
kepemilikan hatiku. Namja ini, Kim Jae Joong
End Shin Di POV
Jaejoong POV
Aku menatapnya. Menatap yeoja dihadapanku dengan miris. Aku
tadi baru saja menerima pesan singkat dari Yoochun. Pesan singkat yang
membuatku terlonjak kaget dan sekaligus khawatir. Khawatir bagaimana keadaannya
sekarang. Dan kini aku melihatnya. Melihat wajahnya yang begitu terluka.
Aku berjalan kearahnya dengan hati hati. Semakin tampak
wajahnya yang penuh dengan luka itu. aku melihat pelupuk matanya yang kini
sudah tergenang air mata. Tidak. Jangan seperti ini. Jangan tahan kesakitanmu.
Aku yang sudah tidak tahan kemudian memeluknya. Memeluknya dengan erat. Sangat
erat. Aku benar benar tidak tahan melihat wajahnya yang seperti ini.
“Menangislah” kataku kemudian
Terasa gerakan tangannya yang berusaha mendorongku menjauh.
Tapi aku tetap memeluknya. Untuk kali ini saja Shin Di-a, untuk kali ini saja
aku ingin berguna berada disampingmu. Untuk kali ini saja aku ingin kau
menyadari. Aku selalu ada disisimu.
“Menangislah” kataku lagi “Menangislah” lanjutku sambil
mengusap perlahan kepalanya
Dapat kurasakan gerakan mendorongnya terhenti. Terasa
pakaianku kini basah oleh sesuatu. Dia mengangis. Yah, akhirnya ia menangis.
kurasakan isakannya yang mulai terasa didalam pelukanku. Apakah ini artinya dia
mulai menerimaku lagi?
“Mianhae..” katanya tiba tiba
“Hm?” kataku sedikit tidak mengerti
“Aku minta maaf Kim Jae Joong..” katanya sambil terisak
“Kenapa?” tanyaku padanya
“Karena.. sikapku.. karena..perkataanku.. karena .. ka..”
katanya menggantung dibagian akhir
Terasa perasaanku kini menghangat mendengar kata katanya.
Kata kata yang berhasil membuat segala kebekuan dihatiku kini mencair lagi.
Tidak. Kau tidak perlu meminta maaf Shin Di-a. kau tidak bersalah. Kau tidak
pernah salah.
“Tidak ada yang perlu kumaafkan Shin Di-a” kataku padanya
“Karena tidak pernah ada yang salah darimu dimataku dan
dihatiku” kataku kemudian merekatkan pelukanku dengan pelukannya
Benar. Ini baru benar. Ini baru yang seharusnya terjadi.
Yeoja yang menjadi bulanku kini berada dipelukanku. Yeoja yang selalu dapat
kutuntun kini berada di dalam kehangatanku. Aku mencintaimu, Han Shin Di.
Terima kasih. Terima kasih telah mau menerimaku kembali menjadi cahayamu.
“Maafkan aku, Jaejoong-a.. Maaf..” katanya sambil membalas
pelukanku
“Terima kasih..” batinku
“Terima kasih karena
pada akhirnya..”
“Kau mau melihatku
lagi..”
“melihatku dengan
hatimu lagi..”
End Jaejoong POV
***
“Terjebak dalam cinta
masalalu yang membuatmu tidak dapat melihat ke masadepan. Tidak bisakah kau
melihatku disini? Walau hanya seujung kaki, apakah aku memang hanya akan tetap
menjadi sebuah cahaya kilat dimatamu?!”
Kata kata itu bagai sebuah angin topan yang kini tengah berputar
putar didalam kepala Junsu. Yah, memang tidak ada yang salah dalam setiap
perkataan Mi Ri. Bahkan melampaui kebenaran. Kebenaran bahwa Junsu masih
terjebak dalam dunia yang sama. Dunia dimana disana dipenuhi dengan sosok Yoon
Shi. Dunia yang biasa kita sebut masa lalu.
“Aish!” desahnya frustasi
“Suatu saat ,setelah
membuatnya menjadi milikku, aku akan
mengenalkannya padamu”
“Suatu saat? Suatu saat itu kapan?” katanya sambil meninju
tembok disampingnya
TING TONG!
Suara bel pintu mengusik pikirannya. Segala kemarahan yang
berada diujung ubun ubunnya kini berusaha ia tahan dan mencoba bersikap
sewajarnya pada tamu diluar. Sesaat ia mengambil nafas panjang untuk mengatur
emosinya dan mengeluarkannya perlahan. Junsu pun menuju pintu dan membukanya
melihat siapa yang mengusiknya malam malam begini.
Terlihat seorang yeoja dengan baju yang basah dan lusuh
didepan pintu rumahnya. Wajah yeoja iu tampak amat tidak asing, bahkan mungkin
yeoja yang sedari tadi ada dipikirannya.
“Sedang apa kau Jang Mi Ri??!” teriak Junsu keras
“Ah, hanya ingin memberikan ini” kata yeoja itu sambil
menyerahkan sebuah bungkusan
“Apa ini?” kata namja itu bingung menatap bungkusan ditangan
yeoja tersebut
“Aku tau kata kataku tadi sedikit ah tidak sangat kasar
padamu, maka dari itu aku ingin meminta maaf padamu. Aku membelikanmu sedikit
makanan terimalah.” Katanya sambil memberikan bingkisan itu pada Junsu
Junsu menerima bingkisan itu dengan raut wajah yang bingung.
Ia hanya menatap terpaku kepada yeoja dihadapannya. Yeoja yang kini tengah
tersenyum manis diantara penampilannya yang kacau karena cuaca buruk diluar.
“apakah aku memang
hanya akan tetap menjadi sebuah cahaya kilat dimatamu?!”
Terbersit sebuah kata yang sedari tadi berputar dikepalanya.
Sebuah kata yang berhasil membuatnya berpikir amat keras. Berpikir mengenai
hatinya di masa lalu dan mengenai hatinya kini. Junsu sedikit menundukkan
wajahnya setiap kali kilasan memorinya dengan Yoon Shi terulang.
“Oke, aku pergi dulu. Ja!” Ucap yeoja itu hendak
meninggalkan Junsu
“Berhenti!” kata Junsu secara tidak sadar
Seketika Mi Ri berhenti dan berbalik kembali ke arah Junsu.
Sementara Junsu kini hanya dapat memperlihatkan wajahnya yang tengah salah
tingkah karena merasa ia mengucapkan hal yang begitu aneh pada yeoja itu.
seketika tadi, ia hanya merasa Yoon Shi lah yang akan meninggalkannya. Namun
ternyata itu bukan Yoon Shi. Bukan.
“Eh?” kata Mi Ri bingung
“Masuklah. Perbaiki dirimu. Lagipula diluar cuacanya masih
sangat buruk” ucap Junsu enggan menatap Mi Ri
“Eh?” kata Mi Ri semakin bingung
“Jadi kau mau masuk atau tidak?” Ucap Junsu kini menatap Mi
Ri
Sebuah senyum tak pelak terukir diwajah Mi Ri. Terbersit
sebuah harapan bahwa namja itu akan mulai menerimanya. Tanpa ragu matanya
membentuk garis senyum yang tak kalah cantik dengan senyumannya.
“Ne, aku mau!” katanya semangat sambil berjalan menuju ke arah pintu Junsu
dan masuk melewatinya
Junsu yang masih berdiri didepan pintu hanya dapat
menggenggam kenop pintu erat. Dan menatap hampa pada hamparan didepannya.
Pikirannya tampak memantau jauh meninggalkan tubuhnya yang terpaku disisi pintu
“Aish, Kim Junsu! Apa yang baru saja kau lakukan!?” batinnya
frustasi
Untuk sesaat tadi. Hanya sesaat tadi. Ia merasakan Yoon Shi
lah yang akan meninggalkannya. Bukan Mi Ri. Entah itu karena Junsu memang menganggap
Mi Ri itu Yoon Shi. Ataukah, Junsu memang tidak ingin kehilangan Mi Ri?
***
Yunho POV
Aku menatapnya. Menatap seseorang yang terasa familiar itu
kini tengah berbincang dengan seorang yeoja paruh baya yang juga terasa tidak
asing. Bukan, bukan tidak asing. Aku hanya merasa aku pernah melihatnya. Tapi
dimana? Derasnya hujan saat ini membuatku tidak dapat melihat wajah itu dengan
jelas
Aku turun dari mobilku dan perlahan mendekati mereka tanpa
payung ataupun pelindung tubuh. Semakin aku mendekati mereka semakin jelas
wajah yeoja yang membuat aku menerka nerka siapa orang itu. semakin aku
mendekat dan semakin jelaslah pembicaraan mereka.
