Title: Unpredictabble Love
Author : Cindy Ayu S.
Rate : PG 17
Author : Cindy Ayu S.
Rate : PG 17
Main Character:
Shim Changmin
Yuuka Shinju (OC)
Kim Junsu
Haruno Kaika (OC)
Kim Jaejoong
***
Seorang dengan pakaian rapi dan sebuket bunga lili kini
tengah berdiri dihadapan sebuah nisan yang tampak terawat itu. Nama yang
terukir disana masih memberi efek nyeri pada dada seseorang dihadapannya ini.
Sebersit masalalu kembali memperlihatkan jejaknya dalam kehidupan orang itu.
Kembali terlihat dan kembali terasa setiap jengkal kesakitan yang tersembunyi
disana.
“Aku merindukkanmu” katanya sambil menaruh sebuket bunga
tersebut dihadapan nisan tersebut
“Kau tau? Bahkan aku sangat merindukkanmu” lanjutnya sambil
menatap nisan itu dengan sendu dan senyum kecilnya
“Orang yang menyebabkan semua ini,ternyata orang yang dekat
denganku” katanya sebelum mengambil nafas berat
“Orang yang sangat dekat denganku” lanjutnya sambil
mendesahkan nafasnya
***
“Kenapa kau tidak pernah menceritakannya padaku?” tanya
Yuuka penuh dengan amarah kala itu.
Untuk pertama kalinya Haru merasa setakut ini terhadap
sepupunya. Jujur saja, seumur hidupnya ia jarang sekali melihat kemarahan Yuuka
yang melebihi sindiran kejam dan sebuah caci maki.
“Maafkan aku” kata Haru berusaha menutupi rasa takutnya
“Kau bilang Yesung hanya pergi sebentar!! Kau tau? Ini
kepergian yang tidak sebentar!!” pekik Yuuka sudah tidak bisa menahan amarahnya
“Maafkan aku” kata haru lagi kini mulai sedikit merasa
jengkel
“Apa yang ada dipikiranmu Haru??!! Tidak taukah ini sangat
menyakitkanku??!” Pekik Yuuka lagi sambil membiarkan kedua matanya mengeluarkan
cairan bening yang telah menggenang sejak tadi
“Aku bilang maafkan aku!! Tidak taukah kau bahwa ini juga
menyakitkanku??!! Kau pikir mudah mengatakan pada seseorang yang menyukainya
sebuah kabar duka??! Lagipula dokter yang menyuruhku untuk tidak mengatakan
apapun padamu! Kalau kau ingin memaki, makilah dokter itu!!” kata Haru sambil
menghentak meja dan pergi meninggalkan Yuuka
“YA! HARUNO KAIKA!!” pekik Yuuka sebelum akhirnya mendengar
hentakkan pintu dari arah pintu keluar
Yuuka mendesah pelan sebelum akhirnya terduduk lemas di
sofanya yang empuk itu. ia mengeluarkan sebuah rasa sesal yang amat berat
ketika pada akhirnya nama yang terasa menghilang itu kini kembali mengisi
pikirannya. Sejejak masalalu yang tampak kabur baginya kini tampak menemukan
sebuah titik terang yang menjemukan pikirannya. Ia terisak. Terisak sambil
menahan sakit yang mengoyak dadanya. Diruangan yang sepi ini, kini Yuuka benar
benar sendiri. Ia benar benar sendiri dan kesepian.
***
Pagi itu, seperti biasa keadaan sekolah Toho sangat ramai
dan penuh dengan candaan namun tidak bagi pria yang kini tengah melangkahkan
kakinya menuju kelasnya. Langkah kakinya terasa berat bahkan hanya untuk menuju
ruang kelas yang sudah tidak jauh lagi itu. Sekejap tangannya meraih pintu
kelas sebelum akhirnya menggesernya dan membuatnya berhadapan dengan sosok yang
paling tidak ingin ditemuinya saat ini.
“Ohayou, Changmin” sapa gadis itu nampak memperlihatkan
senyum yang terlihat lemah kala itu
Changmin yang tidak memperdulikkan senyuman lemah gadis itu
langsung menghindarkan kontak mata mereka dan pergi memasuki kelas dengan
tatapan matanya yang kembali datar.
“Hey yo, pangeran! Senang melihatmu disini” kata Tooru
menepuk pundak Changmin yang hanya dibalas sebuah tatapan mata dingin pada
Tooru
“Astaga, kau memang pangeran yang dingin ckck. Baiklah kalau
kau tidak ingin kuganggu pangeran! Sampai jumpa!” kata Tooru kemudian
meninggalkan Changmin yang kini menempati tempat duduknya
“Hey, kau kenapa?” Tanya seorang gadis yang tadi berpapasan
dengannya dipintu
Changmin menatap mata gadis itu sebentar. Terlihat ada sembab
dan terdapat kantung mata disana. Sesungguhnya ada sesuatu yang selalu
menggelitiknya dan membuat Changmin ingin lebih memperhatikan gadis
dihadapannya ini namun tetap saja dia tidak bisa mengelak satu hal dari gadis
itu.
Seketika Changmin melepaskan kontak mata mereka dan segera
bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan gadis yang termenung itu
disana. Sakit. Hati Changmin sangat sakit saat melakukan itu semua, namun sakit
ini tidak sesakit seperti apa yang telah gadis itu lakukan pada dirinya.
***
Yuuka POV
Haru pergi dari semalam dan belum kembali hingga kini. Apa
aku terlalu kasar padanya? Tapi kenapa ia harus membohongiku selama ini? Aku
tidak suka dibohongi! Tidak taukah ia bahwa aku sangat sakit saat mengetahui
rahasia itu dengan cara yang sangat tidak mengenakkan.
Aku bangkit dari kursi tempat dudukku dikelas dan menuju
pintu keluar. Aku amat membutuhkan udara segar kini. Aku hendak membuka pintu
sebelum akhirnya pintu itu terbuka lebih dahulu dan menunjukkan sosok yang
cukup menyejukkan hatiku. Shim Changmin.
“Ohayou, Changmin” sapaku sambil berusaha menujukkan
senyumku – yang pasti terlihat sangat lemah- dihadapannya
Namun Changmin tidak menatap mataku sama sekali dan malah
pergi meninggalkanku menuju ketempat duduknya. Ada apa ini? bukankah baru
kemarin kami baik baik saja? Kenapa tiba tiba ia kembali menjadi seperti
Changmin yang baru pindah beberapa bulan yang lalu?
Kutatap pria yang tengah menuju ke tempat duduknya tersebut
terhenti sebentar kala Tooru menyapanya. Aku melihat tatapan mata itu lagi dari
Changmin. Dingin. Sangat dingin seperti bongkahan es yang tidak akan dapat
tersentuh.
“Hey, kau kenapa?” tanyaku padanya yang hanya dibalas sebuah
tatapan darinya
Tatapannya kala itu menyiratkan sebuah .. Luka? Apakah dia
sedang terluka? Aku mencoba mencari suatu jawaban dalam matanya sebelum
akhirnya ia melepas kontak mata kami dan pergi meninggalkanku lagi. Kali ini
aku hanya dapat menatap punggungnya lagi. Lagi.
Penat menyerang kepalaku hingga selama pelajaran berlangsung
aku tidak dapat konsentrasi dengan apa yang sensei ajarkan hingga akhirnya bel
pulang sekolah berbunyi. Dan disinilah aku sekarang di sebuah tempat bermain
game yang paling sering kudatangi untuk melepas penat. Sekali lagi aku bermain
permainan disini dengan gila-gilaan dan tanpa ampun pada setiap alat bermain
yang kugenggam.
“Ya! Ya! Bisakah setiap kali kau kesini kau tidak berusaha
menghancurkan sebuah alat bermain?” pekik suara seseorang yang memang sedang
kutunggu
“Ya! Partner! Tidak bisakah kau tidak menceramahiku? Temani
aku bermain!” kataku yang sedang tidak ingin diberi nasihat apapun. Kini aku
hanya ingin melepas penat dan kegerahan yang ada dalam tubuhku.
Aku terus memukuli tikus tikus yang selalu muncul ditempat
permainan itu dengan penuh tenaga. Mungkin memang benar kata Junsu aku akan
menghancurkan permainan ini, tapi aku tidak perduli! Aku hanya ingin semua
masalahku terangkat!
“YA!!” pekik Junsu sambil mengambil tanganku dan berusaha
menghentikanku yang terus saja memukul tikus tikus tadi.
Terasa perih dimataku dan mau tidak mau membuat sebuah
genangan disana. Junsu yang sejak tadi menggenggam tanganku lalu menarik
tanganku dan mengajakku pergi. Aku berusaha mensejajarkan langkah kakiku dengan
Junsu yang kini tengah berlari dengan tergesa gesa hingga akhirnya langkah kami
terhenti disebuah taman bermain.
“Apa yang kita lakukan disini?” tanyaku pada Junsu yang
tampak sedang mencari sesuatu
Sejenak kuperhatikan wajah Junsu yang tampak telah berhasil
menemukan apa yang ia cari dan mengalihkan tatapannya padaku sambil menunjukkan
senyumnya.
“Apa kau percaya padaku?” tanya Junsu kemudian
‘DEG’ seketika dadaku terasa hangat namun ngilu saat Junsu
mengucapkan kata itu. Kata yang terasa amat familiar dan amat kunikmati saat
seorang lain yang mengatakkannya. Changmin. Entah kenapa, kataku itu sangat
melekat padanya. Namun kini yang kulihat adalah Junsu, dan perlu kuakui akupun
merasa hangat kala Junsu mengatakan kata tersebut.
Aku mengangguk pelan sebelum akhirnya ia menarikku dan
membawaku kesebuah arena bermain. Roller Coaster.
