Title : Unpredictabble Love
Author : Cindy Ayu S
Rate: PG 15
Main Chaearcter:
Shim Changmin
Yuuka Shinju (OC)
Disclaemer: Ini ff permintaan sodaraku, jadi kalo misalnya ga sesuai sama selera kalian mohon maaf aja yah hha dan buat sodaraku yang baca moga moga suka dan selamat membaca :DD
Ia menatapnya, lagi. Bahkan untuk kesekian kalinya matanya
tampak tidak pernah lelah untuk hanya sekedar memandangi punggung tersebut.
Punggung milik seseorang yang telah berhasil mengaitkan hati wanita itu padanya
hingga ia tidak dapat berpikir jernih kini. Yang ia inginkan hanyalah agar mata
ini dapat terus menatapnya.Menatap punggung seorang Shim Changmin.
“Apa kau punya penghapus?” tanya Changmin yang kini tengah
membalikkan kepalanya kebelakang dan menatap gadis yang tengah asik merekam
setiap gerak pria tadi
“O-.. ini” jawab gadis itu reflek mencari tempat pensil dan
memberikan penghapus miliknya untuk pria yang bernama Changmin tersebut
“Ini, terimakasih” katanya datar namun tetap memandang gadis
itu dengan mata coklatnya walau hanya sesaat
Terasa debaran jantung gadis itu bergetar hebat dan aliran
darahnya mengalir cukup kencang saat itu. Sebuah perasaan hangat menjalar
disekitar pipinya. Ah, ia merona rupanya. Sebuah bercak merah muda mengitari
pipinya yang putih itu. Kembali matanya mencari sang pemilik punggung yang
jelas masih terduduk dihadannya. Perasaan hangat disekitar dadanya itu kembali
menjalar mengitari tubuhnya dan menimbulkan sebuah tarikkan pada kedua sisi
bibirnya. Pria itu berhasil membuatnya tersenyum lagi hari ini.
“Hei, Yuuka” suara familiar itu terdengar lagi
“Eh? Aku?” jawab gadis itu reflek saat suara itu memanggil
namanya. Yuuka.
“Ya, kau , Yuuka Shinju“ nada datarnya yang terkesan dingin
itu kembali tersambut ditelinga Yuuka
“Eh? Ada apa?” kata Yuuka berusaha menanggapinya sambil
menahan debar jantung yang kini menghentak sangat kencang pada dadanya
“Berhentilah menatapku dan konsentrasilah pada pelajaran”
katanya kemudian tanpa menatap Yuuka dengan nada yang datar
Seketika Yuuka menundukkan kepalanya sambil menahan deru
nafasnya yang kala itu tercekat. Degup jantungnya kini kembali menggema keras
menghantam hingga menyesakkan dadanya. Rona merah muda pada pipinya kini tampak
menghiasi seluruh wajahnya. ia malu. Ia sangat malu. Bagaimana bisa ia
tertangkap basah tengah mengamati sosok namja dihadapannya itu? Sosok yang
telah berhasil merebut perhatiannya sejak saat itu.
FLASHBACK
“AH! SIKE!” pekik gadis itu sambil meratapi buku buku yang
kini tergeletak tidak karuan dihadapannya
Ia merasa sangat kesal pada buku buku yang sudah susah payah
ia bereskan kini harus kembali tergeletak tanpa aturan dihadapannya hanya
karena tidak ditaruh dengan benar pada rak buku yang seharusnya.
“Buku perpustakaan ini menyusahkanku saja!” umpatnya
menumpahkan segala kekesalannya
Kembali tangan tangan mungil gadis itu berusaha meletakkan
buku buku itu pada rak yang terdapat diatasnya. Perlu ia akui, mungkin penyebab
buku itu selalu terjatuh adalah karena ia tidak menaruhnya dengan benar, namun
bagaimanapun ia tidak dapat melakukan hal lain selain berjinjit dan menaruhnya
asal. Baginya, rak buku itu adalah rak buku neraka pembawa kesialan yang selalu
menyusahkannya. Sayangnya, semua buku favoritnya terdapat pada rak tersebut.
“AAAHHHH.. menyebal..” belum sempat ia menyelesaikan segala
umpatannya, ia merasakan pegangan pada bukunya terasa ringan ditangannya dan
terlepas dari tangannya dengan mudah
Tampak sebuah tangan yang kini tengah memegangi bukunya
ringan dan menaruhnya tanpa kesulitan dirak tinggi tersebut. Sang pemilik
tangan tersebut hanya terdiam sambil menata buku perpustakaan itu dengan rapi
dan meyakinkan tidak akan ada buku lagi yang terjatuh. Sementara Gadis itu
hanya dapat menatap kagum pada pria tersebut. Perlu ia akui salah satu faktor
yang membuat pria itu menarik adalah tubuh tingginya yang mempesona.
Seketika pria tersebut berbalik dan menatap datar pada gadis
itu. Baiklah, perlu diakui lagi bahwa mata milik pria itu cukup membuatnya
hanyut kala itu. Terasa getaran getaran halus kini menyerang dadanya saat bola
matanya berhasil menangkap pantulan dirinya di bola mata pria itu.
“Jangan teriak lagi. Kau menggangguku” ucap pria itu sedatar
tatapannya dan lalu memalingkan mukanya dan melangkah menjauhi gadis itu
FLASHBACK END
***
“Pertahankan terus nilaimu, Shim Changmin” kata seorang
sensei yang baru saja memberikan lembar ulangan pelajaran matematika pada
Changmin
“Ah, pasti. Arigatou Yoda- sensei” jawab Changmin menerima
lembaran ulangannya
Yoda sensei pun melanjutkan langkahnya menuju kepada orang
yang tepat berada di belakang Changmin. Ya. Itu adalah Yuuka.
“Kau juga, Yuuka, pertahankan nilaimu” kata Yoda-sensei kembali memberikan selembar
kertas yang kini adalah milik Yuuka
Tampak Yuuka yang kini tengah melebarkan matanya menatap tak
percaya pada hasil ulangannya. Tampak jelas hasilnya sangat memuaskan tapi apa
yang paling tidak ia percayai adalah bahwa ia hanya berbeda sedikit saja dari
nilai Changmin. Walaupun perlu ia akui nilai sempurna Changmin belum bisa ia
tandingi.
Bel pun berbunyi menandai berakhirnya mata pelajaran
matematika pada saat itu dan semua murid mendesah berat meratapi hasil
ulangannya.
“Wah, duo jenius itu benar benar, sepertinya mereka itu
lebih baik dijadikan sepasang kekasih saja!” cetus salah satu murid
mengomentari Yuuka dan Changmin
“Ah, aku menyerah, jika seperti ini terus aku tetap saja
akan gagal meraih ranking” celoteh salah seorang anak yang lain
Anak anak kelas murid tetap berkomentar keras tentang hasil
nilai Changmin dan Yuuka yang terlampau sempurna. Terasa sedikit rasa tidak
enak pada dada Yuuka namun ia tidak bisa menyangkal rasa bangga dan rasa
bahagia dalam dadanya. Bangga karena nilainya memuaskan dan bahagia karena
namanya bisa disandingkan dengan seorang Shim Changmin. Sementara Changmin
hanya terdiam dan menatap datar pada selembar kertas yang kini tengah
tergeletak dimejanya
“Sejak Changmin pindah kesini kurasa sangat sulit meraih
kesempatan juara” cetus seorang lagi yang masih tidak terima dengan nilainya
Tiba tiba Changmin bangkit berdiri dan melangkahkan kakinya
yang panjang nan ramping itu kearah pintu kelas. Sebelum ia berjalan melangkah
meninggalkan kelas, sejenak ia berhenti dan menatap pada salah seorang anak
yang sejak tadi mengeluh akan nilai dan tampak putus asa itu.
“Kau ingin nilaimu lebih baik lagi? Belajarlah dari
pengalamanmu saat ini” katanya dingin sebelum akhirnya meninggalkan kelas
Murid yang dikatai dingin itu hanya dapat terdiam sambil
berusah mencerna setiap perkataan Changmin saat itu. Seketika ia menggaruk
kepala belakangnya yang tidak gatal dan mendesah frustasi.
“Anak baru itu benar benar menyebalkan!” katanya menatap
risih
Yuuka hanya dapat menatap kepergian Changmin dengan tatapan
yang tidak dapat diartikan. Dapat tertangkap pandangan kaget sekaligus kagum.
Entah mana yang dapat kau lihat dari bola mata coklat miliknya itu. ia hanya
dapat menatap punggung laki laki itu lagi. Lagi lagi hanya menatapnya dari
jauh.
PLETAK! Yuuka memukul kepala pria yang baru saja diceramahi
Changmin itu dengan buku pelajaran matematika yang sejak tadi digenggamnya dan
menimbulkan kekagetan siswa lain disekitarnya
“Aish! Apa apaan kau Yuuka?!” pekiknya kesal pada Yuuka
“Ya! Kau sudah dengar sendiri dari Changmin bukan?? Kau
harus belajar dari pengalamanmu jika ingin mendapatkan nilai yang lebih baik
lagi!” Kata Yuuka membela Changmin
“Mudah bagimu untuk mengatakannya karena kau memang setara
dengan si Korea itu!” pekiknya lagi semakin kesal mendengar yuuka membela
Changmin
“Ya! Dia punya nama Tooru!! Namanya itu Shim Changmin!”
bentak Yuuka kembali membela Changmin
“Ya, ya, bagaimana kau saja! Aku tidak perduli!” jawab laki
laki yang bernama Tooru itu mulai malas dan ikut meninggalkan kelas
“Ya!! Yamahiro Tooru!!” Panggil gadis itu kesal sambil
memandang Tooru
***
“Aku menyukai mu saat
kau bermain gitar”
“Shim Changmin, aku
mencintaimu”
“Maaf, aku harus
pergi”
“Aku mencintaimu”
Changmin membuka matanya lebar mencoba membawa dirinya
kembali ke alam kenyataan. Lagi lagi hal itu selalu berputar dalam kepalanya
dan terngiang hingga terdengar pada telinganya. Tiap kata demi kata terasa
begitu terekam dalam kepalanya membuat sebuah denyutan kecil yang menyakiti
kepalanya. Terasa deru nafas Changmin yang tidak beraturan kala itu.
“Tapi aku membencimu” katanya pada dirinya sendiri seakan
menjawab tiap kata yang masih berputar dalam kepalanya
Setelah berhasil mengembalikan deru nafasnya yang tadi tidak
beraturan, Changmin menatap sekelilingnya yang terasa familiar.
“Ah, aku ketiduran lagi” katanya sambil membangkitkan
dirinya yang tadinya tertidur sambil menyenderkan dirinya didinding
Kakinya yang panjang itu kembali mengambil langkah menuju ke
pintu keluar ruangan yang baru saja ia tempati tadi. Perpustakaan. Ya, ia
sangat menyukai saat saat berada diperpusatakaan. Selain karena jarang sekali
siswa yang mengunjunginya, tempat itupun cukup sunyi dan tenang sehingga ia
dapat menghilangkan segala kepenatannya disana.
Belum genap langkahnya menuju pintu keluar, telinganya
menangkap sebuah suara yang juga tidak begitu asing ditelinga. Sebuah petikkan
gitar yang mengalun cukup merdu ditelinganya. Mendengar suara yang menarik
dirinya tanpa ragu kakinya pun menarik langkah untuk menuju asal suara yang
terdapat diruang musik tersebut. ruangan yang tidak terlalu jauh dari ruang
perpustakaan mengingat suara gitarnya dapat begitu terdengar ditelinganya.
Matanya menangkap sesosok gadis yang kini tengah mengalunkan
nada dengan asal kala itu namun tetap terdengar merdu ditelinganya. Ia menatap
tangan kiri gadis tersebut yang tengah memainkan kunci C, berganti menjadi G,
lalu C lagi dan lalu Dm. Rasa rindu menguap dari dalam dada Changmin dan seakan
akan ingin melonjak dan menuju kedalam ruangan itu
“Aku menyukaimu saat
bermain gitar”
Seketika sebuah kalimat yang menggema dalam kepalanya
kembali menurunkan gelora yang terdapat pada dada Changmin. Rasa rindunya yang
hendak menggebu kini tertahan oleh deru amarah yang kini tampak pada sekitar
wajahnya. dan hanya dengan mengingat kalimat itu, langkah kakinya berhasil
menjauhi ruang musik itu dan membawanya berlalu.
***
“Aish, ini menyebalkan!!” pekik Yuuka frustasi sambil
memegangi gitar yang kini terdapat dalam pelukkannya
Ia memainkan nada C, ke G, lalu C dan berakhir pada Dm,
namun rasanya masih sangat janggal setiap kali ia berusaha memainkan nada itu.
“Ah.. adakah yang bisa mengajariku??” katanya sambil menarik
nafas panjang dan mengeluarkannya dengan berat
“Sedang apa kau disini?” terdengar suara yang cukup
menggetarkan hati Yuuka saat itu. suara yang sangat tidak asing dan bahkan
suara yang paling ingin ia dengar saat itu
“A.. Changmin??” kata Yuuka gugup menatap pemandangan yang
cukup menghibur hatinya
“Sedang apa kau disini?” kata Changmin kembali mengulang
pertanyaannya sambil memasukkan tangannya pada saku celananya
Yuuka hanya menatap Changmin kecut sambil mempoutkan
bibirnya sesaat dan lalu menunjuk pada gitarnya
“Bermain gitar” jawabnya kemudian singkat
“Permainanmu buruk” kata Changmin lagi dingin sambil terus
memperlihatkan tatapan datar diwajahnya
“Aku tau” jawab Yuuka kembali mempoutkan bibirnya lagi
Terasa hatinya berdetak kencang sementara dan nafasnya
tercekat hebat. Segala usaha dan upaya yang ia lakukan untuk mengendalikan diri
kini hanya dapat membuat percakapan percakapan singkat diantara mereka. Yuuka
kembali mendesahkan nafasnya berat tanpa menatap Changmin
“Akan kuberi kau sebuah saran” kata Changmin kemudian
membuat Yuuka mau tak mau harus menatap sang pemilik mata coklat yang
mendebarkan hatinya itu
“Gunakan hatimu lalu biarkan tanganmu menyalurkannya” saran
Changmin
“Aku sudah menggunakan hati kok” kata Yuuka berusaha membela
dirinya untuk pertama kalinya dihadapan Changmin
“Kau menggunakan hatimu” kata Changmin menatap gadis itu
dengan berbeda
“Tapi kau tidak membiarkan tanganmu menyalurkannya”
lanjutnya
“Eh?” reflek Yuuka
Terlihat tatapan pada mata Changmin yang tampak berapi api
seakan rasa semangat kini tengah menguasai seluruh tubuhnya. Namun sebisa
mungkin ia tutupi pada gadis dihadapannya ini.
“Kau telah bermain menggunakan hatimu, aku tau itu, namun
kau tidak membiarkan tanganmu yang menyampaikannya” jelas Changmin pada
akhirnya
“Aku.. tidak.. mengerti...” ucap Yuuka dengan tatapan
bingung
Changmin hanya dapat menghela nafasnya berat sambil
menyilangkan tangannya didepan dadanya. Ia menatap gadis itu frustasi. Memang
sebuah perkataan akan lebih mudah diucapkan dari pada sebuah tindakkan namun
bagaiman mungkin gadis sejenius ini tidak mengerti maksud perkataannya?
“Perlukah aku mengajarimu?” ajak Changmin
DEG! Terasa getaran itu semakin merajalela disekitar tubuh
Yuuka, terasa tangannya yang hangat kini terasa dingin saking gugupnya.
Bagaiman tidak? Seorang yang sangat ia kagumi, kini menawarkan dirinya
mengajarinya bermain gitar.
“Apa kau bersedia mengajariku?” tanya Yuuka meyakinkan
dirinya bahwa ini bukan mimpi
“Tidak” jawab Changmin datar
“EEEHH??” Teriak Yuuka kaget sekaligus kecewa
“Kau membuatku berubah pikiran” jawab Changmin
“A.. Apa??” tanya Yuuka bingung
“Kau bertanya ulang, apa kau tidak mempercayaiku?” Changmin
bertanya balik
“A..aku hanya..” Belum selesai Yuuka berpendapat Changmin
sudah memotong perkataannya lebih dulu
“Kalau kau saja tidak mempercayaiku, bagaimana mungkin aku
mengajarimu?” kata Changmin sedikit menggebu kali ini seakan tidak sabar dalam
setiap perdebatan kala itu
Yuuka terdiam. Untuk pertama kalinya, benar benar pertama
kalinya, ia tidak lagi harus menatap punggung seorang Shim Changmin. Kini, ia
sedang dihadapkan pada sebuah pilihan yang ia rasa ia sangat tahu mana yang
akan ia pilih.
“Aku percaya padamu, ajari aku Changmin sensei” kata Yuuka
kemudian mengembangkan senyumnya yang untuk pertama kali terkembang cukup lebar
dihadapan Changmin
Inilah yang Yuuka pilih. Bukan lagi menatap punggung seorang
Shim Changmin. Ia ingin menatap Shim Changmin yang sesungguhnya. Setidaknya ia
percaya saat ini, Changmin juga sudah menatapnya bukan? Walau hanya melalui
sudut mata, bukan berarti suatu saat Changmin tidak akan menatapnya dengan
seutuh matanya bukan?
***
“Kau bilang kau mau mengajariku, tapi kenapa kau bahkan
tidak mau menunjukkan permainan gitarmu padaku??” kata Yuuka mulai dapat
mengendalikan dirinya pada Changmin kala itu, pada satu sisi ia sangat merasa
berdebar namun pada sisi lain ia pun merasa tidak sabar untuk mempelajari
gitar.
“Aku bilang aku akan mengajari bukan berati aku akan bermain
gitar” tangkis Changmin membela dirinya
“Tapi tidak semua dapat kumengerti melalui teori” tegas
Yuuka yang mulai tidak sabaran
“Tapi semua praktek akan terasa percuma bila kau tidak tau
teorinya” kata Changmin mulai tampak tidak suka dengan sifat Yuuka yang tidak
sabaran
“Bilang saja sebenarnya kau tidak bisa bermain gitar”
DEG! Jantung Yuuka berdetak cukup kencang tidak menyadari
perkataan yang ia keluarkan begitu saja yang mengalir dari kepalanya.
“Bagus sekali Yuuka
Shinju, belum sehari kau membuatnya bersamamu dan kau akan membuatnya meninggalkanmu”
umpat Yuuka dalam hati
“A...” Yuuka berusaha menganulir perkataannya sebelum
Changmin akhirnya menyela nya
“Aku bisa” kata Changmin dengan pancaran yang berbeda dari
sinar matanya yang coklat itu
Yuuka kembali meneguhkan hatinya, mungkin ia harus menahan
rasa bersalahnya dan mempertahankan keteguhan hatinya. Bagaimanpun juga,
sekagum apapun Yuuka terhadap Changmin, ia sangat tidak suka pada pria yang
terlalu banyak bicara.
“Lalu? Apa kau membenci gitar?” kata Yuuka memberi pukulan
tersendiri bagi dada Changmin
“Tidak” jawab Changmin datar namun tidak sedatar tatapannya. Dapat terlihat kobaran lain
dimatanya. Bukan kobaran semangat untuk mengajar lagi, namun kobaran penuh
amarah yang terlihat kali ini.
“Aku tidak membencinya” lanjut Changmin yang ternyata belum
menyelesaikan perkataannya
“Aku hanya dendam padanya” kata Changmin lagi yang
mengakhiri perkatannya dengan seulas senyum tipis disekitar wajahnya
Hening. Itulah yang kini terasa diantara Changmin dan Yuuka.
Mereka terdiam dan kecanggungan pun terasa disekitar mereka. Mendengar
pernyataan terakhir yang diberikan Changmin memberikan efek tertentu terhadapa
Yuuka. Ia menjadi merasa bersalah karena harapannya untuk dapat berdekatan
dengan Changmin seakan hanya menjadi beban untuk Changmin.
Sementara Changmin pun terdiam menyadari kebodohannya yang
telah membeberkan rahasianya secara tidak langsung pada seorang gadis yang
bahkan baru menjadi teman sekelasnya selama satu bulan. Yah, satu bulan sejak
kepindahannya ke Jepang dan gadis inilah yang berhasil membuatnya kembali pada
memori masa lalunya.
***
Ia menatapnya lagi, menatap lengkungan tua yang kini tengah
terpajang disebuah etalase toko. Menatap sebuah lekukkan pada sebuah gitar yang
sempat membuatnya bernostalgia selama beberapa waktu.
“Ck, menyebalkan” desahnya pelan lalu mengambil langkah
meninggalkan toko tersebut
“Aku menyukaimu saat bermain
gitar”
Dan lagi terngiang sebuah kalimat yang berputar putar
dikepalanya. Kalimat yang selalu berhasil membuat kobaran lain dalam hatinya
dan membangkitkan rasa amarah yang begitu menggema hingga menggetarkan
tubuhnya. Sebuah perkataan yang berhasil memutar balikkan waktu dan
mengembalikkannya ke masa lalu. Masa lalu yang tidak akan pernah ia lupakan
bahkan hingga hari ini. Hingga hari ia memutuskan kembali menginjakkan kakinya
kembali ke Jepang. Sejak saat itu dan hingga saat ini, kepalanya masih merekam
dengan baik apa yang terjadi saat itu.
“Maaf, aku tidak bisa
bersamamu untuk waktu yang lama”
“Maafkan aku Shim
Changmin”
“Aku mencintaimu”
“Aku membencimu!” ucapnya pelan dan sangat dingin masih sambil
mengamati sebuah gitar yang dengan manisnya terduduk disebuah etalase toko
musik.
Cukup lama baginya untuk mengembalikkan deru nafasnya
kembali pada nafas yang teratur dan memalingkan wajahnya hanya untuk sekedar
melangkah menjauhi tempat itu. namun Changmin tau, sejauh apapun ia akan
melangkah, sesulit apapun ia akan mencoba menjauhi memori masa lalunya. Kakinya
akan selalu membawanya kembali ke tempat ini. Kembali ketempat ini walaupun
iatidak menginginkannya.
***
“Sudah sebulan berlalu dan kulihat belum ada perubahan
padamu” kata seorang pria paruh baya yang membuat langkah Changmin terhenti
sebelum ia sampai memasuki kamarnya
“Memangnya perubahan apa yang ahjussi (paman) harapkan?”
balas Changmin
“Lupakan saja, mungkin kau memang tidak akan pernah bisa
seperti dulu lagi” kata pria yang ia panggil ahjussi
“’Dulu’? Memang aku yang seperti ‘dulu’ itu bagaimana?”
tanya Changmin yang mulai merasa risih
“Kubilang lupakan saja” jawab Yong Ah ahjussi tersebut tak
kalah dingin dari Changmin
“Setidaknya jawab salah satu pertanyaanku” kata Changmin
lagi masih menatap risih pamannya
Ahjussi itu hany mendesah pelan sambil menatap Changmin
dengan tatapan rindu. Ia merekam segala penampilan Changmin kala itu. Rambutnya
masih tetap terlihat rapi, gaya berpakaiannya juga masih baik baik saja, namun
tetap saja ada yang berbeda. Tatapan matanya begitu kosong, Senyuman
diwajahnnya jarang bahkan tidak pernah terlihat lagi. Changmin yang dulu adalah
Changmin yang selalu tersenyum dan sangat innocent tapi Changmin yang sekarang
benar benar diluar bayangan Yong Ah
kini.
“Sudah hampir setahun, dan apakah kau tidak bisa
membiarkannya pergi begitu saja? Setidaknya, aku ingin melihat senyum itu
kembali lagi terukir diwajahmu. Kau yang dulu adalah sosok yang selalu
tersenyum hangat seberat apapun masalah yang kau alami. Kau yang dulu adalah
sosok yang selalu akan memancarkan kobar semangat pada matamu. Bahkan sebulan
sejak kau memutuskan pindah ke Jepang apakah kau tidak dapat merasakan
perbedaan pada hidupmu?” Jawab Yong Ah
Changmin terdiam. Bukan karena ia berusaha mencerna
perkataan pamannya. Justru ia mengerti jelas apa yang dikatakan oleh pamannya.
Ia sangat mengerti bahwa kini ia memang sudah tidak seperti dulu lagi. Kadang
ia juga rindu untuk melakukan hal seperti ulu, namun perasaan yang mengendap
pada hatinya lebih menguasainya dan menenggelamkan segala perasaan bahagia
dalam dadanya. Yang ia rasakan kini hanyalah sebuah rasa amarah.
“Kubilang hanya salah satu pertanyaanku” kata Changmin
kemudian menanggapi pernyataan Yong Ah
“Tapi aku ingin menjelaskan keduanya” jawab Yong Ah yang
menatap Changmin dengan rasa tak tega namun juga menegaskan perasaannya
“Wakatta” kata Changmin mengalihkan pandangannya dari Yong
Ah ahjussi
“Changmin ah” panggil Yong Ah kemudian
“Arraseo , wakatta, ahjussi” Kata Changmin sekaligus dalam
dua bahasa sambil kemudian menarik dua sudut bibirnya dan membentuk sebuah
senyuman. Senyuman yang akhirnya dapat ia perlihatkan lagi dihadapan orang lain.
Walaupun tidak sepenuhnya tulus dalam hatinya, namun dengan senyum itu ia
merasakan hatinya cukup hangat kini.
Bukan berarti selama setahun ini ia tidak pernah tersenyum.
Selama di Korea, Changmin selalu tersenyum, ia akan selalu tersenyum agar ia
tidak membuat orang yang ia sayang melihatnya yang begitu kesakitan saat itu.
Namun sekeras apapun Changmin berusaha tersenyum, kadang kehangatan dalam
hatinya masih belum bisa menutupi dinding dadanya yang terasa membeku akibat
luka yang telalu dalam yang berhasil menghunus hatinya. Hingga akhirnya ia
memilih meninggalkan Korea dan pergi ke Jepang, ke tempat yang sebenarnya hanya
akan membawanya kembali ke masa terkelamnya.
“Apa kau menemukkan sesuatu yang menarik disekolahmu?” tanya
Yong Ah kemudian
Changmin terhenti lagi dari langkahnya dan lalu mengingat
ingat kejadian apa saja yang baru ia alami seharian tadi.
“Aku percaya padamu,
ajari aku Changmin sensei” sekilas
terdengar suara seorang gadis yang cukup menyita waktunya hari ini dikepalanya
“Yah, aku rasa aku menemukan sesuatu” katanya masih
memandang langit langit rumah sambil mengingat kejadian yang ia alami dengan
Yuuka
“Apa itu?” tanya Yong Ah penasaran
Changmin masih terus menatap langit langit rumahnya dengan
wajah yang menggemaskan. Sejenak ia mengalihkan tatapannya dan memandang Yong
Ah ragu dan lalu menghela nafasnya perlahan
“Ah, lupakan saja” kata Changmin kemudian lalu melesat
memasuki kamarnya membuat Yong Ah hanya dapat terdiam menatapnya
Changmin menaruh tas
belajarnya dengan sembarang dikasur dan lalu menjatuhkan tubuhnya kemudian. Matanya
memandang hamparan langit langit kamarnya kosong sambil membiarkan pikirannya
melayang pada kejadian seharian ini.
Yuuka Shinju, gadis yang ia ketahui selalu menatapnya selama
ini walau tidak pernah mengganggunya secara langsung itu baru saja berbicara
langsung dengannya. Yah, bagaimana pun
Changmin bukan tidak menyadari bahwa gadis itu tidak tertarik padanya, namun
Changmin juga bukan pria bodoh yang dengan terang terangan mempermalukkan
perasaan gadis itu. ia tahu rasanya menyukai seseorang yang tidak pernah
menyukaimu atau sekedar mengetahui kau menyukainya. Bagi Changmin saat itu,
selama masih ada jarak diantara mereka, hal itu tidak akan menjadi masalah baginya.
Kembali pikirannya menerawang pada kejadian yang terjadi
beberapa waktu lalu, ketika untuk pertama kalinya di Jepang, ia berdekatan
dengan gitar lagi. Bukan hanya menatap sesosok gitar yang dipajang di etalase
toko, namun juga berdekatan bahkan mendengarkan setiap petikan nada yang
mengalun darinya. Dan untuk pertama kalinya saat itu, rasa rindu itu berhasil
terlampiaskan. Telinganya dapat mendengar alunan gitar itu.
“Aku percaya padamu,
ajari aku Changmin sensei”
Lagi perkataan Yuuka menggema pada kepalanya dan membuat
seulas senyum tipis pada wajah Changmin. Sudah satu bulan dan akhirnya Changmin dapat
tersenyum setenang itu lagi. Terasa sebuah perasaan menggebu dalam dadanya yang
membuatnya kembali bersemangat. Ia ingat bagaimana langkah kakinya berjalan
begitu cepat melangkah meninggalkan ruangan musik tadi, namun ia juga ingat
bagaimana akhirnya kakinya itu kembali pada ruangan tadi
“Aku tidak membencinya”
“Aku hanya dendam
padanya”
Benar. Ia tidak membenci gitar, bahkan ia masih dapat
merasakan kobaran semangat ketika ia mendengar petikkan gitar yang dimainkan
Yuuka. Ia tidak membencinya, hanya saja sejak hari itu, ia memendam sebuah
amarah pada alat musik yang bergelombang tersebut. Ia sangat dendam pada alat
musik itu.
***
“Ini menyebalkan” umpat Yuuka ketika mengamati gitar
dihadapannya yang sudah kehilangan seutas senarnya lagi
“Mungkin bukan jodohmu bermain gitar, Yuu!” ucap seorang
gadis lain yang adalah sepupu Yuuka yang bernama Haruno Kaika itu
“Aish, tapi aku suka bermain gitar!” protes Yuuka memeluk
gitarnya sayang
“Hahaha, aku tau, hmm, bagaimana kalau kita beli yang baru? Aku
melihat sebuah gitar yang kurasa akan kau sukai” kata Haruno
“Mahal?” tanya Yuuka mengingat sisa uang tabungannya kala
itu yang tidak terlalu banyak
“Entahlah, kita akan tau setelah melihatnya” jawab Haruno
kemudian
Setelah menimbang cukup lama, Yuuka pun menganggukkan
kepalanya dan lalu mengambil sweaternya untuk pergi keluar menuju toko yang
dimaksud oleh Haruno. Tampak sangat jauh dari kawasan elit Tokyo namun ternyata
Haruno benar, sekali melihat gitar itu saja sudah membuat mata Yuuka berbinar
bagai bintang sedang mengerubungi matanya.
“Bagaimana?” tanya Haruno saat kemudian melihat Yuuka sudah
memeluk gitar lain yang baru saja ia beli dari toko tadi
“Ahhh~Minnie rasanya hangat” kata Yuuka senang sambil terus memeluk
gitarnya itu erat
“M.. Minnie?” tanya Haruno bingung mendengar nama yang asing
ditelinganya
“Hai, Minnie, nama gitarku yang baru ini!” katanya
memandangi gitarnya lagi dengan wajah penuh senyuman dan menggebu gebu
“Minnie? Haha, jadi apa nama gitarmu yang lama? Micky?”
canda Haruno
“Aish, aku itu punya alasan tertentu memberi namanya Minnie!”
kata Yuuka kesal masih memeluk gitarnya
yang bernama Minnie itu
“Wakatta, wakatta, haha” kata Haruno menghentikan candaannya
“Ah~ aku senang bisa membeli gitar ini walau harus merelakkan
gitar yang lama” ucap Yuuka yang menghela nafasnya pelan
“Mmm.. baguslah” kata Haruno menganggukkan kepalanya
“Aku juga senang kau mau menemaniku selama ini” ucap Yuuka
lagi memberikan aura yang berbeda pada mereka berdua
Terasa hening sesaat diantara mereka
“Sudah tugasku, Yuuka” kata Haruno akhirnya menghentikan
keheningan diantara mereka
“Arigatou” kata Yuuka kemudian tersenyum menatap Haruno
masih memeluk ‘Minnie’-nya
“Hm, dou itashimashite” balas Haruno dengan tersenyum
***
Kaki itu melangkah tanpa ragu menuju kesebuah ruangan yang
mungkin akan selalu menjadi tempat bersandarnya yang baru kali ini. Ruang
musik. Ruang dimana sang pemilik kaki ini akan menghabiskan waktunya melawan
kepenatan hatinya dan membiarkan hatinya kembali menerima sesuatu yang sudah
sangat ia rindukkan itu.
Cukup lama Changmin berdiri sambil mendengarkan petikan
gitar yang kini terasa lebih halus itu. Harus ia akui, sepertinya kali ini
gadis itu sudah mendapatkan kemajuan yang pesat. Jika begitu, mungkin waktu
yang harus ia habis kan dengan sesuatu yang selalu mengusik hatinya hanya akan
berjalan sementara. Ada kelegaan sekaligus keengganan yang memukul dada
Changmin.
Sejenak ia mengatur nafasnya sebelum memasuki ruangan itu.
“Ah, Changmin sensei, kau sudah datang rupanya” sambut Yuuka
sambil kembali mengembangkan senyum termanisnya seraya menahan debaran debaran
halus disekitar dadanya
Mata Changmin membuka lebar dan nafasnya tercekat untuk
sementara waktu. Ia melihat suatu pemandangan yang sejujurnya sangat ia benci
hari ini, untuk pertama kalinya, benar benar pertama kalinya ia merasakan
amarah yang begitu menggebu dalam dadanya. Sebuah hal yang familiar dimatanya,
kepalanya, bahkan hatinya kini tampak dengan jelas didepan matanya seakan
mengganggunya. Tidak, ini benar-benar mengganggunya
“Kau...”
TBC