“Memang akan lebih baik jika ia dikuburkan utuh” ucap
Changmin sambil tersenyum pada yeoja paruh baya itu
“Dikubur? Siapa? Siapa
yang dikubur utuh?” batinku
“Ne, tapi aku merasa tidak enak kepada orang yang sudah
berjanji akan kudonorkan matanya” jawab yeoja itu
“Donor? Donor mata?”
batinku lagi
Perlahan jantungku kembali berdegup kencang dan kepalaku
berputar. Segala memori kembali berkumpul dalam pikiranku dan membawaku kembali
dalam suatu kenyataan. Yah, dia. Dia adalah orang yang aku dan ahjushi temui.
Orang yang mau meendonorkan mata anaknya pada Han Shin Di. Yeoja waktu itu.
“Tidak apa. Mungkin belum keberuntungan bagi yang
didonorkan” ucap Changmin masih tersenyum seakan perduli sambil mengusap tangan
yeoja paruh baya itu
“Ne, benar juga. Yang penting sekarang ialah anakku” ucap
yeoja paruh baya itu
“Ne. Sekarang masuklah, dan temui ia untuk teakhir kali”
ucap Changmin menyuruh yeoja tua itu masuk ke dalam sebuah rumah duka
Mendengar perkataan dan melihat perbuatan Changmin yang
seperti ini membuatku tidak tahan. Aku merasakan kemarahanku yang begitu meluap
luap diujung kepala dan memberontak untuk segera terlepas. Perlahan ketika ia
berusaha membalikkan tubuhnya aku menuju kearahnya dan menghantam wajahnya
keras dengan kepalan tanganku.
BUK!!! Terdengar suara tubuhnya yang menghantam tanah karena
pukulanku. Dan wajahnya terlihat kaget atas perlakuanku barusan.
“Hyung?! Apa yang kau lakukan?!” katanya kaget
“YA! Shim Changmin!! Seharusnya aku yang bertanya seperti
itu! apa yang baru saja kau lakukan?” teriakku keras padanya disertai tatapan
yang cukup tajam
“Apa maksudmu, hyung??!” katanya sambil berusaha membangkitkan
tubuhnya
Aku yang tidak mau melihatnya berdiri kini terlutut
dihadapannya sambil menarik kerah bajunya. Aku mendekatkan wajahku dan wajahnya
berharap mendapatkan jawaban yang benar-benar jujur darinya.
“Yeoja tadi! Dia, adalah ibu dari pendonor mata untuk Shin
Di bukan??! Iya bukan??! Jawab!!” teriakku langsung didepan mukanya
Terlihat sebuah senyum kecil disudut bibirnya. Lagi. Lagi
lagi senyum itu. senyum yang amat dibenci Yunho setiap kali Yunho melihat
senyum itu tampak dibibir Changmin
“Kau pintar juga hyung” jawab Changmin datar
Aku melihatnya. Melihat matanya. Berharap menemukan setitik
kebohongan dimatanya. Namun tidak. Tidak ada setitik kebohonganpun yang
terlihat dimatanya.
“Jadi maksudmu... dia..” kataku terbata masih menatap
wajahnya
“Maaf, tapi yeoja itu belum dapat melihat sekarang” kata
Changmin dingin
Aku terlonjak kaget mendengar kata katanya. Perlahan
amarahku pun mengalir naik menuju ubun ubun dan menjadi sebuah amarah yang amat
besar. Kembali kuhantamkan sebuah pukulanku kepada namja yang masih leih muda
dariku itu.
“YA! Apa maksud perkataanmu hah??!” kataku dengan nada yang
sangat tinggi
Perlahan kurasakan sebuah dorongan pada tubuhku yang
berhasil membuatku melepaskannya. Ia pun bangkit berdiri sambil mengusap
pipinya yang baru saja kupukul. Pandangan matanya tidak kalah tajam dari
mataku.
“Aku bilang, dia belum dapat melihat sekarang! Ah, tidak,
aku tidak mengijinkannya melihat sekarang!!” ucapnya keras
“MWWO??!! Apa katamu?? Kenapa kau berani berkata seperti itu
ya, Shim Changmin??!” teriakku sambil berlari kearahnya
Aku menarik kembali kerah bajunya dan menyudutkannya pada
tiang yang berada didekat sana dan menatap wajahnya lekat. Apa apaan dia? Apa
apaan orang ini??!!
“Aku sudah pernah bilang padamu bukan? Aku tidak akan pernah
membiarkan namja itu bahagia bahkan sedetik dalam hidupnya!” kata Changmin
melotot kepadaku
“Tapi tidak harus melalui Han Shin Di bukan??!! Kenapa kau
harus melakukan ini padanya??!” kataku tepat didepan wajahnya
“Karena Han Shin Di adalah satu satunya yang dapat membuat
Park Yoochun bahagia! Karena itu! aku ingin membuat dia menderita melalui yeoja
yang ia cintai itu!” kata Changmin ngotot sambil berusaha melepaskan cengkraman
tanganku pada keraha bajunya
Aku yang tidak mau kalah malah memperkuat cengkramanku pada
kerah baju Changmin dan menghentakkan tubuhnya pada tiang itu
“YA! Bukan hanya orang itu yang kau lukai! Tapi aku! Aku
juga!” kataku menghentaka hentakkan tubuhnya pada tiang
“Maaf hyung, hanya ini.. hanya ini yang dapat kulakukan
untuk membuat orang itu merasakan apa yang aku rasakan” katanya mulai
menurunkan nadanya dan menatapku penuh arti
“Kau..”
“Hyung dan dia tidak akan pernah tau, rasa sakit yang aku
rasakan saat itu. tidak akan. Tidak akan pernah” jawab Changmin menatapku iba
sambil melepaskan cengkramanku yang mulai mengendur
Berhenti. Waktu serasa berhenti disekitarku sekarang.
Berputar memori masa laluku bersamanya. Yah, memori bersama yeoja yang aku
cintai selamabeberapa tahun ini. Dan mungkin akan aku cintai selamanya.
Mungkin.
“Memang tidak” kataku kemudian padanya
“Karena aku tidak seberuntung dirimu Shim Changmin” kataku
sambil tersenyum tipis padanya
Dapat kutangkap pandangan yang aneh diraut wajahnya.
Pandangan yang menunjukkan ketidak percayaan atas apa yang aku katakan tadi.
“Apa? Beruntung? Apa kau tidak waras hyung?” katanya
menatapku tidak percaya
“Tidak sadarkah kau sangat beruntung? Mungkin dia pergi
meninggalkanmu selamanya, tapi setidaknya, kau tau cintanya hanya untukmu...”
kataku sedikit menundukkan kepalaku
“Sementara aku.. cukup menyadari bahwa tidak ada sedikitpun
cintanya untukku” kataku menundukkan kepalaku sambil terdiam
Yah. Aku menyadarinya. Menyadarinya dengan sangat bahwa
tidak ada sedikitpun rasa cinta dihati Han Shin Di untukku. Setidaknya yang
kuinginkan saat ini adalah, aku ingin melihatnya bahagia. Tersenyum. Dan ceria
seperti dulu. Cukup melihat binar kebahagiaan terpancar dimatanya. Cukup
seperti itu. seperti itu saja. Dapat membuat rasa bersalahku akan menjadi lebih
baik.
“Mianhae” ucap Changmin kemudian yang hanya kubalas sebuah
senyum tipis.
End Yunho POV
***
Seorang yeoja kini tengah tampak mengeringkan rambutnya
dengan handuk. Ia menatap kearah ruang tamu dimana seorang namja kini tengah
terduduk sambil menatap bingkisan yang
baru saja dibawanya tanpa menyentuhnya sedikitpun.
“Kenapa? Kau tidak menyukainya?” tanya yeoja itu
“Anni. Hanya belum lapar.” Jawab namja itu datar
“Junsu-ssi” kata yeoja itu memanggil namja dihadapannya dan
turut menekukan kakinya
“Hm?” jawab namja itu enggan menatapnya
“Soal Noel Yoon Shi
ada yang...”
“Jangan bawa nama itu lagi” ucap Junsu sedikit menekankan
kata katanya
“Tapi aku hanya..”
“Cukup. Kau tidak mengenalnya. Jadi jangan membicarakannya”
katanya lagi berusaha bangkit berdiri namun tertahan oleh tangan Mi Ri
“Maafkan aku, bila kau tidak suka aku menyebut namanya tapi
aku...” kata Mi Ri dengan wajah penuh kecemasan
“Tapi apa?” ucap Junsu kini menatap tajam wajah Mi Ri
“Aku hanya..” ucap Mi Ri terpotong potong merasa gugup
dengan pandangan Junsu
“Hanya?” kata Junsu lagi masih menatap Mi Ri tajam
“Aku hanya ingin bilang bahwa..” kata Mi Ri lagi terpotong
di bagian akhir
“Bahwa?” katanya lagi masih menatap Mi Ri
“Aish, bisakah kau tidak mengulangi setiap ujung
perkataankku? Itu membuatku tidak nyaman tahu!” kata Mi Ri kesal
Terasa dengusan kecil yang dikeluarkan oleh Junsu disertai
senyum sinis miliknya disudut bibirnya.
“Tidak nyaman? Kau baru kuperlakukan seperti itu dan kau
merasa tidak nyaman? Apa kau pernah memikirkan perasaanku yang SANGAT tidak
nyaman setiap kali kau ikuti?” katanya dingin sambil menatap Mi Ri
Yeoja itu hany dapat terdiam sambil menatap Junsu dengan
pandangan yang tidak dapat diartikan. Tertangkap sedikit kekagetan di raut
wajahnya pada awalnya namun perlahan raut wajah itu berubah menjadi raut yang..
penuh dengan ketulusan..?
“Aku tau, maafkan aku” kata Mi Ri menatap Junsu sambil
berkata dengan lembut seketika membuat Junsu terdiam dan kembali mendengus
pelan
“Kau tau? Tidak, kau tidak akan tau dan tidak akan mengerti,
Jang Mi Ri” kata Junsu kesal
“Aku tau” kata Mi Ri kemudian kembali membuat Junsu terdiam
Seketika desakan pikiran yang bergumul dikepalanya membuat
kepalanya berdenyut pelan. Ia tidak dapat mengendalikan apa yang harus ia
pikirkan kini. Merasa yeoja didepannya ini tidak mungkin mengerti akan dirinya.
Akan perasaannya. Merasa yeoja ini hanya mempermainkannya.
Perlahan Junsu meraih tangan Mi Ri dan menjatuhkan tubuh Mi
Ri dikarpet rumahnya tersebut dan membuat Mi Ri terlonjak kaget. posisi mereka
kini membuat Mi Ri merasa terpojok dengan Junsu diatasnya. Junsu mencengkram erat tangan Mi Ri dan
kemudian memandangnya sesaat. Kemudian tanpa basa basi Junsu meraih bibir Mi Ri
dan memagutnya dengan kasar sangat kasar bahkan melukai sedikit bibir milik Mi
Ri. Ciuman yang bisa didebut paksaan ini tak pelak membawa perlawanan dari Mi
Ri yang berusaha melepaskan jerat tangannya dari tangan Junsu. Perlahan Junsu
melepaskan ciumannya dan kembali menatap Mi Ri
“Apa dengan begini, kau masih mau bilang kau mengerti?” ucap Junsu kesal
Mi Ri hanya memandang namja didepannya memandang namja yang
sangat ia cintai kini. Menatap pada masa lalu namja ini. Dan menatap pada
keterlambatan perasaan yang dirasakannya kini, mungkin dapat dikatakan bahwa Mi
Ri mengerti. Sepernuhnya mengerti.
“Aku tidak bilang aku mengerti” jawab Mi Ri dengan wajah
yang datar
“Aku hanya bilang bahwa aku tau rasanya” katany kemudian
memperlihatkan senyum diwajahnya
Junsu hanya terdiam sambil memandang wajah milik Jang Mi Ri
tersebut sambil berusaha mencerna setiap perkataannya namun segala egoisme dan
amarah membuat logika dan perasaan itu terkubur dalam dalam dan hanya
menampakkan amarahnya. Junsu masih menganggap bahwa yeoja itu masih
mempermainkannya. Memperkainnya seperti boneka. Membuatnya mencintainya. Dan
kemudian meninggalkannya sendirian. Lagi.
Junsu menatap yeoja itu lagi. Dalam. Sangat dalam seakan
mencari cela kebohongan dimatanya. Mencari sebumbu dusta dimatanya. Tapi tidak
ditemukan apapun. Hanya kejujuran dan ketulusan yang ditemukannya dan itu
membuat Junsu sedikit geram. Dan kembali melampiaskan amarahnya.
Junsu kembali mengambil bibir Mi Ri dengan ganas dan
memagutnya kasar, namun kali ini, tidak ada perlawanan.
“Aku mengerti Junsu
ssi” batin Mi Ri
“Aku mengerti segala
rasa sakitmu, semuanya”
Namun sebuah balasan
pagutan yang lembut yang membalas pagutan kasar milik Junsu. Pagutan lembut Mi
Ri terasa begitu lembut dan amat lembut dibibir Junsu yang perlahan lahan
membuat pagutan Junsu itupun berubah menjadi sebuah pagutan yang lebih lembut
dari sebelumnya.
Hal inilah yang kini dapat disebut ciuman. Karena moment ini
terasa begitu lembut dan hangat. Mereka saling membalas pagutan lembut dan
mulai menggerakan tangan mereka.
“Karena akupun
merasakannya padamu, Kim Junsu”
Perlahan cengkraman tangan Junsu pun terlepas dan mulai
menyentuh pipi milik Mi RI seakan berusaha memperdalam ciuman mereka sementara
Mi Ri melingkarkan tangannya dileher milik Junsu dan menikmati segala sentuhan
tangan Junsu dan kecupan lembut dibirnya.
perlahan Junsu melepaskan ciumannya dari Mi Ri dan mengambil
beberapa oksigen untuknya dan Mi Ri bernafas. Matanya memandang Mi Ri lekat.
Seketika jantungnya berdegup kencang dan aliran darahnya melaju tidak beraturan
kedalam setiap anggota tubuhnya.
Seketika juga Junsu bangkit dari posisinya dan berganti
menjadi posisi duduk kembali dan mengepal tangannya erat. Ia merasakan perasaan
yang sudah sangat lama tidak ia rasakan. Merasakan perasaan yang amat tidak
bisa kala jantungnya berdebar dan wajahnya memanas seperti ini.
“Aku rasa.. aku harus menaruh bingkisan itu dulu” kata Junsu
mengalihkan pembicaraan dan membawa bingkisan itu kedapurnya
Sementara Mi Ri masih dalam posisinya yang tertidur dikarpet
milik Junsu dengan perasaan bingung. Bingung sekaligus senang. Senang bahkan...
amat senang. Ia memegangi bibirnya yang baru saja diberikan cap bibir milik
Junsu meskipun ada setitik yang sakit diujung kanannya, namun entah mengapa
rasa sakit itu seperti menjadi sebuah awal baginya. Baginya dan bagi Junsu.
***
Seorang namja terlihat sedang duduk disebuah ruangan yang
sederhana sambil menampakkan raut wajah penuh kegelisahan.
“Bagaimana?” kata namja itu dengan penasaran
“75% persen matamu cocok dengan mata milik Han Shin Di” kata
namja lain yang memegang sepucuk surat ditangannya
“Benarah? Kalau begitu.. aku dapat mendonorkannya bukan?”
kata namja itu ragu namun berusaha meyakinkan dirinya
“Tapi, kami tidak menerima donor dari orang yang masih hidup,
Tuan” kata namja lain yang berpakaian serba putih itu
“Tenang saja, tidak lama lagipun.. aku akan pergi..” katanya
“Eh? Maksud anda?” kata dokter tersebut
“Tidak, bukan apa-apa.. sebaiknya saya undur diri dulu
dokter” katanya sambil membungkukkan badannya kemudian beranjak pergi
Namja itupun menutup pintu ruang kerja dokter itu dan
membalikkan tubuhnya sambil menatap hampa lantai yang ada dibawahnya. Desahan nafas
keluar dengan beratnya dan kemudian ia kembali bergumul dengan pikirannya
“Apakah ini yang
terbaik?” batinnya
Perlahan ia menegadahkan kepalanya dan meyakinkan dirinya
sendiri bahwa inilah yang ia inginkan. Kembali ia menarik sebuah nafas panjang
dan mengeluarkannya perlahan. Tergambar sebuah senyuman seorang yeoja
dipikirannya dan kemudian membangkitkan semangatnya
“Ya, ini yang terbaik” katanya sambil menyiratkan sebuah
senyum dan kemudian meninggalkan ruangan itu.
***
Suara langkah kaki terdengar begitu mengisi ruangan itu.
telihat seorang namja kini tengah berjalan menuju ke arah bagian pendaftaran dan kemudian seorang yeoja berbaju putih tersenyum
kepadanya. Terlihat ada sedikit keraguan diwajahnya namun masih diselingi
dengan senyum terbaik miliknya
“Demi dirinya” batin
namja itu
“Ada yang bisa kubantu?” kata yeoja yang berada di meja pendaftaran
tersebut
“Ya, aku ingin mengisi formulir untuk mendonorkan mata” kata
namja itu tegas
“Demi Han Shin Di”
“Baik, akan saya isi, atas nama siapa?” kata yeoja itu
kemudian
“Ini yang terbaik”
“Jung Yunho” kata namja itu lagi yang segera dicatat oleh
yeoja itu
TBC
1 komentar:
Kerennn!! Lanjutkan!!
Sarannya mungkin POV nya dikurangi yaa.. Soalnya karena kebanyakan POV jadi lupa sama masalah yang lagi dibahas..
Makasihh yaa..
Posting Komentar