“Ya! Apa yang kau pikirkan huh?! Aku tidak mungkin menaiki
mainan itu!” pekikku sambil berusaha kabur dari tempat itu
“Eh!! Tidak bisa! Kau harus menemaniku menaiki ini!” paksa
Junsu sambil menahan tanganku
“Aku tidak mau!!” teriakku yang mengundang beberapa mata
untuk menatapku dan Junsu
“Ya! Ya! Kau percaya padaku bukan?” tanya Junsu kemudian dan
membuatku terdiam dan menundukkan kepalaku
“Apa kau percaya padaku, Yuuka?” tanya Junsu kemudian
Aku menegadahkan kepalaku dan menatapnya kini. Saat menatap
mata Junsu aku merasakan sebuah kesungguhan disana. Kesungguhan yang amat
familiar yang membuatku akhirnya luluh pada setiap tindakkannya.
“Aku percaya padamu” jawabku kemudian lalu menaiki roller
coaster itu bersamanya.
Kami duduk pada gerbong yang berada dipaling depan,
menakutkan memang namun bagaimanapun orang disebelahku ini pasti melindungiku.
Bagaimana aku tau? Karena aku percaya padanya.
Roller Coaster tersebut mulai naik dan bersiap untuk turun.
Astaga, aku mungkin sudah gila mau menaiki permainan ini. Aku ingin turun!!!
“AAAAAAAAA!!!!” Teraik Junsu kala akhirnya Roller Coaster
itupun mulai melaju kebawah
Aku yang tak kuatpun lalu ikut berteriak melepaskan segala
ketakutanku. Awalnya hanya ketakutanku pada permainan itu. Lalu aku berteriak
untuk melepaskan segala amarahku pada Haru. Teriakkan untuk melepaskan
kerinduanku pada Yesung. Dan teriakkanku untuk melepaskan segala kebingunganku
pada perubahan sikap Changmin. Aku berteriak untuk melepaskan semua beban dalam
hidupku hari ini.
***
“Bagaimana keadaanmu?” tanya Junsu saat memberikan sebotol
air mineral padaku
“Aish, kepalaku pusing, dan perutku terasa mual” kataku
kemudian lalu meminum air mineral tersebut
“Bagaimana dengan perasaanmu?” tanya Junsu lagi dan
membuatku sedikit terdiam
“Kau sudah merasa lebih baik?” tanya Junsu lagi
Aku mengangguk pelan sementara Junsu tersenyum lebar padaku .
“Baguslah, setidaknya kau tidak perlu merusakkan permainan
pada tempat bermain itu dan membuat setiap orang di tempat bermain itu kena serangan
jantung hahaha” kata Junsu dengan tawanya yang renyah
“Maksudmu akan lebih baik jika aku yang harus mempersiapkan
jantungku untuk menghadapi hal seperti tadi huh? Bagaimana bila jantungku lemah
dan aku yang mengalami serangan jantung?” kataku kesal menanggapi kata kata
Junsu
“Tapi kau tidak bukan? haha” balas Junsu kemudian
“Aish” kataku sambil mempoutkan bibirku.
Baiklah perlu kuakui aku memang merasa lebih baik saat ini
karena saat tadi aku berteriak aku berusaha melepaskan semuanya. Semua penat
dalam kepalaku. Dan aku tidak khawatir apabila aku akan mengalami sesuatu yang
tidak mengenakkan disitu karena aku tau, ada Junsu disampingku.
“Sepupumu..” kata Junsu kemudian
“Hm?” tanyaku mengalihkan perhatianku padanya
“Haru nee-chan, aku tau ia dimana” kata Junsu berwajah
serius sementara aku hanya terdiam
“Saat kau sudah siap, temuilah ia. Satu yang harus kau tau,
Yuu, bukan hanya kau yang terluka disini” lanjut Junsu
Aku hanya menundukkan kepalaku sambil berpikir sejenak.
Perkataan Junsu sedikit menyentil hatiku dan membuat bekas yang cukup dalam.
Bukan hanya aku yang terluka disini.
“Ayo kita naik ke permainan selanjutnya” ajak Junsu kemudian
membangkitkan diri dari tempat duduk dan menawarkan tangannya padaku
Aku menegadahkan kepalaku dan menatap Junsu sebentar sebelum
akhirnya mengambil tangan Junsu dan melangkah bersamanya.
Yuuka POV End
***
Changmin POV
Sudah beberapa hari ini aku tidak menyapanya. Memang cukup
menyesakkan tapi aku juga sedang tidak ingin bertemu dengannya. Tidak selama
aku ingat bahwa dia adalah orang yang membuatku menjadi orang yang kesepian
hingga saat ini. Aku melangkahkan kakiku dan mencoba menuju suatu tempat yang
membuatku merasa lebih baik belakangan ini.
“Kau mau kemana?” tanya ahjussi padaku
“Seperti biasa, ahjussi” jawabku sambil berusaha
meninggalkan ahjussi
“Changmin ah” panggil ahjussi padaku
“Hm?”
“Jangan lupa untuk kembali” kata ahjussi yang sesungguhnya
memiliki arti yang amat kumengerti
“Aku mengerti ahjussi” kataku kemudian lalu meninggalkan
ahjussi dan melangkah melewati pintu keluar
Aku berjalan menuju sebuah toko bunga dan membeli benda yang
amat familiar bagiku. Ya, sudah beberapa hari ini akupun jadi lebih sering
mengunjungi tempat ini untuk membeli benda yang sama. Benda yang sesungguhnya
hanya membuatku merasakan ngilu yang amat sangat dan membuatku buta akan jalan
yang ada didepanku. Benda yang hanya membuatku ingat akan sesuatu di masa lalu.
Changmin POV End
***
Tampak seorang yang datang kembali membawa sebuket bunga
lili yang tampak masih segar . Orang itu memang tampak sering mengunjungi
tempat ini selama beberapa hari belakangan. Jujur saja, wajahnya tidaklah asing
bagi orang yang pernah melihatnya beberapa tahun yang lalu ditempat ini. Dan
air wajah yang terlihat beberapa tahun yang lalu, kini kembali menghiasi sang
pemilik wajah.
“Aku datang lagi” kata orang itu sambil menaruh sebuket
bunga lili disuatu nisan yang tampak amat terawat itu
Tarikan kecil pada kedua ujung bibir orang itu
memperlihatkan senyuman yang penuh luka yang selalu ia tunjukkan setiap kali ia
berdiri disana. Jujur saja guratan kekecewaan itu masih tidak bisa pergi dari
air wajahnya. Kekecewaan karena kenyataan yang mengatakan bahwa orang
dihadapannya sudah tidak dapat lagi menyebut namanya, memberikan senyuman
padanya, bahkan hanya untuk sekedar menatapnya.
Sekelebat masa lalu yang ingin ia lupakan kini kembali
menyerang kepalanya.
Flash Back
“Maya kumohon
bertahanlah!” pekik peria yang tampakmengemudi dengan panik itu
“Tenanglah, aku pasti
bertahan Shim Changmin” jawab gadis itu pada pria disampingnya dengan tenang
“Berjanjilah padaku
kau akan bertahan! Aku pasti akan menyelamatkanmu!” pekik Changmin lagi sambil
menatap gadis disampingnya sebelum mengalihkan tatapannya kembali pada jalan
“Aku tidak akan baik
baik saja jika kau membawa mobil dengan kecepatan seperti ini. kau belum punya
SIM bodoh, bagaimana kalau kau kena tilang?” kata Maya berusaha menenangkan
hati Changmin
“Ini bukan saatnya
bercanda, Maya” kata Changmin masih dengan panik
“Maafkan aku, hanya
saja aku merasa kau terlalu khawatir” jawab Maya kemudian
“Aku hanya tidak ingin
kehilangan gadis yang aku cintai” kata Changmin sambil mencoba melirik Maya sebentar
“Kau tidak akan
kehilanganku” kata Maya kemudian dan membuat Changmin kembali mengalihkan
perhatiannya pada Maya
“Aku mencintaimu” kata
Maya kemudian sambil sedikit meneriakkan pekikkan nyeri yang terasa disekujur
tubuhnya. Changmin yang mendengar itu lalu kembali pada jalan dan fokus untuk
membawaMaya kerumah sakit.
Tiba tiba terlihat
mobil dihadapannya menghentikan mobilnya secara mendadak dan membuatnya sedikit
kehilangan kendali pada stirnya. Changmin mengarahkan stirnya kesebelah kiri,
ia tidak menyadari masih ada orang lain didepannya dan tanpa dapat dihindarkan
suatu tubrukkan pun terjadi diantara mesin bertenaga kuda tersebut dengan
manusia dihadapannya.
“YESUNG!!!!” pekik
salah seorang disisi jalan lain yang berada didepan mobil yang Changmin ketahui
berhenti mendadak didepannya tersebut.
Changmin keluar dari
mobilnya lalu berjalan mendekati ke arah pria yang kini tengah terbaring lemah
tersebut. Changmin yang merasa kalut dan tidak dapt perfikir jernih hanya dapat
menahan denyutan kecil dipelipis kepalanya. Tiba tiba suara rintihan dari dalam
mobilnya menyadarkannya pada kondisi Maya yang juga harus diselamatkannya, dan
tanpa pikir panjang Changmin mengambil tubuh pria itu dan memasukkannya ke
dalam mobilnya dan langsung melaju menuju rumah sakit.
.
.
.
“Aku tidak dapat
menyelamatkannya. Maaf, tapi anda terlambat membawanya” kata seorang berpakaian
putih pada Changmin dihadapannya
Changmin yang
mendengar hal itu hanya dapt terdiam membantu dan menahan segala perih dalam
dadanya. Sakit? Tentu. Terluka? Sudah pasti. Namun yang Changmin rasakan kali
ini adalah sebuah rasa kesepian. Dan itu sangat mengganggunya.
Seburat kekecewaan dan
kehilangan menghiasi wajah Changmin. Bulir air mata menjatuhi lantai dan
memberikan bekas jalurnya pada kedua pipinya. Pertahanannya terkoyak kala itu
juga dan membuatnya runtuh seketika. Amarah yang amat sangat kemudian merasuk
kedalam dirinya sehingga menghadirkan benci yang amat sangat.
“Pembohong” kata
Changmin sambil mengepalkan tangannya
“Kau bilang kau tidak
akan meninggalkanku?!” kata Changminkala merasakan panas dalam tubuhnya dan matanya
“Kau pembohong”
lanjutnya
“Aku membencimu”
Flash Back End
“Maafkan aku, jika aku selalu berkata membencimu selama ini”
kata orang itu
“Aku membencimu karena kau meninggalkanku” lanjutnya
“Aku membencimu karena kau tidak ada disisiku saat aku
membutuhkanmu”
“Aku membencimu karena aku mencintaimu” tuntasnya kemudian
“Itu berarti kau tidak membencinya” kata seorang lain yang
cukup mengagetkan orang itu
“Kau hanya membenci keadaan ini saja” lanjut orang
dihadapannya yang membawa sebuket bunga yang lain
“Apa yang kau lakukan disini?” tanya orang itu dengan
tatapan tidak suka pada orang yang kini tengah melangkahkan kakinya menuju
nisan yang baru saja ia datangi
“Aku hanya berkunjung” jawab orang itu sambil menaruh sebuah
bunga putih lain disamping bunga lili itu
“Tidak perlu melakukan hal bodoh seperti itu, aku tidak
butuh bunga darimu” kata orang itu berusaha mengambil bunga putih yang baru
saja diletakkan orang tadi.
“Bukan hanya kau yang terluka disini, Shim Changmin” kata
orang itu kemudian sambil berusaha menahan orang-yang ternyata Changmin- itu
untuk mengambil bunga pemberiannya
Changmin terdiam. Ia kembali menaikkan tubuhnya yang tadi
sudah tertunduk dan menatap orang yang kini berdiri dihadapannya. Ia menatap
orang itu dengan seksama, penuh luka, penuh amarah, dan benci, namun Changmin
perlu mengakui sesuatu, orang dihadapannya kinipun sedang terluka.
“Apa kau sudah memberitahunya tentang semuanya?” tanya
Changmin pada orang itu kemudian
“Belum” jawab orang itu kemudian
“Kalau begitu jangan pernah memberi tahunya” kata Changmin
dengan dingin sambil berusaha meninggalkan makan itu
“Shim Changmin, kurasa aku harus menjelaskan sesuatu padamu”
kata orang itu sambil menahan Changmin
“Apa yang perlu kau jelaskan huh? Aku tidak butuh penjelasan
apa apa” kata Changmin berontak dan menghempaskan tangannya dari orang itu
“Butuh maupun tidak kau harus mendengar penjelasanku! Aku
tidak ingin dia terluka lagi! Aku mohon untuk yang kedua kalinya Shim Changmin,
dengarkan penjelasanku” kata orang itu kemudian
“Baiklah, Haruno Kaika, katakan apa yang mau kau jelaskan
padaku” kata Changmin pada orang dihadapannya yang ternyata adalah Haru
“Aku...”
***
Yuuka terduduk sambil memeluk lututnya. Sudah beberapa hari
ini Haru tidak pulang kerumah itu, dan hal itu membuat Yuuka sangat kesepian.
Jujur saja, selama ini Yuuka cukup bergantung pada Haru. Baiklah mungkin Haru
memang koki yang buruk, ceroboh, bahkan kadang tidak bisa diandalakan, namun
bagaimanapun dia tetap adalah sepupu yang paling mengerti dirinya. Dan saat
seperti ini biasanya ia akan mengadu pada Haru dan meminta nasihatnya namun
kali ini ia tidak bisa melakukan hal itu. Bahkan Minnie-gitar kesayangannya-
turut membuatnya kesepian karena suaranya yang kini menjadi fals.
“Aish, menyebalkan” desis Yuuka kemudian sambil mengambil
ponselnya dan mengetikkan beberapa nomor dan menekan tombol hijau diponselnya
“Kim Junsu dimana kau?” kata Yuuka kemudian saat mendengar
suara lain diseberang sana
***
“Aku merindukkan Haru” kata Yuuka kemudian sambil menatap
sungai Han yang tampak indah malam ini
“Kau mau bertemu dengannya?” tawar Junsu yang duduk
disampingnya
“Entahlah, aku belum siap. Jujur saja, aku orang yang tidak
suka dibohongi, jadi mungkin aku masih belum bisa memaafkan Haru” kata Yuuka
lagi
“Haru pasti punya alasan mengapa ia membohongimu, lagipula
kulihat ia sangat menyayangimu” kata Junsu kemudian
“Entahlah, ada beberapa hal yang tidak kuingat, namun tetap
saja, aku tidak suka dibohongi” kata Yuuka
“Kau hilang ingatan?” tanya Junsu bingung
“Ya, mungkin?
Entahlah aku bahkan lupa kejadian apa yang pernah kualami. Yang aku
ingat hanyalah aku terbangun dirumah dan Haru berkata aku ketiduran padahal
Yesung akan pindahan” kata Yuuka
Junsu terdiam sebentar sambil mencerna perkataan Yuuka.
Sejujurnya ada sesuatu yang cukup mengganggu kepalanya kini dan mulutnya terasa
amat gatal setiap kali kepalanya memikirkan setiap kata yang diucapkan Yuuka.
“Aku tidak suka
dibohongi” perkataan Yuuka itu terus
terngiang dalam kepala Junsu. Dengan ragu akhirnya Junsu membuka mulutnya yang
tadinya terkatup dan lalu mengeluarkan kata kata yang sebenarnya cukup
mencengangkan Yuuka
“Yuu” panggil Junsu yang tampang sedikit tegang
“Hm?” saut Yuuka
“Aku tau sesuatu tentang kematian Yesung” kata Junsu
kemudian
Yuuka membelalakkan matanya sebentar sebelum akhirnya
menatap penuh rasa penasaran pada Junsu. Tampak wajah Junsu yang ragu
mengeluarkan suara itu lalu menjelaskan dan menceritakan segala kejadian yang
ia ketahui. Mulai dari Yesung yang sempat menyatakan cinta pada Yuuka, Haru
yang menyukai Yesung, hingga akhirnya kecelakaan itu terjadi.
Tetes demi tetes air mata Yuuka terjatuh dan menyiratkan
luka yang amat dalam. Perasaan yang awalnya terkunci dalam hingga ujung
hatinya, kini kembali terkuak. Kenyataan yang tertidur pulas dalam ingatannya
kini terbangun dan meninggalkan penyesalan. Perlahan lahan rasa sesal itu
mengerubungi seluruh hatinya dan menyadarkannya pada satu hal.
“Aku mencintai Yesung...”
batin Yuuka
“Dimana Haru sekarang?” tanya Yuuka kemudian
***
“Dia menyukaimu.
Sangat menyukaimu. Aku tidak pernah melihat binar mata itu lagi selain pada
Yesung dulu. Aku mohon padamu Changmin, jangan kau buat dia terluka saat ini.
Aku tau kau pasti sangat membencinya sekarang, tapi aku mohon, jangan lukai
dia. Dalam kecelakaan itu bukan hanya aku, bukan hanya kau, namun dia lebih
terluka lagi. Dia bahkan belum sempat mengatakan cinta pada orang yang sangat
disayanginya.Tidak taukah kau sangat beruntung karena dapat mendengar kata ‘Aku
mencintaimu’ dari orang yang kau sayangi? Yuuka, bahkan untukmengingat ia
sangat mencintai Yesung pun mungkin tidak. Ia mengalami tekanan batin ringan
dan membuatnya kehilangan beberapa ingatannya. Tidak taukah kau ia bahkan lebih
terluka daripadamu?Aku hanya meminta padamu, tolong jangan biarkan binar itu
menghilang dari mata Yuuka”
Pikiran Changmin melayang pada setiap perkataan Haru kala
itu. dalam setiap perkataan Haru yang ia cerna, ia merasa hatinya seakan
tersayat dan bahkan merasa dirinya sangat bodoh. Mengingat setiap detail kata
itu ia merasa menjadi manusia yang paling rendah. Jika boleh jujur, Yuuka
adalah orang yang membuat Changmin berhasil melupakan masalalunya yang memang
ingin ia lupakan dan setiap detail dari kata itu bagai sebuah bumerang yang
telah kembali menusuk hatinya setelah apa yang ia perbuat pada Yuuka beberapa
hari ini.
Denyutan denyutan kecil menggelitik kepala Changmin dan
membuatnya merasakan penat. Akhirnya Changmin membangkitkan dirinya dari tempat
tidur dan melangkahkan kakinya menuju tempat yang ingin ia tuju sejak tadi.
Pikirannya menerawang dan mebayangkan setiap saat yang telah ia lalui dengan
Yuuka. Hatinya bergeming setiap kali nama itu hinggap dikepalanya hingga ia
menyadari sesuatu yang sesungguhnya ingin ia hindari.
“Maya” katanya ketika akhirnya ia tiba ditempat yang sangat
ia ingin tuju
Changmin melangkahkan kakinya menuju pada nisan tegap itu
dan lalu berlutut tanpa daya di hadapan nisan tersebut sambil menitihkan air
matanya. Menitihkan tiap bulir yang sejak tadi telah tergenang pada pelupuk
matanya.
“Maafkan aku Maya” kata Changmin kemudian mengelus nisan itu
dengan tatapan tanpa daya
“Aku..menyukainya..” kata Changmin kemudian sambil
menyenderkan ujung kepalanya pada batu nisan itu seraya terisak pelan
“Maafkan aku” kata Changmin sambil mengeluarkan segala sesak
dalam hatinya
Sebuah perasaan yang sesungguhnya ingin ia ingkari dan ingin
ia musnahkan kini akhirnya terucap dan meluap luap dalam hatinya. Dalam
hatinya, Changmin akui Maya, kekasihnya adalah gadis yang paling ia cintai,
namun jauh dan dalam di hatinya perasaan itupun telah terkubur dan terobati
oleh waktu. Lebih tepatnya, oleh gadis bernama Yuuka Shinju.
***
Changmin melangkahkan kakinya menuju sisi lain pemakaman itu
dan menemukan pemandangan yang cukup menyita matanya. Seorang yang baru saja ia
pikirkan kini tengah terduduk sambil menegadahkan kepalanya dan menatap langit.
Terlihat jeja air mata disana. Changmin yang merasa terpanggilpun akhirnya
mendekati gadis itu.
“Yu.. Yuuka?” panggil Changmin sedikit tergagap
Tiba tiba Yuuka menurunkan kepalanya dan bangkit berdiri
berusaha meninggalkan pria yang berdiri dihadapannya itu.
“YA! Yuuka!!” panggil Changmin kala Yuuka malah menjauhinya
“Pergilah, Shim Changmin” kata Yuuka kemudian masih sambil
melangkahkan kakinya menjauhi Changmin
“Ya! Kau kenapa?! Kenapa
kau seperti ini huh?!” Pekik Changmin sambil menarik Yuuka dan membuat Yuuka
menghadap kearahnya
Mata Yuuka terlihat sangat sembab kala itu, dengan jejak air
mata disekitar pipinya. Tatapan mata Yuuka pun tampak letih dan penuh dengan
luka. Changmin yang menatap itu merasakan ngilu dihatinya.
“Yuu..” belum sempat Changmin menyelesaikan perkataannya,
Yuuka sudah memotong perkataannya
“Pergilah, jauhi aku. Pergilah, Shim Changmin” kata Yuuka
berusaha melepaskan tangan Changmin dengan lemah
“Ya! Apa maksudmu??!” kata Changmin sedikit terbawa perasaan
“Yesung..” Kata Yuuka kemudian sambil menundukkan kepalanya
Changmin yang memandang Yuuka yang tengah menangis itu kini
mengambil tubuh Yuuka kedekat tubuhnya dan tangan kanannya meraih dagu Yuuka
dan menegadahkannya sehingga bibir Changmin berhasil meraih bibir Yuuka serta
langsung memagutnya dengan sedikit kasar.
Yuuka yang merasa kaget dengan perlakuan Changmin lalu
mencoba mendorong tubuh Changmin dengan kedua tangannya yang berada didada
Changmin. Namun, kekuatan Changmin yang terlalu besar membuat Yuuka tidak bisa
melakukan perlawanan lagi dan akhirnya menerima ciuman itu dengan meninggalkan
jejak tangisan baru pada pipinya.
“Aku.. mencintaimu.. Yesung..” kata Yuuka disela ciumannya
dengan Changmin sambil berurai air mata
Changmin merasakan dadanya dihantam oleh palu yang sungguh
sungguh amat besar. Sakit? Ya, itu yang dirasakan Changmin kini. Namun apa yang
ingin disampaikan oleh Changmin melalui ciuman ini adalah bahwa Changmin ingin
mengatakan bahwa Yuuka tidak sendirian. Ada ia disini yang juga terluka. Mereka
sama sama terluka. Dan mereka sama sama saling memberikan rasa nyaman diantara
luka tersebut. Yang ingin Changmin sampaikan hanyalah ‘Aku ada disini’.
Changmin tetap
memagut Yuuka namun kini pagutan itu terasa lebih lembut dan semakin melembut
dan membuat Yuuka mulai menikmatinya. Perasaan yang memabukkan ini membuka
sedikit hati Yuuka pada sebuah kenangan yang kini mengisi hatinya. Mengisi hatinya hingga yang terdalam.
“Aku.. mencintaimu..” kata Yuuka disela ciumannya dengan Changmin
Changmin tetap memberikan rasa nyaman pada setiap inchi
bibir Yuuka walaupun harus ia akui bahwa luka yang menganga lebar kini tengah
merasuk kedadanya.
“Shim Changmin” kata Yuuka kemudian yang memberikan angin
sejuk bagi dada Changmin
Mereka masih terus berciuman. Saling memagut tanpa menyadari
oksigen satu sama lain mulai berkurang. Yang mereka ketahui kini hanyalah
saling menyampaikan perasaan yang mungkin akan tertutup rapat itu. kini mereka
hanya ingin menyampaikan segala kebenaran yang mungkin akan tertutupi lagi.
“Aku juga mencintaimu.. Yuuka Shinju” kata Changmin disela
ciuman mereka
***
Yuuka membuka matanya dan menatapi sekelilingnya. Ia sangat
familiar dengan ruangan yang kini tengah ditidurinya.
“Aku ada di kamar?
Sejak kapan?” batin Yuuka
Kepalanya masih terasa pusing kala itu namun ia mencoba
membangkitkan dirinya dan akhirnya menuruni tempat tidurnya berusaha menuju ke
dapur untuk mengambil segelas air. Samar terdengar sebuah suara dari arah ruang
tamunya.
“Kau tidak menceritakan lebih dari itu bukan?” kata suara
yang familiar ditelingnya. Haru.
“Tidak. Aku hanya menceritakan hingga kecelakaan yang
menimpa Yesung saja” kata suara yang juga familiar ditelinga Yuuka. Junsu.
Topik pembicaraan yang kini tengah mereka bahas mau tidak
mau menghentikan Yuuka dari langkahnya dan mencuri dengar untuk sesaat.
“Apa kau yakin?” kata Haru kemudian masih nampak curiga
“Aku yakin, aku tidak menceritakan apapun lebih dari itu
bahkan soal Maya sekalipun” kata Junsu kemudian
“Maya?” batin
Yuuka sejenak
“Baguslah kalau begitu” kata Haru terdengar penuh kelegaan
“Ah, Haru nee-chan, pria tadi itu siapa?” tanya Junsu
kemudian ketika ia ingat berpapasan dengan seorang pria lain
“Dia itu Shim Changmin” kata Haru yang menghentakkan kedua
orang –Junsu dan Yuuka- yang mendengarnya
“Apakah dia..??” sahut Junsu penuh kekagetan
Terlihat Yuuka menganggukkan kepalnya. Jika memang benar apa
yang Junsu duga, berarti Changmin yang baru saja ia lihat adalah Changmin yang
selalu mengganggu pikirannya selama ini dan Changmin yang akan selalu
menghantui gadis yang –mungkin- disukainya kini.
“Ya, dia adalah Changmin, kekasih Maya. Dan orang yang amat
disukai oleh Yuuka saat ini” kata Haru memperjelas anggukkannya
“Changmin? Maya? Ada
apa ini? Jadi Haru mengenal Changmin sebelumnya? Lalu ada hubungan apa semua
ini denganku?” batin Yuuka penuh tanda tanya dalam kepalanya.
“Ada gadis yang sangat
aku cintai. Dulu” kepalanya berusaha mengingat satu per satu perkataan
Changmin
“Dia sudah pergi,
meninggalkanku. Sendirian. Sejak saat itulah, aku tidak menyukai musik terutama
gitar. Setiap bermain gitar, hanya mengingatkanku padanya yang telah meninggalkanku”
kembali kepalanya berputar pada setiap kata yang pernah Changmin ucapkan
padanya.
Kepala Yuuka yang sudah pusing menjadi semakin pusing kala
memikirkan beberapa hal yang akhirnya menambah berat hingga ujung kepalanya. Kilasan
kilasan masalalu perlahan lahan mulai kembali terbuka dalam kepalanya. Tubuh Yuuka
kini terhuyung karena ia merasakan tenaga dalam tubuhnya. Kaki mungil yang
tidak mampu menopang tubuhnya pun membiarkan tubuh Yuuka terjatuh terduduk
kelantai.
Mendengar suara bising dari arah kamar Yuuka, Haru dan Junsu
segera bergegas dan sangat terkejut ketika mendapati Yuuka terbaring disana.
Beberapa pikiran khawatir yang menyerang mereka terhempas kala melihat kondisi
Yuuka yang mengkhawatirkan. Junsu dengan sigap lalu menggendong Yuuka secara
bridal kembali masuk kedalam kamarnya.
***
“Ohayou, Yuuka” sapa Changmin pada Yuuka pada akhirnya
Yuuka hanya menatap Changmin sekilas lalu menghindari Changmin
dan pergi meninggalkan Changmin yang kini hanya terdiam dengan penuh tanya.
Changmin berusaha kembali membuka pembicaraan antara dirinya dengan Yuuka namun
selalu berakhir seperti pagi hari tadi. Yuuka melepaskan kontak mata mereka dan
pada akhirnya beralih pada pekerjaan lain. Wajah Yuuka pun kini berubah dingin
padanya. Ada apa ini? Saat dirinya sudah mulai membuka pintu hatinya pada
Yuuka, mengapa kini Yuuka terasa sangat jauh?
“Apa aku sudah
keterlaluan waktu itu sehingga ia benar benar meninggalkanku kini?” batin
Changmin yang dipenuhi tanda tanya
Yuuka masih terduduk pada meja belajarnya sambil membuka
lembar tiap lembar buku yang sesungguhnya tidak ia baca. Ujung matanya masih
bisa menangkap sosok pria yang masih memperhatikkannya hingga kini dan itu
cukup mengganggunya.
“Jangan tatap aku,
Shim Changmin” batin Yuuka
“Tidak tahukah kau
bahwa setiap menatapmu hatiku akan begitu terluka?”
“Aku tau kau pasti
membenciku”
“Karena aku sudah tau
siapa aku sesungguhnya dimatamu”
“Aku adalah penyebab
kecelakaan waktu itu”
“Aku adalah penyebab
kematian gadis yang kau cintai”
“.. Maya”
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar