Title : Back To Me
Author : Cindy AyuS
Main Cast:
Jung Yunho
Kim Jaejoong
Park Yoochun
Kim Junsu
Genre : Romance
Disclaemer : This is YAOI Fanfiction with YunJae as the main character. If You are DONT like YAOI , so DONT READ IT! No Bash. Ini karya yang aku buat dari pengalaman galau temanku, dan author sendiri jadi kalo rada ruwet maafkanlah. hahaha. kalau misalnya banyak yang suka aku bakal bikin sequelnya tapi kalo ngga.. yasudah cukup seperti ini saja. RCL PLEASE. Selamat membaca ^^
END
Author : Cindy AyuS
Main Cast:
Jung Yunho
Kim Jaejoong
Park Yoochun
Kim Junsu
Genre : Romance
Disclaemer : This is YAOI Fanfiction with YunJae as the main character. If You are DONT like YAOI , so DONT READ IT! No Bash. Ini karya yang aku buat dari pengalaman galau temanku, dan author sendiri jadi kalo rada ruwet maafkanlah. hahaha. kalau misalnya banyak yang suka aku bakal bikin sequelnya tapi kalo ngga.. yasudah cukup seperti ini saja. RCL PLEASE. Selamat membaca ^^
“Apa kau merasakannya?”
“Apa kau mendengarnya?”
“Hati ini, hanya bergetar saat berada didekatmu”
“Aku mencintaimu”
***
Terlihat seorang yeoja kini tengah melangkahkan kakinya
dengan langkah yang cukup besar di koridor sekolah megah itu. Tangannya
terkepal dengan cukup kuat menambah ngeri perawakannya yang tak tampak cantik
lagi kala itu. belum lagi geramannya yang membuat orang disekitarnya merinding.
Dengan tidak perduli akan tatapan orang orang disekitarnya yeoja itu tetap
melangkahkan kakinya menuju ke ruang kelas yang ditujunya.
“Kim Jaejoong” gertak yeoja itu kala sudah tiba didepan
pintu kelas tersebut
Gertakkan yang cukup kencang itu mau tidak mau membuat semua
murid yang berada didalam kelas itu menengok kearahnya. Termasuk namja yang
namanya baru saja ia panggil. Kim Jaejoong.
“Kau” sahut namja lain yang bernama Kim Jaejoong itu dingin
Tanpa ancang ancang yeoja itu langsung menuju ke arah
Jaejoong dan memberikan tamparan pelak pada pipi mulus milik namja itu.
tamparan itu memberikan bekas yang cukup terlihat pada pipi kiri Jaejoong.
“Aku benci padamu!” katanya sambil menatap Jaejoong penuh
kekecewaan kemudian meninggalkan kelas
itu sambil berlari. Terlihat cairan bening yang mengalir deras dari pelupuk
matanya
Sementara Jaejoong hanya dapat menatap kepergiannya dingin
tidak seperti teman teman kelas lainnya yang kini menatapnya dengan tatapan
kaget dan berbisik bisik mengenai kejadian itu. sebuah dengusan kecil terdengar
dari mulut kecil milik pria itu.
“Begitu saja?” kata namja lain yang tengah terduduk dimeja
belajarnya
“Diamlah, aku sedang tidak ingin membicarakannya” kata
Jaejoong tidak bersemangat
“Baiklah, aku mengerti” kata namja itu kemudian
Namja itu menatap pipi kiri Jaejoong yang kini terlihat
cukup merah dengan jejak tangan disana. Entah karena tamparan yeoja tadi yang
begitu keras padanya. Atau memang karena kulit putih Jaejoong yang tidak dapat
menyembunyikan jejak merah itu dari wajahnya. merasa tidak tega ia mengangkat
tangannya menuju ke arah wajah Jaejoong.
“Ya! Jung Yunho!” kata Jaejoong sedikit meringis ketika
tangan namja bernama Yunho itu menyentuh pipinya
“Sakitkah? Dia menamparmu dengan cukup keras hm??” tanya
Yunho sambil menatap jejak merah dipipi Jaejoong
Jaejoong yang merasa tidak nyaman hanya dapat menatap sinis
namja yang ada disebelahnya tersebut. dengusan kecil kembali terdengar dari
mulut Jaejoong. Terasa seakan pikirannya kini tidak dapat terfokus lagi kepada
satu arah. Hubungan yang telah ia jalin cukup lama dengan yeoja yang baru saja
menamparnya tadi kini telah berakhir. Dan kini, hatinya merasa cukup bergetar
kala pria bernama Yunho itu menyentuhnya.
Jaejoong kembali mengadahkan kepalanya dan menatap namja
disebelahnya itu dengan tatapan yang berbeda. Terasa desiran desiran hangat
yang mengalir hingga keseluruh tubuhnya yang kini membuat pipinya menghangat.
Buratan merah dipipinya tidak dapat tertutupi ketika dilihatnya namja itu masih
memperhatikan pipinya dengan penuh perhatian.
“Aku pasti sudah gila”
batin Jaejoong sambil mengalihkan matanya dari Yunho dan menghela nafasnya
sekali lagi
“Kau kenapa?” tanya Yunho
“Entahlah. Aku hanya merasa aku sudah gila” jawab Jaejoong
jujur
“Kenapa? Karena memutuskan Hye Ra?” tanya Yunho lagi
Jaejoong terdiam dalam waktu yang cukup lama. Kembali
pikiran pikiran tentang yeoja tadi berkelebat dalam kepalanya. Sejujurnya
permasalahan dengan yeoja bernama Kang Hye Ra cukup menyita pikirannya saat
itu, namun ada hal lain yang lebih mengganggu pikirannya. Bahkan mungkin
jiwanya
“Tidak juga” jawab Jaejoong memecah keheningan diantara
mereka kemudian
Kali ini Yunholah yang terdiam. Ia menatap bingung kearah
sahabatnya yang kini beranjak dari kursi tempat duduknya tadi. Mata musangnya
memandang punggung itu cukup lama hingga akhirnya ia menyadari punggung
Jaejoong mulai menjauhinya.
“Ya! Mau kemana kau?” Pekik Yunho yang dibalas dengan jari
telunjuk Jaejoong yang menunjuk keatas
Yunho yang mengerti dengan balasan Jaejoong hanya dapat
mengangguk perlahan lalu kembali terdiam. Yunho menghela nafasnya berat dan
menatap tempat duduk yang baru saja Jaejoong tempati. Pikiran pikiran aneh
kembali merayap dikepalanya membuatnya menggeleng gelengkan kepalanya sendiri.
“Aku pasti sudah gila” ucapnya pelan sambil kembali
menghembuskan nafasnya dan menapakkan kakinya untuk menyusul pria yang baru
saja meninggalkan kursi itu
***
“Apa kau tidak pernah bosan dengan tempat ini huh?” tanya
Yunho menatap kesal pada sahabatnya.
Kini mereka berada diatap bangunan sekolah. Sudah pasti tempat
ini menjadi tempat favorite bagi setiap orang untuk bermalas malasan,
berpacaran ataupun bersedih ria. Tidak terkecuali Jaejoong, ia sangat menyukai
atap sekolah ini sebagai tempat ia merenung. Namun tidak untuk Yunho, ia merasa
sangat bosan jika mereka sedang berada diatap sekolah. Belum lagi jika ia
selalu mendapati beberapa pasang kekasih yang tengah bermesraan disana. Ia
merasa muak.
“Kalau kau tidak suka, kau bisa pergi dari sini” jawab
Jaejoong
“Hais, aku tidak mungkin meninggalkan sahabatku yang sedang
patah hati ini sendirian” sanggah Yunho sambil merangkul pundak Jaejoong dan
menatapnya
“Ya! Aku ini tidak sedang patah hati!” kata Jaejoong kesal
sambil menjauhkan tangan Yunho dari pundaknya dan menghempasnya kasar
“Baiklah, baiklah, tidak patah hati, hanya saja sedang
meratapi pipinya yang panas karena ditampar wanita hahaha” ucap Yunho sambil
tertawa puas
“Tertawa saja terus, dasar menyebalkan” kata Jaejoong
menatap sahabatnya yang tengah tertawa itu sinis sambil mempoutkan bibirnya.
“Aigo, Mr. Sensitive sedang marah” ucap Yunho lagi sambil
menyentuh nyentuhkan ujung jarinya pada pipi sahabatnya itu gemas
“Ya! Siapa yang kau sebut Mr. Sensitive hah??” Pekik
Jaejoong kesal sambil menghempas jari Yunho kasar
“Tentu saja kau! Ahahah. Hey, aku lapar, dan tempat ini
membosankan, kita pindah saja ne?” ajak Yunho kemudian sambil merangkulkan
tangannya lagi pada pundak lebar Jaejoong
“Aku sudah bilang kalau kau tidak suka kau bisa pergi dari
sini!” kata Jaejoong sambil meronta berusaha melepaskan rangkulan Yunho
Yunho menahan tangannya dipundak Jaejoong walaupun Jaejoong
berusaha meronta untuk melepaskan rangkulan tersebut. tenaga Yunho yang lebih
besar dari Jaejoong mau tidak mau membuat Jaejoong menyerah. Jaejoong
menghelakan nafasnya lalu menatap sahabatnya kesal.
“Baiklah, kemana?” jawab Jaejoong menyerah
Yunho tersenyum penuh kemenangan, tangannya yang tadi
menggantung dipundak Jaejoong kini terangkat dan berpindah ke tangan Jaejoong. Tangan
indah Yunhopun kini tengah menggenggam erat tangan mulus milik Jaejoong. Terasa
kelembutan kulit Jaejoong yang merasuk disela pori pori telapak tangan Yunho
yang memberikan sensani tersendiri dalam tubuh Yunho. Tangan yang lembut itu
terasa sangat lembut dan nyaman ditangan seorang Jung Yunho.
***
“Kau memaksaku meninggalkan favoriteku hanya demi makan
mie?” tanya Jaejoong sambil mengerutkan keningnya kesal
“Tidak” kata Yunho disela sela kesibukannya menggosokkan
sumpit dikedua tangannya
Yunho mendekatkan mangkok mie nya dan lalu mengangkatnya
perlahan dengan tangan kirinya. Tangan kanannya yang tengah memegang sumpit
kini mengapitkan kedua sisi sumpit itu kepada mie dalam mangkoknya lalu
memasukan mie itu kedalam mulutnya dan
mengunyahnya dengan perlahan. Jaejoong hanya dapat memperhatikan tiap langkah
Yunho yang terlihat tidak biasa dimatanya.
“Ya! Kenapa kau makan dengan cara aneh begitu?” tanya
Jaejoong sambil menatap Yunho dengan mata besarnya
Yunho yang tadinya tengah tertunduk sambil menyantap
makanannya kini menegadahkan kepalanya dan menatap pelan ke arah suara yang
baru saja menanyakannya sebuah pertanyaan padanya. Mata musangnya mendapati
mata besar yang indah dan berwarna kecoklatan itu kini tengah menatapnya dengan
keheranan. Terasa debaran debaran kecil dihatinya kini kembali membahana
disekitar dadanya membuat pipinya menghangat
Yunho sedikit melirikkan matanya berusaha menghindari
tatapan mata Jaejoong yang terasa mengintimidasinya. Ia meraik nafas panjang
dan menelan makanannya melewati kerongkongannya sejenak sebelum menjawab
pertanyaan dari Jaejoong.
“Mie disini enak sekali kau tahu?” ucap Yunho malah balik
bertanya
“Lalu?” kata Jaejoong muali tidak sabar dengan kata kata bertele
tele sahabatnya itu
“Aish, dingin sekali kau Kim Jaejoong. Aku membawamu kesini
bukan hanya untuk makan mie. Aku membawamu kesini karena aku ingin membawamu
pada tempat favoriteku” Jelas Yunho kemudian dan mulai memakan mienya lagi
Jaejoong terdiam. Terasa sedikit geli didadanya kala Yunho
menjelaskan tujuan Yunho membawa Jaejoong kesana. Senyum kecilpun tak acuh
terukir disudut bibir Jaejoong. Terasa perasaan hangat kini tengah mengairi
seluruh tubuhnya cepat dan membuat tubuhnya terasa lebih hangat.
“Benarkah? Jadi ini tempat favorite yang selalu kau
ceritakan itu?” kata Jaejoong dengan senyum geli disekitar wajahnya
Jaejoong menatap mangkok mie yang masih berdiri dengan patuh
dihadapannya. Seketika tangannya mengambil sumpit, menggosokkannya pelan, dan
lalu mulai menikmati mie yang ada dihadapannya itu. perlu Jaejoong akui rasa
mie itu memang enak, Jaejoong rasa ia harus berterimakasih pada Yunho karena telah
mengenalkan rasa mie seenak itu padanya. Sementara mata musang Yunho kini hanya
dapat mengamati Jaejoong yang tengah melahap mie itu dengan wajah tersenyum. Ia
menatap namja dihadapannya dengan seksama dan mengamati setiap jengkal wajah
manisnya. Mata besarnya, hidung mancungnya, bahkan bibir mungilnya yang kini
tengah tersenyum karena menyukai mie rekomendasinya. Senyumnya.. senyum yang
selalu membuat dada Yunho bergemuruh hebat, bahkan saat ini.
***
Jaejoong memandang langit langit kamarnya sambil tersenyum
geli setiap kali ia mengingat perbuatan yang ia dan Yunho lakukan setelah
mereka pulang sekolah tadi, bahkan Yunho berhasil membuatnya lupa akan
permasalahannya dengan Hye Ra. Mulai dari makan ditempat favorite Yunho yang
berhasil mengembalikan mood Jaejoong, hingga kejadian konyol yang mereka
lakukan setelah itu. debaran debaran kecil pun tak pelak menggema didada
Jaejoong setiap kali namja itu berdekatan dengan Yunho. Aish, menyebut nama Yunho dalam kepalanya
saja sudah membuat debaran jantungnya lebih cepat dari biasanya, apalagi saat
ia bersama namja itu? debaran itu bahkan terasa seperti deburan ombak yang
menghempas karang, terasa sangat kencang. sayang semua kesenangan itu harus
berakhir setelah mereka tiba dirumah masing masing.
Tiba tiba terdengar sesuatu yang bergetar dari arah samping
tempat tidur Jaejoong. Dengan malas Jaejoong merentangkan tangannya untuk
menggapai benda yang tengah bergetar itu. tampak kekagetan menghiasi wajah
namja manis itu kala melihat sebuah nama pada layar ponselnya. Nama yang sejak
tadi memang tengah melayang layang
mengitari kepalanya. Ia menekan layar ponselnya dan membaca isi pesan
teks pada ponselnya.
From : Yunho Jung :D
To : <You>
Hei, apa kau sudah
tidur Kim Jaejoong?
Jaejoong menatap geli pada layar ponselnya. Dadanya kembali
bergetar dengan sensasi hangat yang kembali mengitari tubuhnya. Dengan gemas ia
mengetikkan beberapa kata untuk membalas pesan teks tersebut.
From : <You>
To : Yunho Jung :D
Belum. wae?
Disisi lain Yunho tersenyum geli ketika mendapatkan balasan
dari namja yang seharian tadi menemani harinya. Getaran getaran kecil juga
tidak kalah menggema hebat didada Yunho tiap kali nama Namja itu berkelebat
dalam kepalanya.
From : <You>
To : JaeJaeJae Kim
Kamarmu sudah gelap.
Kukira kau sudah tertidur hehe
Terasa tangan Jaejoong kini tengah bergetar menandakkan ada
pesan masuk pada ponselnya. Jaejoong hanya dapat ikut terkekeh geli ketika
membaca balasan Yunho.
From : <You>
To : Yunho Jung :D
Itu karena tagihan
listrik sedang mahal haha. Aish, lampu kamarmu itu terang sekali, membuat
mataku pedih saja
Beberapa detik saja setelah pesan itu terkirim terasa kamar
Jaejoong yang tadinya masih mendapati bias bias cahaya yang berupaya masuk kini
terlihat lebih gelap dari sebelumnya.
From : Yunho Jung :D
To : <You>
Bagaimana dengan
sekarang?
Jaejoong hanya dapat memandang takjub keadaan kamarnya kini
yang memang lebih terasa nyaman untuk menutup matanya, namun ia tidak ingin
melewatkan kesempatan ber-sms ria seperti ini dengan Yunho.
From : <You>
To : Yunho Jung :D
Lebih baik. Rasanya
aku ingin segera menutup mataku saja :p
Yunho menatap layar ponselnya dengan sedikit mengerutkan
keningnya kesal lalu menghela nafas perlahan dan kembali mengetikkan pesan pada
sahabatnya itu
From : <You>
To : JaeJaeJae Kim
Apa? Aish, cepat buka
jendela kamarmu, Kim Jaejoong!
Jaejoong yang membaca pesan itu pun langsung menuruni tempat
tidurnya dengan terburu buru. Dengan agak kasar ia membuka jendela kamarnya
kasar . Ia menatap Yunho yang juga kini tengah menatapnya dengan piyama unik
diseberang sana. Tiba tiba terasa getaran getaran geli disekitar tangan
Jaejoong. Jaejoong menatap ponselnya perlahan sebelum akhirnya menggeser tombol
hijau pada layar ponselnya.
“Yoboseyo?” kata Jaejoong kemudian
“Begitu saja? Kau
benar benar sudah kelelahan hm??” kata seseorang disebrangnya yang kini tengah
memegang ponsel seperti dirinya
“Aish, kau ini! Tentu saja aku kelelahan. Hari ini cukup
menyita fisik dan jiwaku kau tau?” jawab Jaejoong kesal
“Fisik dan jiwa? Apa
masalah Hye Ra mengganggumu lagi huh?” kata Yunho kemudian
“Kenapa selalu kau kaitkan dengan Hye Ra huh? Anniya, ini
bukan karena Hye Ra. Ini karenamu Jung Yunho!” gertak Jaejoong sedikit
menaikkan nadanya
Jantung keduanya berdetak kencang bersamaan.
Umpatan demi umpatan
dilayangkan Jaejoong kepada dirinya sendiri saat ia mengatakkan hal yang sejak
tadi memang dipikirkannya kepada namja yang ada disebrangnya ini. kini bibirnya
hanya dapat terdiam beku menyadari tingkah Yunho yang tidak juga memberikan
sanggahan apapun
Sementara Yunho hanya dapat terdiam berusaha mencerna setiap
kata yang keluar dari mulut Jaejoong. Terasa sebuah kegembiraan yang menyeruak
didalam dadanya. Komando dari otak Yunho untuk menjawab suarapun hanya dapat
dibalas dengan keterdiaman sekaligus kekagetan oleh tubuh Yunho.
“Kenapa... Aku?” tiba
tiba terdengar suara Yunho yang membuyarkan ketakutan didalam diri Jaejoong
“Mmm.. itu karena kau membuatku terlihat seperti orang
gila!” jawab Jaejoong akhirnya separuh benar dari apa yang ia rasakan saat ini.
ia merasa gila setiap kali berdekatan dengan Yunho
“Eh?” kata Yunho
singkat
“Itu.. segala kekonyolan saat bersamamu itu, membuatku
serasa seperti orang gila kau tau?” jawab Jaejoong gugup
“Jadi kau tidak
menyukainya hm?” terdengar nada kekecewaan dari ucapan Yunho kali ini
Jaejoong terdiam.
Kembali debaran debaran itu menghiasi dadanya.Ia menarik nafas panjang dan
kemudian menelan ludahnya perlahan.
“Dasar bodoh, tentu aku menyukainya” jawab Jaejoong sambil
kemudian tersenyum memandang orang diseberang sana
“Benarkah?” tanya
Yunho lagi diseberang sana. Terasa sedikit kelegaan didada Yunho ketika
Jaejoong bilang ia menyukai hal itu.
“Tentu saja. Bagaimana mungkin aku tidak menyukai
kekonyolanmu itu, Jung Yunho?” kata Jaejoong kini terdengar lebih percaya diri
“Lagipula, bukankah kau sahabatku? Hm?” lanjutnya
DEG! Terasa hentakkan keras dalam dada Yunho ketika kata
terakhir itu diucapkan oleh Jaejoong. harus ia akui, kata ‘sahabat’ yang
diucapkan oleh Jaejoong tadi cukup memberatkan hatinya. Tapi dengan cepat ia
menyangkal itu semua dan kembali menatap namja diseberangnya yang tengah
tersebut.
“Benar” jawab
Yunho kemudian sambil ikut menarik senyumnya “Aku kan sahabatmu” lanjutnya sambil terkekeh geli
“Baiklah, sebaiknya kau istirahat. Selamat malam Yunho ya” kata
Jaejoong cepat
Yunho masih memandang pemandangan diseberangnya itu dengan
seksama. Kepalanya berusaha merekam segala pemandangan yang ia lihat malam ini.
Rambut Jaejoong yang terlihat agak berantakkan, Mata yang mulai terlihat sayu,
dan senyum manis dari pria itu.
“Ne. Jaljayo, Jaejongie” ucap Yunho dengan senyum khasnya
lalu menutup ponselnya dan masuk menutup jendelanya pelan
Sementara Jaejoong yang masih mendekatkan telinganya dengan
ponselnya itu hanya dapat terdiam. Titik titik pergerakkan tubuhnya terasa beku
dan kaku. Terasa lonjakkan hebat pada dadanya saat Yunho mengatakan sesuatu
yang sangat tidak ia duga
“Jae..jongie??” eja Jaejoong perlahan sambil menatap tidak
percaya pada jendela kamar seberang yang kini sudah tertutup
“Jae...jongie?” ulangnya
***
Yunho yang merasakan debar hebat dalam dadanya kini hanya
dapat terduduk diam ditempat tidurnya. Ia mencerna segala kata dan perbuatan
yang baru saja dilakukannya.
“Jaejongie?” kata Yunho seperti berbisik
Ia mengambil nafas perlahan dan lalu menghelanya dengan
berat. Tangannya kini terangkat sambil berusaha memegangi dadanya yang kini
terasa sesak. Oksigen kini terasa amat langka baginya. Setiap tarikan nafas
yang ia hirup hanya membuat dadanya terasa semakin berat.
“Aku pasti sudah gila” katanya
“Ini tidak mungkin kan?” tanya Yunho pada dirinya sendiri
“Tidak mungkin cinta masa kecil itu masih ada sampai
sekarang bukan??” lanjutnya
“Tidak mungkin aku masih mencintai Jaejoong kan?” ucapnya
lagi berusaha menyangkal perasaannya
Flashback :
Yunho kecil menatap pada rumah sederhana yang kini akan
menjadi rumah tinggalnya selama di Seoul. Ia dan keluarganya memang memutuskan
pindah ke Seoul dikarenakan pekerjaan ayah Yunho yang dipindahkan ke kantor
pusat. Ketika ia melangkahkan kaki kecilnya ditengah tanah berumput itu, tiba
tiba sebuah bola menyentak kakinya perlahan.
“Ah, bola jongie!” ucap bocah lain yang seumuran dengan
Yunho(sekitar 5/6 tahun) sambil mencari cari sesuatu dihalaman rumahnya
Yunho yang menatap ke arah bocah itupun kemudian memandang bola
yang tadi menyentakkan kakinya. Perlahan, tangan kecil Yunho mengambil bola itu
dan kemudian kakinya melangkah kecil menuju bocah lain dihadapannya.
“Ini. milikmu?” tanya Yunho
Bocah yang terlihat sedang mempotkan bibirnya itupun
terkaget kaget ketika melihat bolanya telah ada dihadapannya. Dengan senang ia mengambil bola plastik itu
lalu memeluknya erat sambil tersenyum senang.
“Gomawo sudah mengembalikan bola jongie!” kata bocah itu
sambil tersenyum manis pada Yunho
Senyum pertama yang Yunho lihat ketika ia tiba di Seoul. Dan
senyum itu, adalah senyum yang paling manis yang pernah Yunho lihat seumur
hidupnya. Terasa getaran getaran kecil yang menghiasi dada Yunho ketika matanya
menatap wajah manis bocah dihadapannya.
“Aku Jung Yunho” kata Yunho kemudian memperkenalkan dirinya
sambil mengulurkan tangannya
Bocah itu hanya dapat melihat uluran tangan yang Yunho
berikan sambil menatap bingung. Tatapan lucu yang diberikan mata besar berwarna
coklat itu kembali menarik perhatian Yunho. Yunho hanya tersenyum saat melihat
tatapan aneh yang diberikan bocah itu
“Namamu siapa?” tanya Yunho memperhatikan ekspresi bingung
bocah manis dihadapannya
“Namaku Kim Jaejongie!” kata bocah yang ternyata Jaejoong
itu dengan senyum khasnya
“Jaejongie?” tanya Yunho kecil
“Ne. Senang bisa kenal Yunnie!” kata Jaejoong dengan gemas
lalu kembali menuju rumahnya sambil membawa bola plastik itu pulang.
Sebelum Jaejoong kecil memasuki rumahnya, ia pun berbalik
lalu membungkukkan badannya sedikit pada Yunho lalu tersenyum sekali lagi pada
Yunho.
“Gomawo Yunnie!!” teriak Jaejoong didepan rumahnya pada
Yunho
Yunho kecil hanya dapat terdiam sambil menatap pintu rumah
yang kini sudah tertutup itu. matanya menatap bingung dengan apa yang baru saja
terjadi tadi, namun hanya ada satu yang ia pikirkan sejak tadi.
“Malaikat” kata Yunho kecil sambil mengingat ingat wajah
Jaejoong kecil tadi
***
“Dasar Yunnie bodoh, kenapa Yunnie malah melawan sunbae sih?
Kan Yunnie jadinya berdarah!” omel Jaejoong sambil mengelap darah yang terdapat
dibibir kecil Yunho
“Habis Yunnie tidak suka Jongie diganggu mereka!” kata Yunho
dengan ekspresi marah yang menggemaskan
“Tapi kan Yunnie jadi terluka!” protes Jaejoong sambil
mempoutkan bibirnya dan menatapnya kesal
“Eh? Jongie marah? Maafkan Yunnie ne?? Yunnie kan sayang
Jongie” kata Yunho dengan wajah menyesal
“Yunnie sayang Jongie?” kata Jaejoong kecil memandang Yunho
“Ne, Yunnie sayang sama Jongie” jawab Yunho kecil sambil
mengerutkan keningnya
Mata besar Jaejoong hanya dapat menatap wajah Yunho yang
sudah tampak berwibawa itu dengan tatapan penuh kekaguman. Kemudian dengan
segera Jaejoong kecil mendekatkan wajahnya dengan wajah Yunho dan lalu
memberikan kecupan kecil dibibir Yunho kecil. Yunho hanya dapat terdiam
menerima bibirnya yang terasa lembut itu. kecupan singkat itu memberikan dampak
tersendiri bagi Yunho. Terasa dada Yunho bergemuruh hebat saat ia merasakan
bibir lembut Jaejoong yang menempel dibibirnya itu.
“Tiap kali Jongie bilang sayang sama umma pasti Jongie
dicium sama umma, jadi karena sekarang Yunnie bilang sayang sama Jongie,
makannya Jongie cium Yunnie” kata Jaejoong kecil dengan senyuman malaikatnya
pada Yunho
Yunho kecil hanya dapat tersenyum malu malu sambil berusaha
menyembunyikan buratan merah dipipinya.
“Kalau Jongie sayang Yunnie kah?” tanya Yunho kecil kemudian
“Eh? Ne, Jongie juga sayang sama Yunnie!” jawab Jaejoong
sambil tersenyum
Yunho tersenyum lagi dan lalu mendekatkan bibirnya pada
bibir mungil milik Jaejoong. kembali bibir itu merasakan kehangatan dan
kelembutan pada bibir Jaejoong yang menggetarkan hatinya.
“Karena Jongie juga sayang sama Yunnie, makannya Yunnie cium
Jongie” jawab Yunho sambil tersenyum ketika melepaskan ciuman singkatnya dengan
Jaejoong
Kini buratan merah itupun terlihat menghiasi wajah Jaejoong
yang tidak dapat ditutupi kulit putihnya. Mereka berdua hanya dapat tertawa
malu malu saat mengatakan hal ‘romantis’ pada masing masing
End Flashback
“Itu hanya cinta masa kecil yang bodoh bukan?” kata Yunho
masih menatap bingung keadaan kamarnya
“Lagipula cinta diantara pria itu.. bukankah hal yang aneh?”
lanjutnya lagi.
Hatinya merasa sedikit geli ketika ia mengucapkan kata
‘cinta’ tadi. Begitupun dengan kepalanya yang kembali terasa berdenyut pelan
ketika pikiran tentang cintanya pada Jaejoong. ini bukan pertama kalinya Yunho
memikirkan hal yang menyangkut Jaejoong sampai seperti ini. terkadang hatinya
masih sangat meragukan pada perasaannya yang menunjukkan gejala aneh saat ia
bersama Jaejoong.
Dada yang selalu bergetar, tubuh yang terasa hangat dan
perasaan yang Yunho rasakan saat bersama Jaejoong mungkin memang agak tidak
wajar untuk dirasakan pada seorang sahabat. Apalagi sahabat yang juga teman
satu sekolahmu, teman satu kelasmu, bahkan tetanggamu.
Hanya saja kali ini , ketika Yunho tau hubungan Jaejoong dan
Hye Ra sudah putus. Ruang kosong yang ada dihati Yunho seakan diberi harapan
agar dapat terisi lagi oleh Jaejoong.
“Kim Jaejoong, bagaimana ini?”
“Kurasa aku benar benar... mencintaimu..” tanyanya pada
dirinya sendiri sambil menatap jendela kamarnya
***
“Aku mencintaimu” kata Jaejoong tanpa sadar pada sahabat
adiknya Yoochun
“Aigo, hyung, apa kau sudah gila??” pekik Yoochun kaget
sambil meninggikan suaranya dan menatap horor pada Jaejoong
“Eh? Kenapa?” tanya Jaejoong ketika kembali pada kenyataan
“Kau bilang kau mencintaiku? Aigo, aku ini sahabat adikmu
hyung!” kata Yoochun menggeser sedikit tubuhnya dari Jaejoong
“Eh? Ya! Kata kata itu bukan untukmu tau! Itu untuk pria
lain!” Decak Jaejoong sambil memukul pundak Yoochun
“Eh? Pria.. lain..??” tanya Yoochun penasaran dan mulai
mendekati Jaejoong
“Shit!” umpat
Jaejoong pada dirinya sendiri
“Hyung, kau sedang jatuh cinta.. pada pria??” tanya Yoochun
sedikit berbisik didekat telinga Jaejoong
“Soal itu...” Jaejoong menggigit bibirnya perlahan
memikirkan jawaban yang tepat atas pertanyaan yang diberikan oleh Yoochun
“Ya! Ya! Kalian ini sedang apa huh?” pekik seseorang dari
arah tangga dengan suara khasnya ketika ia tengah melihat Yoochun begitu dekat
dengan kakaknya. Terdengar sedikit nada kecemburuan didalam perkataannya
Yoochun sesegera mungkin menjauhkan tubuhnya dari Jaejoong
dan tersenyum gugup pada namja lain yang kini tengah mendekat ke arah mereka.
Jaejoong hanya dapat menatap tingkah aneh yang ditunjukkan Yoochun pada adiknya
itu dengan tatapan mata yang sinis dan kerutan bingung dikeningnya.
“Ju..Junsu ya. Kau sudah siap rupanya” kata Yoochun tergagap
ketika namja bernama Junsu itu semakin mendekati mereka
“Ne. Dari tadi aku sudah siap. Apa yang tadi kalian
lakukan?” tanya Kim Junsu dengan nada sinis yang tak kalah dengan tatapannya saat
menatap Yoochun
“Anniyo, ini hanya.. rahasia antar lelaki” kata Yoochun.
Bagus ini adalah alasan terbodoh yang pernah Yoochun buat seumur hidupnya
“Lalu kau pikir aku ini apa huh?? Aku juga lelaki!!” protes
Yoochun dengan suara nyaringnya
Jaejoong yang sudah tidak tahan dengan tingkah laku adiknya
ini akhirnya turun tangan dan lalu menyentuh pundak adiknya pelan.
“Tidak ada yang kami lakukan, tadi dia hanya ingin melihat
bekas tindikkanku saja Suie ya” kata Jaejoong berusaha memberikan alibi yang
lebih masuk akal
“Benarkah?” Tanya Junsu masih menatap Yoochun dengan sinis
“Ne. Tentu” kata Yoochun kemudian yakin tidak yakin
Junsu menghela nafasnya perlahan lalu menatap pada kakaknya
dengan perasaan menyesal.
“Baiklah aku akan berangkat sekarang. Aku pergi dulu. Jja
Chunnie” kata Junsu membungkuk sebentar pada Jaejoong kemudian berbalik menuju
pintu keluar
Yoochun pun mengambil tas sekolahnya dan lalu berangkat
mengikuti Junsu. Namun, sebelum Yoochun benar benar jauh dari Jaejoong, ia
berbalik dan kembali menatap Jaejoong dengan tatapan penasaran dan tatapan
kelegaan.
“Aku berhutang terimakasih dan penjelasan darimu hyung” kata
Yoochun kemudian membungkukkan tubuhnya dan kemudian benar-benar menyusul Junsu
Jaejoong hanya dapat menatap kepergian mereka datar. Tereka
setiap tingkah aneh yang Yoochun dan Junsu lakukan tadi didalam kepalanya
dengan jelas. Mulai dari sikap cemburu Junsu hingga sikap gugup Yoochun.
Seketika kepalanya menangkap suatu pemikiran yang kinipun sedang dihadapinya.
“Apa mereka... saling jatuh cinta??” tanya Jaejoong pada
dirinya sendiri
***
Terasa sedikit kecanggungan diantara kedua namja yang kini
tengah berjalan berdua menuju kesekolah ini. letupan letupan kecil serasa
menggelitik perut mereka kala itu. belum lagi debaran debaran yang terus
menerus menggema didada mereka masing masing.
Tiba tiba angin yang cukup besar menerpa wajah mereka yang
tidak dilindungi oleh apapun. Angin musim gugur kali ini memang cukup kencang,
belum lagi debu dan tanah yang suka ikut terbawa bersama angin.
“Ah, mataku!” pekik Jaejoong sambil menutup matanya pedih
karena dimasuki oleh debu
“Tunggu tunggu, sini aku bantu!!” ucap Yunho yang dengan
sigap mendekati Jaejoong
Yunho menyentuh mata Jaejoong perlahan dan lalu membuka
sedikit kelopak mata Jaejoong. Bibir Yunho dengan lembut meniupkan beberapa
hembusan pada sekeliling mata Jaejoong.
Beruntung Jaejoong lebih kecil darinya sehingga ia bisa leluasa untuk
membantu meniupi matanya.
“Bagaimana?” tanya Yunho dengan tangannya yang masih dengan
cemas memegangi wajah Jaejoong
“Sudah lebih baik.” jawab Jaejoong sambil mengangguk pelan
diantara himpitan tangan Yunho
Jaejoong pun menegadahkan kepalanya berusaha menatap Yunho
yang tengah memperlihatkan wajah khawatirnya. DEG! Terasa debaran debaran yang
semakin menggila didadanya. Desiran desiran itu kembali menjalari tubuhnya
dengan ganas sehingga mengembalikan buratan merah yang bersemu dipipi Jaejoong.
Jaejoong yang tersadar dari kehangatan tangan Yunho dengan segera memundurkan
tubuhnya dan melepaskan tangan Yunho.
“Terimakasih Yunho ya” kata Jaejoong kembali menundukkan
wajahnya untuk menyembunyikan semu merah muda dipipinya lalu kemudian kembali
berjalan mendahalui Yunho
Yunho hanya dapat terdiam melihat tingkah aneh Jaejoong.
mungkin ini akibat dari kata kata anehnya tadi malam yang mungkin juga membuka
kenangan lama yang ingin dilupakan Jaejoong. apakah benar begitu?
***
“Kau ini kenapa huh?” tanya Yunho dengan wajah serius
“Apa?” kata Jaejoong dengan singkat. Perlu Jaejoong akui,
belakangan ini ia tidak dapat mengontrol perasaannya lagi pada Yunho, setiap
mengingat panggilan ‘Jaejongie’, bahkan ciuman kecil mereka dulu, hanya membuat
dada Jaejoong berdebar semakin menggila
“Kau menjauhi ku, apa aku melakukan sesuatu yang salah?”
tanya Yunho lagi
“Tidak” jawab Jaejoong dingin yang sebenarnya lebih untuk
menutupi kegugupannya
“Ya! Kim Jaejoong! aku tidak suka kau yang dingin seperti
ini! apakah putus dengan Hye Ra benar benar mengganggumu?!” pekik Yunho tidak
sabar sambil menarik pundak Jaejoong agar menghadapnya
Diatap sekolah ini memang hanya ada mereka berdua. Entah
kenapa belakangan ini Jaejoong jadi sangat sering mengunjungi tempat ini.
perasaan Yunho mengatakan kalau semua ini ada hubungannya dengan dirinya. Benarkah?
“Ya! Jung Yunho! Apa sangkut pautnya dengan Hye Ra!? Aku
saja tidak pernah melihatnya lagi selama ini!” jawab Jaejoong ikut meninggikan
nadanya
“Lalu kenapa? Kau menjauhiku huh? Bersikap acuh tak acuh
padaku? Apa karena perkataanku malam itu?” kata Yunho tepat mengenai sasaran
Jaejoong merasakan jantungnya berhenti untuk sesaat sebelum
akhirnya memberikan debaran debaran yang lebih kencang dari sebelumnya.
Perkataan Yunho sangat menyentak hatinya dan membuat dadanya tercekat. Kosakata
kosakata pun luput dikepala Jaejoong sehingga hanya dapat membuat pria cantik
itu menggumam pelan.
“Kim Jaejoong!!” bentak Yunho kemudian
“Iya! Ini semua karena perkataan mu malam itu! Karena hal
itu membuatku memikirkan hal yang seharusnya tidak kupikirkan! Karena hal itu
membuatku merasakan perasaan yang selalu menggangguku!” kata Jaejoong
“Hingga akhirnya aku
menyadari aku masih mencintaimu”
“ Karena hal itu membuatku tidak ingin lama lama bersamamu!”
lanjutnya kemudian agak kasar
“karena saat bersamamu
jantungku bergetar sangat hebat”
“Mengerti??!” kata Jaejoong akhirnya
Yunho terdiam sejenak. Dadanya berdebar debar tidak menentu.
Terasa rasa sakit yang amat sangat ketika Jaejoong mengucapkan kata kata yang
menyakitkan itu. benar ternyata ini ada hubungannya dengan malam itu. benar
ternyata kenangan itu hanya membuat Jaejoong tidak ingin berlama lama
dengannya.
“Begitukah?” tanya Yunho dengan tatapan penuh kepedihan
Senyum sinis terukir diwajah tampannya yang kini menampakkan
raut penuh kepedihan karena perkataan yang sangat menusuk dari Jaejoong. kini
Yunho mengerti, Yunho sangat mengerti nahwa bahkan sebelum ia menyatakan
perasaannya pada namja dihadapannya ini, ia sudah ditolak.
“Kalau begitu, berbahagialah. Dan jalanilah hidupmu itu ..
tanpa aku” kata Yunho kemudian membalikkan tubuhnya. Tangannya mencengkram erat
seragam sekolahnya yang tepat berada didadanya. Kini bagian terasa sangat
sakit. Sangat, sangat, sangat sakit.
Jaejoong hanya dapat terdiam sambil mencerna tiap perkataan
Yunho yang baru saja diucapkan padanya. Otaknya kini terasa sangat lambat dalam
mencerna perkataan itu hingga akhirnya sosok yang mengisi hatinya belakangan
ini telah menghilang. Jaejoong jatuh terduduk diatap sekolah itu masih dengan
wajah penuh kebingungannya. Ia tidak dapat ah bukan, ia tidak ingin mencerna
apa yang Yunho katakan padanya.
“Tidak. Bukan seperti itu” kata Jaejoong dengan pupil
matanya yang masih melebar sambil meratapi tubuh Yunho yang kini sudah
menghilang
“Aku tidak bermaksud seperti itu” kata Jaejoong memegangi
dadanya yang kini terasa sesak
Terasa butiran butiran kecil memenuhi pelupuk matanya yang
kemudian tidak dapat tertampung lagi hingga akhirnya terjatuh indah dipipi
mulus milik Jaejoong. terasa hatinya sangat sakit setiap kali ia mengingat
setiap kata yang ia ucapkan pada Yunho tadi. Ia menyesal. Ia merasa bodoh dengan
kata kata itu. Yunho kini pasti sudah salah paham dan Jaejoong tidak tau
apalagi yang akan dilakukannya.
Butiran air mata masih terus mengalir dari pelupuk mata
Jaejoong. terdengar isakkan yang sangat memilukan dari mulut pria manis itu.
Udara bagaikan turut menjauhinya sehingga ia merasakan sesak kini. Dadanya kini
terasa sangat sakit. Seakan serpihan hatinya yang telah hancur kini menyayat
seisi dadanya perlahan. Kepalanya berdenyut pelan membuatnya tidak dapat
berpikir jernih. Ia butuh Yunho. Ia sangat membutuhkannya.
“Yunho..kembalilah..” ucap Jaejoong lebih seperti berbisik
dengan suara paraunya
***
“Hyung yakin tidak akan berpamitan dengan Yunho hyung?”
tanya Junsu sambil mengamati kakaknya
“Eh? Bukankah aku sudah berpamitan disekolah?” jawab Jaejoong
yang kini tengah sibuk mengemas barangnya
“Tapi itu berbeda hyung, maksudku, apa kau tidak mau
berpamitan secara pribadi padanya?” tanya Junsu lagi memperjelas pertanyaannya
Jaejoong terhenti sesaat lalu menghela nafasnya perlahan. Ia
pun berbalik dan menatap Junsu yang kini tengah menatapnya cemas.
“Tidak perlu, lagipula sepertinya dia sedang sibuk dengan
teman temannya” jawab Jaejoong sambil tersenyum untuk menenangkan adiknya itu
lalu melanjutkan kegiatannya yang terhenti barusan
Junsu hanya dapat memandang khawatir pada kakaknya. Sejak
malam sejak ia melihat kakaknya pulang dengan saat berantakkan, ia yakin
sesuatu telah menimpa kakaknya. Dan itu pasti ada hubungannya dengan namja
tetangga sebelah yang bernama Jung Yunho. Bagaimanapun Junsu bukan anak 7 tahun
lagi yang masih mengartikan peristiwa ini hanya dengan tatapan bingung, kini ia
mengerti bahwa kakaknya ini sedang sangat kehilangan. Entah kehilangan yang
seperti apa, tapi yang pasti, ia sangat kehilangan.
“Hyung..” kata Junsu lagi mencoba meyakinkan kakaknya
Jaejoong lalu menaikkan badannya sambil membawa beban tas
pada tumpuan tangan kanannya dan koper berada pada tangan kirinya.
“Baiklah, semua sudah siap. Ayo kita berangkat” kata
Jaejoong kembali tersenyum pada Junsu dan melangkahkan kakinya menuju pintu
keluar yang disana sudah terdapat taksi yang sudah menanti mereka
Junsu hanya dapat menghela nafas pasrah melihat sikap
kakaknya yang penuh kepura puraan ini. ia tahu pasti bahwa dibalik senyuman
riang kakaknya itu, tersimpan sebuah sakit hati yang besar yang mengendap
didalamnya. Dengan pasrah Junsupun mengikuti Jaejoong menuju pintu keluar.
“Junsu ya!” pekik Yoochun begitu mendapati Junsu keluar dari
pintu rumahnya
Junsu menengok tanpa ragu ketika mendapati sosok yang sangat
diinginkannya hadir kini tengah berdiri dibalik pohon sambil melambaikan
tangannya pada Junsu. Tanpa ragu Junsu pun mendekati namja itu dan menyapanya
riang.
“Yoochun ah kau benar benar datang?” tanya Junsu dengan
ekspresi senang yang tidak dapat ditutupi dari wajahnya
“Tentu saja kau pikir aku tidak akan datang saat sahabatku
akan pergi jauh huh?” tanya Yoochun sedikit menggoda Junsu
DEG! Terasa sedikit ngilu didada Junsu ketika Yoochun
menggunakan embel embel sahabat diantara mereka. Seperti lonceng sekolah yang
mengingatkan siswa untuk masuk , perkataan ini juga seperti lonceng yang selalu
mengingatkan bahwa mereka tidak pernah lebih dari sahabat.
“Junsu ya, kenapa?” tanya Yoochun ketika menangkap raut muka
Junsu yang tampak kecewa
“Ah, anni, hanya berpikir, kenapa ayahku harus dipindah
tugas ketika aku sudah menemukan sahabat sebaik dirimu dikota ini hehe” jawab
Junsu sambil terkekeh paksa
“Ah, soal itu aku juga sangat menyayangkannya. Mmm.. Junsu
ya” panggil Yoochun kemudian
“Hm?” Junsu menyaut sambil menggerakkan kepalanya gemas
Yoochun terdiam untuk beberapa saat hingga akhirnya ia
mengambil beberapa langkah untuk mendekatkannya dan Junsu hingga akhirnya tidak
ada jarak diantara mereka. Perlahan tangan Yoochun pun menyentuh pipi Junsu
lembut dan mulai mendekatkan wajah mereka. Sebuah kecupanpun tak terelakkan
singgah dibibir mereka masing masing. Setelah saling berpagutan dengan lembut
merekapun melepaskan ciuman mereka dan saling melempar senyum masing masing.
“Hati hatilah dijalan” kata Yoochun penuh perhatian masih
sambil memegangi wajah Junsu gemas
“Ne, pasti” balas Junsu kemudian sambil tersenyum senang
Mereka bertatapan untuk waktu yang cukup lama dan membiarkan
mata mereka yang berbicara kala itu. terasa perasaan lega diantara kedua orang
itu.
“Junsu ya! Ayo kita berangkat!” Teriak yeoja yang adalah ummanya pada Junsu
yang terpisah cukup jauh dari depan rumahnya
“Aku pergi” kata Junsu pelan sebelum memberi ciuman kilat
pada namja yang bernama Yoochun itu dan pergi menuju ibunya
***
From : Yoochun Park
:D
To : <You>
Aku sudah berhasil.
Sekarang giliranmu hyung
Jaejoong hanya dapat menatap layar ponselnya sambil
membelalakan matanya. Seketika ia melihat ekspresi Junsu yang mendatangi taksi
dengan riang dan malu malu dan sering memalingkan matanya menatap ke arah pohon
tempat Yoochun berada. Jaejoong kembali memandang ponselnya dengan bergetar
lalu mengetikkan sebuah pesan.
From : <You>
To :Yoochun Park :D
Baiklah.. aku
mengerti
Ia pun meneguhkan hatinya dan kembali memandang ponselnya.
Ia kemudian mengetikkan beberapa pesan teks kepada nomor yang sudah sangat lama
ia ketik. Tangannya cukup bergetar ketika mengetikkan beberapa kata
diponselnya.
“Ayo Jaejoong ah” kata ummanya yang menyuruh Jaejoong
menaiki taksinya
“Ah, ibu duluan saja dengan Junsu, aku masih ada urusan yang
belum selesai” kata Jaejoong kemudian
“Hais, kau ini, baiklah tapi dalam 20 menit kau harus
kebandara, arraseo?” kata ummanya Jaejoong lagi
“Ne..” angguk Jaejoong patuh
Taksi yang dinaiki Junsu dan ibunyapun mulai melaju,
Jaejoong melambaikan tangannya perlahan dan menurunkannya ketika taksi itu
mulai menjauh. Jaejoong mengambil nafas perlahan dan mengeluarkannya dengan
berat. Mungkin ini memang sudah saatnya ia meminta maaf sambil berkata yang
sejujurnya pada Yunho. Mungkin ini akan menjadi akhir persahabatan mereka tapi
mungkin itu akan lebih baik daripada berakhir karena sebuah kesalah pahaman.
“Ahjumma” panggil Jaejoong pada ibu Yunho yang tadi ikut
melepas kepergiannya
“Ne, Jaejoong ah??” jawab Ny. Jung ramah
“Bolehkah aku memohon sesuatu?” tanya Jaejoong lagi sambil
tersenyum
***
Yunho menatap cemas pada jam disekolahnya. Ia merasa sangat
tidak enak jika tidak ikut melepas Jaejoong saat kepergiannya. Bagaimanapun
mereka sudah bersahabat selama 10 tahun belum lagi perasaan yang masih
mengganggunya selama ini walau ternyata Yunho telah merasa ditolak.
“Wah, Jae akan berangkat 15 menit lagi yah?” tanya teman
Yunho pada orang disebelahnya
“Iya, huh sayang sekali dia harus pergi padahal dia teman
yang menyenangkan” kata teman lainnya
“Kalau saja aku punya lebih banyak waktu aku akan lebih
sering bermain dengannya” sahut yang lainnya
Yunho yang merasa gerah dengan perkataan teman temannya itu
akhirnya pergi meninggalkan ruang klub dan berpikiran untuk pulang menuju
rumahnya. Namun seketika sebuah kata terngiang hebat dikepalanya.
“Kalau saja aku punya
banyak waktu aku akan lebih sering bermain dengannya”
“Kalau saja...” Yunhopun terhenti dari langkah kakinya dan
lalu terdiam
Pikiran pikiran tentang perkataan Jaejoong kala itu memang
belum sepenuhnya dilupakannya namun hatinya kali ini merasa sangat tidak tenang
bila ia tidak melihat Jaejoong. belum lagi sejak malam itu, hubungan mereka
tidak pernah membaik dan malah menjadi canggung. Jaejoong pun berubah, menjadi
lebih pendiam. Rasa bersalahpun menghantui Yunho sejak saat itu.
“Taksi!” panggil Yunho ketika kendaraan beroda 4 itu
melewatinya
***
Yunho mengamati seisi bandara dengan seksama sambil berusaha
mencari sosok yang paling ingin ia temui. Paling ingin ia sampaikan maaf. Dan
paling ingin ia sampaikan cinta. Mata musang Yunho menelanjangi setiap
pemandangan dan celah dibandara namun tidak mendapati sosok namja kesukaannya,
hingga ia menemukan sesuatu yang bagai petunjuk baginya
“Kim Junsu!” panggil Yunho ketika mendapati Junsu yang
sedang membeli minuman
“Ah, hyung!!” pekik Junsu kaget ketika melihat Yunho
dihadapannya
“Dimana Jaejoong?” tanya Yunho tanpa basa basi
“Ah, Jejoong hyumh tidak berangkat bersamaku, ia bilang ada
sesuatu yang harus ia selesaikan” jawab Junsu terus terang
“Apa?? Jadi dimana dia sekarang??” Tanya Yunho lagi panik
“Entahlah” kata Junsu ikut dibuat bingung
“Baiklah terimakasih Junsu ah” kata Yunho menepuk pundak
Junsu dan kemudian dengan cemas kembali menuju arah gerbang
Yunho berlari seperti orang linglung. Ia bingung dimana
harus mencari Jaejoong dan apa yang akan dilakukan Jaejoong. pikirannya
dipenuhi oleh satu nama Jaejoong, Jaejoong, Jaejoong. hanya nama itu. ia ingin
sekali dapat bertemu dengan namja itu. namja yanga akan selalu mengisi hatinya.
Bahkan jika Yunho memang akan ditolak, setidaknya Yunho ingin Jaejoong tau
betapa ia mencintainya.
Pikirannya yang kalang kabut itu membuat Yunho tidak dapat
berpikir jernih hingga akhirnya ia memutuskan mengeluarkan ponselnya dan
menghubungi namja itu secara langsung. Seketika ketika Yunho mengeluarkan
ponselnya ia melihat pesan yang tertinggal untuknya
From : JaeJaeJae Kim
To : <You>
Aku ingin mengatakan
sesuatu padamu. Penting. Aku menunggumu dirumahmu ne? Kuharap kau mau datang
Melihat pesan itu dengan segera Yunhopun berlari dan
memanggil taksi lainnya untuk membawanya kembali kerumahnya. Ia berharap. Ia
benar benar berharap masih diberikan kesempatan untuk dapat bertemu dengan
Jaejoong. sekali saja. Ia ingin mengatakan betapa ia mencintai namja itu.
***
“Ia benar benar tidak datang” kata Jaejoong kemudian lalu melangkahkan
kakinya menuju pintu keluar di rumah Yunho. Sebelum benar benar pergi Jaejoong
berpamitan dengan Ny. Jung yang melepasnya ramah
Jaejoong kemudian memanggil taksi putih lainnya yang lewat
didepannya dan kemudian menyuruhnya untuk membawanya kebandara. Jaejoong hanya
dapat menatap rumah Yunho dengan tatapan penuh penyesalan dan kekecewaan.
Seandainya boleh saat ini Jaejoong tidak pergi sebelum meminta maaf pada Yunho
tapi ternyata takdir memang tidak mngijinkannya.
“Jalan pak” kata Jaejoong menyuruh driver taksi itu
membawanya kebandara
Terasa sedikit lonjakkan ketika taksi putih yang dinaiki
Jaejoong hampir menabrak taksi hijau dihadapannya dan membuat ponsel Jaejoong
terjatuh. Jaejoong berusaha mengambil ponselnya yang jatuh itu dan kemudian melihatnya
berharap ada balasan dari Yunho namun yang ia dapat dari namja itu hanyalah
harapan kosong.
***
Yunho yang menaiki taksi hijau itu cukup terlonjak kaget
ketika taksi miliknya hampir menabrak taksi lain dihadapannya. Namun akhirnya
taksi putih itu dapat menyesuaikan dengan jalan disekitarnya dan pergi dengan
lancar. Yunho mengamati isi taksi itu berharap Jaejoong ada disana namun
ternyata itu hanyalah sebuah harapan kosong.
Yunho dengan cemas memasuki rumahnya dan membuka pintu
dengan kasar.
“Kim Jaejoong!!” Teriak Yunho menyebutkan nama namja yang
berhasil mengganggu hidupnya
“Yunho! Apa apaan kamu berteriak teriak seperti itu!!” Kata
ibu Yunho yang kaget dengan kedatangan Yunho yang tiba tiba
“Umma! Apa Jongie masih disini??” tanya Yunho tidak memperdulikan
pertanyaan ibunya
“Kau ini kemana saja??! Dia menunggumu cukup lama disini!
Sudah terlambat! Dia seudah kembali kebandara! Sebentar lagi pesawatnya akan
berangkat!” Ucap ibu Yunho yang juga kesal karena daritadi Yunho tidak kunjung
datang
Yunho hanya dapat terdiam. Keseimbangan tubuhnya hancur
seketika, membuatnya kini jatuh terduduk dihadapan ibunya. Sakit, hancur,
kehilangan, kini semua itu bercampur dalam dada Yunho. Ini bahkan lebih sakit
dari penolakan yang Jaejoong berikan secara tidak langsung pada malam itu. ini
lebih sakit. Sangat sakit. Kini Yunho merasa sangat kesepian, tanpa wajah
malaikat yang selalu mengisi harinya selama ini, tanpa senyuman itu. Yunho
merasa sangat hampa. Cukup sakit Yunho meenghindari senyuman itu selama
beberapa hari ini. kini, Yunho benar benar kehilangan senyuman itu.Bahkan
mungkin akan kehilangan senyum itu selamanya.
Dengan malas Yunho memasuki kamarnya dan melemparkan tasnya
kesembarang arah. Seandainya saja.. Yunho tidak semarah itu. Seandainya saja
Yunho mau menurut ketika Jaejoong ingin memberikan penjelasan. Seandainya
saja.. masih banyak waktu.. Yunho harap, ia bisa menyatakan perasaannya.
Ia menatap jendela kamar yang biasanya berisikan senyum
malaikat itu dibalik kaca jendela kamarnya. Ia ingin melihatnya. Melihat
malaikat itu kembali tersenyum kepadanya. Tangan Yunho kemudian meraih tombol
lampu dan menyalakan lampu kamarnya. Matanya menangkap sesuatu yang tidak biasa
dikaca jendela kamarnya. Tulisan tangan yang sangat tidak asing dimatanya.
Saranghae Jung Yunho
-Kim Jaejoong-
Yunho hanya dapat menatap tulisan itu dengan bergetar. Mata
musangnya melebar membaca tulisan dikaca jendela itu.”Saranghae” kata yang benar benar tercatat dalam kepala Yunho kini.
Yunho menyentuh tulisan pada kaca jendela itu dan memastikan bahwa itu adalah
tulisan Jaejoong. dan ya, ia sangat mengenal tulisan itu. benar benar mengenal
tulisan itu. mata Yunho kini terasa sangat panas. Air matapun kini terjatuh
membasahi pipi mulus miliknya. Isakkan tangis menyeruak mengisi kehampaan dikamarnya
terlebih dihatinya. Ia tidak ditolak. Ia tidak pernah ditolak. Seandainya saja
dia bisa mengatakannya lebih cepat..
“Nado Saranghae, Kim Jaejoong” katanya disela tangisnya yang
memilukan itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar