Kamis, 27 September 2012

FF Straight "Unpredictabble Love" Part 1


Title : Unpredictabble Love

Author : Cindy Ayu S

Rate: PG 15
 
Main Chaearcter:
Shim Changmin
Yuuka Shinju (OC)

Disclaemer: Ini ff permintaan sodaraku, jadi kalo misalnya ga sesuai sama selera kalian mohon maaf aja yah hha dan buat sodaraku yang baca moga moga suka dan selamat membaca :DD

Ia menatapnya, lagi. Bahkan untuk kesekian kalinya matanya tampak tidak pernah lelah untuk hanya sekedar memandangi punggung tersebut. Punggung milik seseorang yang telah berhasil mengaitkan hati wanita itu padanya hingga ia tidak dapat berpikir jernih kini. Yang ia inginkan hanyalah agar mata ini dapat terus menatapnya.Menatap punggung seorang Shim Changmin.
“Apa kau punya penghapus?” tanya Changmin yang kini tengah membalikkan kepalanya kebelakang dan menatap gadis yang tengah asik merekam setiap gerak pria tadi
“O-.. ini” jawab gadis itu reflek mencari tempat pensil dan memberikan penghapus miliknya untuk pria yang bernama Changmin tersebut
“Ini, terimakasih” katanya datar namun tetap memandang gadis itu dengan mata coklatnya walau hanya sesaat
Terasa debaran jantung gadis itu bergetar hebat dan aliran darahnya mengalir cukup kencang saat itu. Sebuah perasaan hangat menjalar disekitar pipinya. Ah, ia merona rupanya. Sebuah bercak merah muda mengitari pipinya yang putih itu. Kembali matanya mencari sang pemilik punggung yang jelas masih terduduk dihadannya. Perasaan hangat disekitar dadanya itu kembali menjalar mengitari tubuhnya dan menimbulkan sebuah tarikkan pada kedua sisi bibirnya. Pria itu berhasil membuatnya tersenyum lagi hari ini.
“Hei, Yuuka” suara familiar itu terdengar lagi
“Eh? Aku?” jawab gadis itu reflek saat suara itu memanggil namanya. Yuuka.
“Ya, kau , Yuuka Shinju“ nada datarnya yang terkesan dingin itu kembali tersambut ditelinga Yuuka
“Eh? Ada apa?” kata Yuuka berusaha menanggapinya sambil menahan debar jantung yang kini menghentak sangat kencang pada dadanya
“Berhentilah menatapku dan konsentrasilah pada pelajaran” katanya kemudian tanpa menatap Yuuka dengan nada yang datar
Seketika Yuuka menundukkan kepalanya sambil menahan deru nafasnya yang kala itu tercekat. Degup jantungnya kini kembali menggema keras menghantam hingga menyesakkan dadanya. Rona merah muda pada pipinya kini tampak menghiasi seluruh wajahnya. ia malu. Ia sangat malu. Bagaimana bisa ia tertangkap basah tengah mengamati sosok namja dihadapannya itu? Sosok yang telah berhasil merebut perhatiannya sejak saat itu.
FLASHBACK
“AH! SIKE!” pekik gadis itu sambil meratapi buku buku yang kini tergeletak tidak karuan dihadapannya
Ia merasa sangat kesal pada buku buku yang sudah susah payah ia bereskan kini harus kembali tergeletak tanpa aturan dihadapannya hanya karena tidak ditaruh dengan benar pada rak buku yang seharusnya.
“Buku perpustakaan ini menyusahkanku saja!” umpatnya menumpahkan segala kekesalannya
Kembali tangan tangan mungil gadis itu berusaha meletakkan buku buku itu pada rak yang terdapat diatasnya. Perlu ia akui, mungkin penyebab buku itu selalu terjatuh adalah karena ia tidak menaruhnya dengan benar, namun bagaimanapun ia tidak dapat melakukan hal lain selain berjinjit dan menaruhnya asal. Baginya, rak buku itu adalah rak buku neraka pembawa kesialan yang selalu menyusahkannya. Sayangnya, semua buku favoritnya terdapat pada rak tersebut.
“AAAHHHH.. menyebal..” belum sempat ia menyelesaikan segala umpatannya, ia merasakan pegangan pada bukunya terasa ringan ditangannya dan terlepas dari tangannya dengan mudah
Tampak sebuah tangan yang kini tengah memegangi bukunya ringan dan menaruhnya tanpa kesulitan dirak tinggi tersebut. Sang pemilik tangan tersebut hanya terdiam sambil menata buku perpustakaan itu dengan rapi dan meyakinkan tidak akan ada buku lagi yang terjatuh. Sementara Gadis itu hanya dapat menatap kagum pada pria tersebut. Perlu ia akui salah satu faktor yang membuat pria itu menarik adalah tubuh tingginya yang mempesona.
Seketika pria tersebut berbalik dan menatap datar pada gadis itu. Baiklah, perlu diakui lagi bahwa mata milik pria itu cukup membuatnya hanyut kala itu. Terasa getaran getaran halus kini menyerang dadanya saat bola matanya berhasil menangkap pantulan dirinya di bola mata pria itu.
“Jangan teriak lagi. Kau menggangguku” ucap pria itu sedatar tatapannya dan lalu memalingkan mukanya dan melangkah menjauhi gadis itu
FLASHBACK END
***
“Pertahankan terus nilaimu, Shim Changmin” kata seorang sensei yang baru saja memberikan lembar ulangan pelajaran matematika pada Changmin
“Ah, pasti. Arigatou Yoda- sensei” jawab Changmin menerima lembaran ulangannya
Yoda sensei pun melanjutkan langkahnya menuju kepada orang yang tepat berada di belakang Changmin. Ya. Itu adalah Yuuka.
“Kau juga, Yuuka, pertahankan nilaimu”  kata Yoda-sensei kembali memberikan selembar kertas yang kini adalah milik Yuuka
Tampak Yuuka yang kini tengah melebarkan matanya menatap tak percaya pada hasil ulangannya. Tampak jelas hasilnya sangat memuaskan tapi apa yang paling tidak ia percayai adalah bahwa ia hanya berbeda sedikit saja dari nilai Changmin. Walaupun perlu ia akui nilai sempurna Changmin belum bisa ia tandingi.
Bel pun berbunyi menandai berakhirnya mata pelajaran matematika pada saat itu dan semua murid mendesah berat meratapi hasil ulangannya.
“Wah, duo jenius itu benar benar, sepertinya mereka itu lebih baik dijadikan sepasang kekasih saja!” cetus salah satu murid mengomentari Yuuka dan Changmin
“Ah, aku menyerah, jika seperti ini terus aku tetap saja akan gagal meraih ranking” celoteh salah seorang anak yang lain
Anak anak kelas murid tetap berkomentar keras tentang hasil nilai Changmin dan Yuuka yang terlampau sempurna. Terasa sedikit rasa tidak enak pada dada Yuuka namun ia tidak bisa menyangkal rasa bangga dan rasa bahagia dalam dadanya. Bangga karena nilainya memuaskan dan bahagia karena namanya bisa disandingkan dengan seorang Shim Changmin. Sementara Changmin hanya terdiam dan menatap datar pada selembar kertas yang kini tengah tergeletak dimejanya
“Sejak Changmin pindah kesini kurasa sangat sulit meraih kesempatan juara” cetus seorang lagi yang masih tidak terima dengan nilainya
Tiba tiba Changmin bangkit berdiri dan melangkahkan kakinya yang panjang nan ramping itu kearah pintu kelas. Sebelum ia berjalan melangkah meninggalkan kelas, sejenak ia berhenti dan menatap pada salah seorang anak yang sejak tadi mengeluh akan nilai dan tampak putus asa itu.
“Kau ingin nilaimu lebih baik lagi? Belajarlah dari pengalamanmu saat ini” katanya dingin sebelum akhirnya meninggalkan kelas
Murid yang dikatai dingin itu hanya dapat terdiam sambil berusah mencerna setiap perkataan Changmin saat itu. Seketika ia menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal dan mendesah frustasi.
“Anak baru itu benar benar menyebalkan!” katanya menatap risih
Yuuka hanya dapat menatap kepergian Changmin dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. Dapat tertangkap pandangan kaget sekaligus kagum. Entah mana yang dapat kau lihat dari bola mata coklat miliknya itu. ia hanya dapat menatap punggung laki laki itu lagi. Lagi lagi hanya menatapnya dari jauh.
PLETAK! Yuuka memukul kepala pria yang baru saja diceramahi Changmin itu dengan buku pelajaran matematika yang sejak tadi digenggamnya dan menimbulkan kekagetan siswa lain disekitarnya
“Aish! Apa apaan kau Yuuka?!” pekiknya kesal pada Yuuka
“Ya! Kau sudah dengar sendiri dari Changmin bukan?? Kau harus belajar dari pengalamanmu jika ingin mendapatkan nilai yang lebih baik lagi!” Kata Yuuka membela Changmin
“Mudah bagimu untuk mengatakannya karena kau memang setara dengan si Korea itu!” pekiknya lagi semakin kesal mendengar yuuka membela Changmin
“Ya! Dia punya nama Tooru!! Namanya itu Shim Changmin!” bentak Yuuka kembali membela Changmin
“Ya, ya, bagaimana kau saja! Aku tidak perduli!” jawab laki laki yang bernama Tooru itu mulai malas dan ikut meninggalkan kelas
“Ya!! Yamahiro Tooru!!” Panggil gadis itu kesal sambil memandang Tooru
***
“Aku menyukai mu saat kau bermain gitar”
“Shim Changmin, aku mencintaimu”
“Maaf, aku harus pergi”
“Aku mencintaimu”
Changmin membuka matanya lebar mencoba membawa dirinya kembali ke alam kenyataan. Lagi lagi hal itu selalu berputar dalam kepalanya dan terngiang hingga terdengar pada telinganya. Tiap kata demi kata terasa begitu terekam dalam kepalanya membuat sebuah denyutan kecil yang menyakiti kepalanya. Terasa deru nafas Changmin yang tidak beraturan kala itu.
“Tapi aku membencimu” katanya pada dirinya sendiri seakan menjawab tiap kata yang masih berputar dalam kepalanya
Setelah berhasil mengembalikan deru nafasnya yang tadi tidak beraturan, Changmin menatap sekelilingnya yang terasa familiar.
“Ah, aku ketiduran lagi” katanya sambil membangkitkan dirinya yang tadinya tertidur sambil menyenderkan dirinya didinding
Kakinya yang panjang itu kembali mengambil langkah menuju ke pintu keluar ruangan yang baru saja ia tempati tadi. Perpustakaan. Ya, ia sangat menyukai saat saat berada diperpusatakaan. Selain karena jarang sekali siswa yang mengunjunginya, tempat itupun cukup sunyi dan tenang sehingga ia dapat menghilangkan segala kepenatannya disana.
Belum genap langkahnya menuju pintu keluar, telinganya menangkap sebuah suara yang juga tidak begitu asing ditelinga. Sebuah petikkan gitar yang mengalun cukup merdu ditelinganya. Mendengar suara yang menarik dirinya tanpa ragu kakinya pun menarik langkah untuk menuju asal suara yang terdapat diruang musik tersebut. ruangan yang tidak terlalu jauh dari ruang perpustakaan mengingat suara gitarnya dapat begitu terdengar ditelinganya.
Matanya menangkap sesosok gadis yang kini tengah mengalunkan nada dengan asal kala itu namun tetap terdengar merdu ditelinganya. Ia menatap tangan kiri gadis tersebut yang tengah memainkan kunci C, berganti menjadi G, lalu C lagi dan lalu Dm. Rasa rindu menguap dari dalam dada Changmin dan seakan akan ingin melonjak dan menuju kedalam ruangan itu
“Aku menyukaimu saat bermain gitar”
Seketika sebuah kalimat yang menggema dalam kepalanya kembali menurunkan gelora yang terdapat pada dada Changmin. Rasa rindunya yang hendak menggebu kini tertahan oleh deru amarah yang kini tampak pada sekitar wajahnya. dan hanya dengan mengingat kalimat itu, langkah kakinya berhasil menjauhi ruang musik itu dan membawanya berlalu.
***
“Aish, ini menyebalkan!!” pekik Yuuka frustasi sambil memegangi gitar yang kini terdapat dalam pelukkannya
Ia memainkan nada C, ke G, lalu C dan berakhir pada Dm, namun rasanya masih sangat janggal setiap kali ia berusaha memainkan nada itu.
“Ah.. adakah yang bisa mengajariku??” katanya sambil menarik nafas panjang dan mengeluarkannya dengan berat
“Sedang apa kau disini?” terdengar suara yang cukup menggetarkan hati Yuuka saat itu. suara yang sangat tidak asing dan bahkan suara yang paling ingin ia dengar saat itu
“A.. Changmin??” kata Yuuka gugup menatap pemandangan yang cukup menghibur hatinya
“Sedang apa kau disini?” kata Changmin kembali mengulang pertanyaannya sambil memasukkan tangannya pada saku celananya
Yuuka hanya menatap Changmin kecut sambil mempoutkan bibirnya sesaat dan lalu menunjuk pada gitarnya
“Bermain gitar” jawabnya kemudian singkat
“Permainanmu buruk” kata Changmin lagi dingin sambil terus memperlihatkan tatapan datar diwajahnya
“Aku tau” jawab Yuuka kembali mempoutkan bibirnya lagi
Terasa hatinya berdetak kencang sementara dan nafasnya tercekat hebat. Segala usaha dan upaya yang ia lakukan untuk mengendalikan diri kini hanya dapat membuat percakapan percakapan singkat diantara mereka. Yuuka kembali mendesahkan nafasnya berat tanpa menatap Changmin
“Akan kuberi kau sebuah saran” kata Changmin kemudian membuat Yuuka mau tak mau harus menatap sang pemilik mata coklat yang mendebarkan hatinya itu
“Gunakan hatimu lalu biarkan tanganmu menyalurkannya” saran Changmin
“Aku sudah menggunakan hati kok” kata Yuuka berusaha membela dirinya untuk pertama kalinya dihadapan Changmin
“Kau menggunakan hatimu” kata Changmin menatap gadis itu dengan berbeda
“Tapi kau tidak membiarkan tanganmu menyalurkannya” lanjutnya
“Eh?” reflek Yuuka
Terlihat tatapan pada mata Changmin yang tampak berapi api seakan rasa semangat kini tengah menguasai seluruh tubuhnya. Namun sebisa mungkin ia tutupi pada gadis dihadapannya ini.
“Kau telah bermain menggunakan hatimu, aku tau itu, namun kau tidak membiarkan tanganmu yang menyampaikannya” jelas Changmin pada akhirnya
“Aku.. tidak.. mengerti...” ucap Yuuka dengan tatapan bingung
Changmin hanya dapat menghela nafasnya berat sambil menyilangkan tangannya didepan dadanya. Ia menatap gadis itu frustasi. Memang sebuah perkataan akan lebih mudah diucapkan dari pada sebuah tindakkan namun bagaiman mungkin gadis sejenius ini tidak mengerti maksud perkataannya?
“Perlukah aku mengajarimu?” ajak Changmin
DEG! Terasa getaran itu semakin merajalela disekitar tubuh Yuuka, terasa tangannya yang hangat kini terasa dingin saking gugupnya. Bagaiman tidak? Seorang yang sangat ia kagumi, kini menawarkan dirinya mengajarinya bermain gitar.
“Apa kau bersedia mengajariku?” tanya Yuuka meyakinkan dirinya bahwa ini bukan mimpi
“Tidak” jawab Changmin datar
“EEEHH??” Teriak Yuuka kaget sekaligus kecewa
“Kau membuatku berubah pikiran” jawab Changmin
“A.. Apa??” tanya Yuuka bingung
“Kau bertanya ulang, apa kau tidak mempercayaiku?” Changmin bertanya balik
“A..aku hanya..” Belum selesai Yuuka berpendapat Changmin sudah memotong perkataannya lebih dulu
“Kalau kau saja tidak mempercayaiku, bagaimana mungkin aku mengajarimu?” kata Changmin sedikit menggebu kali ini seakan tidak sabar dalam setiap perdebatan kala itu
Yuuka terdiam. Untuk pertama kalinya, benar benar pertama kalinya, ia tidak lagi harus menatap punggung seorang Shim Changmin. Kini, ia sedang dihadapkan pada sebuah pilihan yang ia rasa ia sangat tahu mana yang akan ia pilih.
“Aku percaya padamu, ajari aku Changmin sensei” kata Yuuka kemudian mengembangkan senyumnya yang untuk pertama kali terkembang cukup lebar dihadapan Changmin
Inilah yang Yuuka pilih. Bukan lagi menatap punggung seorang Shim Changmin. Ia ingin menatap Shim Changmin yang sesungguhnya. Setidaknya ia percaya saat ini, Changmin juga sudah menatapnya bukan? Walau hanya melalui sudut mata, bukan berarti suatu saat Changmin tidak akan menatapnya dengan seutuh matanya bukan?
***
“Kau bilang kau mau mengajariku, tapi kenapa kau bahkan tidak mau menunjukkan permainan gitarmu padaku??” kata Yuuka mulai dapat mengendalikan dirinya pada Changmin kala itu, pada satu sisi ia sangat merasa berdebar namun pada sisi lain ia pun merasa tidak sabar untuk mempelajari gitar.
“Aku bilang aku akan mengajari bukan berati aku akan bermain gitar” tangkis Changmin membela dirinya
“Tapi tidak semua dapat kumengerti melalui teori” tegas Yuuka yang mulai tidak sabaran
“Tapi semua praktek akan terasa percuma bila kau tidak tau teorinya” kata Changmin mulai tampak tidak suka dengan sifat Yuuka yang tidak sabaran
“Bilang saja sebenarnya kau tidak bisa bermain gitar”
DEG! Jantung Yuuka berdetak cukup kencang tidak menyadari perkataan yang ia keluarkan begitu saja yang mengalir dari kepalanya.
“Bagus sekali Yuuka Shinju, belum sehari kau membuatnya bersamamu dan kau akan membuatnya meninggalkanmu” umpat Yuuka dalam hati
“A...” Yuuka berusaha menganulir perkataannya sebelum Changmin akhirnya menyela nya
“Aku bisa” kata Changmin dengan pancaran yang berbeda dari sinar matanya yang coklat itu
Yuuka kembali meneguhkan hatinya, mungkin ia harus menahan rasa bersalahnya dan mempertahankan keteguhan hatinya. Bagaimanpun juga, sekagum apapun Yuuka terhadap Changmin, ia sangat tidak suka pada pria yang terlalu banyak bicara.
“Lalu? Apa kau membenci gitar?” kata Yuuka memberi pukulan tersendiri bagi dada Changmin
“Tidak” jawab Changmin datar namun tidak sedatar  tatapannya. Dapat terlihat kobaran lain dimatanya. Bukan kobaran semangat untuk mengajar lagi, namun kobaran penuh amarah yang terlihat kali ini.
“Aku tidak membencinya” lanjut Changmin yang ternyata belum menyelesaikan perkataannya
“Aku hanya dendam padanya” kata Changmin lagi yang mengakhiri perkatannya dengan seulas senyum tipis disekitar wajahnya
Hening. Itulah yang kini terasa diantara Changmin dan Yuuka. Mereka terdiam dan kecanggungan pun terasa disekitar mereka. Mendengar pernyataan terakhir yang diberikan Changmin memberikan efek tertentu terhadapa Yuuka. Ia menjadi merasa bersalah karena harapannya untuk dapat berdekatan dengan Changmin seakan hanya menjadi beban untuk Changmin.
Sementara Changmin pun terdiam menyadari kebodohannya yang telah membeberkan rahasianya secara tidak langsung pada seorang gadis yang bahkan baru menjadi teman sekelasnya selama satu bulan. Yah, satu bulan sejak kepindahannya ke Jepang dan gadis inilah yang berhasil membuatnya kembali pada memori masa lalunya.
***
Ia menatapnya lagi, menatap lengkungan tua yang kini tengah terpajang disebuah etalase toko. Menatap sebuah lekukkan pada sebuah gitar yang sempat membuatnya bernostalgia selama beberapa waktu.
“Ck, menyebalkan” desahnya pelan lalu mengambil langkah meninggalkan toko tersebut
“Aku menyukaimu saat bermain gitar”
Dan lagi terngiang sebuah kalimat yang berputar putar dikepalanya. Kalimat yang selalu berhasil membuat kobaran lain dalam hatinya dan membangkitkan rasa amarah yang begitu menggema hingga menggetarkan tubuhnya. Sebuah perkataan yang berhasil memutar balikkan waktu dan mengembalikkannya ke masa lalu. Masa lalu yang tidak akan pernah ia lupakan bahkan hingga hari ini. Hingga hari ia memutuskan kembali menginjakkan kakinya kembali ke Jepang. Sejak saat itu dan hingga saat ini, kepalanya masih merekam dengan baik apa yang terjadi saat itu.
“Maaf, aku tidak bisa bersamamu untuk waktu yang lama”
“Maafkan aku Shim Changmin”
“Aku mencintaimu”
“Aku membencimu!” ucapnya pelan dan sangat dingin masih sambil mengamati sebuah gitar yang dengan manisnya terduduk disebuah etalase toko musik.
Cukup lama baginya untuk mengembalikkan deru nafasnya kembali pada nafas yang teratur dan memalingkan wajahnya hanya untuk sekedar melangkah menjauhi tempat itu. namun Changmin tau, sejauh apapun ia akan melangkah, sesulit apapun ia akan mencoba menjauhi memori masa lalunya. Kakinya akan selalu membawanya kembali ke tempat ini. Kembali ketempat ini walaupun iatidak menginginkannya.
***
“Sudah sebulan berlalu dan kulihat belum ada perubahan padamu” kata seorang pria paruh baya yang membuat langkah Changmin terhenti sebelum ia sampai memasuki kamarnya
“Memangnya perubahan apa yang ahjussi (paman) harapkan?” balas Changmin
“Lupakan saja, mungkin kau memang tidak akan pernah bisa seperti dulu lagi” kata pria yang ia panggil ahjussi
“’Dulu’? Memang aku yang seperti ‘dulu’ itu bagaimana?” tanya Changmin yang mulai merasa risih
“Kubilang lupakan saja” jawab Yong Ah ahjussi tersebut tak kalah dingin dari Changmin
“Setidaknya jawab salah satu pertanyaanku” kata Changmin lagi masih menatap risih pamannya
Ahjussi itu hany mendesah pelan sambil menatap Changmin dengan tatapan rindu. Ia merekam segala penampilan Changmin kala itu. Rambutnya masih tetap terlihat rapi, gaya berpakaiannya juga masih baik baik saja, namun tetap saja ada yang berbeda. Tatapan matanya begitu kosong, Senyuman diwajahnnya jarang bahkan tidak pernah terlihat lagi. Changmin yang dulu adalah Changmin yang selalu tersenyum dan sangat innocent tapi Changmin yang sekarang benar benar diluar bayangan  Yong Ah kini.
“Sudah hampir setahun, dan apakah kau tidak bisa membiarkannya pergi begitu saja? Setidaknya, aku ingin melihat senyum itu kembali lagi terukir diwajahmu. Kau yang dulu adalah sosok yang selalu tersenyum hangat seberat apapun masalah yang kau alami. Kau yang dulu adalah sosok yang selalu akan memancarkan kobar semangat pada matamu. Bahkan sebulan sejak kau memutuskan pindah ke Jepang apakah kau tidak dapat merasakan perbedaan pada hidupmu?” Jawab Yong Ah
Changmin terdiam. Bukan karena ia berusaha mencerna perkataan pamannya. Justru ia mengerti jelas apa yang dikatakan oleh pamannya. Ia sangat mengerti bahwa kini ia memang sudah tidak seperti dulu lagi. Kadang ia juga rindu untuk melakukan hal seperti ulu, namun perasaan yang mengendap pada hatinya lebih menguasainya dan menenggelamkan segala perasaan bahagia dalam dadanya. Yang ia rasakan kini hanyalah sebuah rasa amarah.
“Kubilang hanya salah satu pertanyaanku” kata Changmin kemudian menanggapi pernyataan Yong Ah
“Tapi aku ingin menjelaskan keduanya” jawab Yong Ah yang menatap Changmin dengan rasa tak tega namun juga menegaskan perasaannya
“Wakatta” kata Changmin mengalihkan pandangannya dari Yong Ah ahjussi
“Changmin ah” panggil Yong Ah kemudian
“Arraseo , wakatta, ahjussi” Kata Changmin sekaligus dalam dua bahasa sambil kemudian menarik dua sudut bibirnya dan membentuk sebuah senyuman. Senyuman yang akhirnya dapat ia perlihatkan lagi dihadapan orang lain. Walaupun tidak sepenuhnya tulus dalam hatinya, namun dengan senyum itu ia merasakan hatinya cukup hangat kini.
Bukan berarti selama setahun ini ia tidak pernah tersenyum. Selama di Korea, Changmin selalu tersenyum, ia akan selalu tersenyum agar ia tidak membuat orang yang ia sayang melihatnya yang begitu kesakitan saat itu. Namun sekeras apapun Changmin berusaha tersenyum, kadang kehangatan dalam hatinya masih belum bisa menutupi dinding dadanya yang terasa membeku akibat luka yang telalu dalam yang berhasil menghunus hatinya. Hingga akhirnya ia memilih meninggalkan Korea dan pergi ke Jepang, ke tempat yang sebenarnya hanya akan membawanya kembali ke masa terkelamnya.
“Apa kau menemukkan sesuatu yang menarik disekolahmu?” tanya Yong Ah kemudian
Changmin terhenti lagi dari langkahnya dan lalu mengingat ingat kejadian apa saja yang baru ia alami seharian tadi.
“Aku percaya padamu, ajari aku Changmin sensei”  sekilas terdengar suara seorang gadis yang cukup menyita waktunya hari ini dikepalanya
“Yah, aku rasa aku menemukan sesuatu” katanya masih memandang langit langit rumah sambil mengingat kejadian yang ia alami dengan Yuuka
“Apa itu?” tanya Yong Ah penasaran
Changmin masih terus menatap langit langit rumahnya dengan wajah yang menggemaskan. Sejenak ia mengalihkan tatapannya dan memandang Yong Ah ragu dan lalu menghela nafasnya perlahan
“Ah, lupakan saja” kata Changmin kemudian lalu melesat memasuki kamarnya membuat Yong Ah hanya dapat terdiam menatapnya
 Changmin menaruh tas belajarnya dengan sembarang dikasur dan lalu menjatuhkan tubuhnya kemudian. Matanya memandang hamparan langit langit kamarnya kosong sambil membiarkan pikirannya melayang pada kejadian seharian ini.
Yuuka Shinju, gadis yang ia ketahui selalu menatapnya selama ini walau tidak pernah mengganggunya secara langsung itu baru saja berbicara langsung dengannya.  Yah, bagaimana pun Changmin bukan tidak menyadari bahwa gadis itu tidak tertarik padanya, namun Changmin juga bukan pria bodoh yang dengan terang terangan mempermalukkan perasaan gadis itu. ia tahu rasanya menyukai seseorang yang tidak pernah menyukaimu atau sekedar mengetahui kau menyukainya. Bagi Changmin saat itu, selama masih ada jarak diantara mereka, hal itu tidak akan menjadi masalah baginya.
Kembali pikirannya menerawang pada kejadian yang terjadi beberapa waktu lalu, ketika untuk pertama kalinya di Jepang, ia berdekatan dengan gitar lagi. Bukan hanya menatap sesosok gitar yang dipajang di etalase toko, namun juga berdekatan bahkan mendengarkan setiap petikan nada yang mengalun darinya. Dan untuk pertama kalinya saat itu, rasa rindu itu berhasil terlampiaskan. Telinganya dapat mendengar alunan gitar itu.
“Aku percaya padamu, ajari aku Changmin sensei”
Lagi perkataan Yuuka menggema pada kepalanya dan membuat seulas senyum tipis pada wajah Changmin.  Sudah satu bulan dan akhirnya Changmin dapat tersenyum setenang itu lagi. Terasa sebuah perasaan menggebu dalam dadanya yang membuatnya kembali bersemangat. Ia ingat bagaimana langkah kakinya berjalan begitu cepat melangkah meninggalkan ruangan musik tadi, namun ia juga ingat bagaimana akhirnya kakinya itu kembali pada ruangan tadi
“Aku tidak membencinya”
“Aku hanya dendam padanya”
Benar. Ia tidak membenci gitar, bahkan ia masih dapat merasakan kobaran semangat ketika ia mendengar petikkan gitar yang dimainkan Yuuka. Ia tidak membencinya, hanya saja sejak hari itu, ia memendam sebuah amarah pada alat musik yang bergelombang tersebut. Ia sangat dendam pada alat musik itu.
***
“Ini menyebalkan” umpat Yuuka ketika mengamati gitar dihadapannya yang sudah kehilangan seutas senarnya lagi
“Mungkin bukan jodohmu bermain gitar, Yuu!” ucap seorang gadis lain yang adalah sepupu Yuuka yang bernama Haruno Kaika itu
“Aish, tapi aku suka bermain gitar!” protes Yuuka memeluk gitarnya sayang
“Hahaha, aku tau, hmm, bagaimana kalau kita beli yang baru? Aku melihat sebuah gitar yang kurasa akan kau sukai” kata Haruno
“Mahal?” tanya Yuuka mengingat sisa uang tabungannya kala itu yang tidak terlalu banyak
“Entahlah, kita akan tau setelah melihatnya” jawab Haruno kemudian
Setelah menimbang cukup lama, Yuuka pun menganggukkan kepalanya dan lalu mengambil sweaternya untuk pergi keluar menuju toko yang dimaksud oleh Haruno. Tampak sangat jauh dari kawasan elit Tokyo namun ternyata Haruno benar, sekali melihat gitar itu saja sudah membuat mata Yuuka berbinar bagai bintang sedang mengerubungi matanya.
“Bagaimana?” tanya Haruno saat kemudian melihat Yuuka sudah memeluk gitar lain yang baru saja ia beli dari toko tadi
“Ahhh~Minnie rasanya hangat”  kata Yuuka senang sambil terus memeluk gitarnya itu erat
“M.. Minnie?” tanya Haruno bingung mendengar nama yang asing ditelinganya
“Hai, Minnie, nama gitarku yang baru ini!” katanya memandangi gitarnya lagi dengan wajah penuh senyuman dan menggebu gebu
“Minnie? Haha, jadi apa nama gitarmu yang lama? Micky?” canda Haruno
“Aish, aku itu punya alasan tertentu memberi namanya Minnie!” kata Yuuka kesal  masih memeluk gitarnya yang bernama Minnie itu
“Wakatta, wakatta, haha” kata Haruno menghentikan candaannya
“Ah~ aku senang bisa membeli gitar ini walau harus merelakkan gitar yang lama” ucap Yuuka yang menghela nafasnya pelan
“Mmm.. baguslah” kata Haruno menganggukkan kepalanya
“Aku juga senang kau mau menemaniku selama ini” ucap Yuuka lagi memberikan aura yang berbeda pada mereka berdua
Terasa hening sesaat diantara mereka
“Sudah tugasku, Yuuka” kata Haruno akhirnya menghentikan keheningan diantara mereka
“Arigatou” kata Yuuka kemudian tersenyum menatap Haruno masih memeluk ‘Minnie’-nya
“Hm, dou itashimashite” balas Haruno dengan tersenyum
***
Kaki itu melangkah tanpa ragu menuju kesebuah ruangan yang mungkin akan selalu menjadi tempat bersandarnya yang baru kali ini. Ruang musik. Ruang dimana sang pemilik kaki ini akan menghabiskan waktunya melawan kepenatan hatinya dan membiarkan hatinya kembali menerima sesuatu yang sudah sangat ia rindukkan itu.
Cukup lama Changmin berdiri sambil mendengarkan petikan gitar yang kini terasa lebih halus itu. Harus ia akui, sepertinya kali ini gadis itu sudah mendapatkan kemajuan yang pesat. Jika begitu, mungkin waktu yang harus ia habis kan dengan sesuatu yang selalu mengusik hatinya hanya akan berjalan sementara. Ada kelegaan sekaligus keengganan yang memukul dada Changmin.
Sejenak ia mengatur nafasnya sebelum memasuki ruangan itu.
“Ah, Changmin sensei, kau sudah datang rupanya” sambut Yuuka sambil kembali mengembangkan senyum termanisnya seraya menahan debaran debaran halus disekitar dadanya
Mata Changmin membuka lebar dan nafasnya tercekat untuk sementara waktu. Ia melihat suatu pemandangan yang sejujurnya sangat ia benci hari ini, untuk pertama kalinya, benar benar pertama kalinya ia merasakan amarah yang begitu menggebu dalam dadanya. Sebuah hal yang familiar dimatanya, kepalanya, bahkan hatinya kini tampak dengan jelas didepan matanya seakan mengganggunya. Tidak, ini benar-benar mengganggunya
“Kau...”

TBC

Tidak ada komentar: