Title : Something You Cn't Deny
Author : Cindy Ayu S
Rate : PG 17
Main Cast :
-Kim Jaejoong
-Han Shin Di (OC)
-Jung Yunho
-Park Yoochun
-Kim Junsu
-Shim Changmin
Author : Cindy Ayu S
Rate : PG 17
Main Cast :
-Kim Jaejoong
-Han Shin Di (OC)
-Jung Yunho
-Park Yoochun
-Kim Junsu
-Shim Changmin
Chapeter 10: Goodbye
“Shin Di-a” ucap Yoochun ketika menemukan sosok yang tak
asing kini tengah berdiri membelakanginya
“Ah, Chun-a” jawab Shin Di sambil tersenyum mencoba untuk
membalik tubuhnya
Yoochun hanya dapat tersenyum tipis kala melihat wajah Shin
Di yang tengah tersenyum itu. ia akan merindukan ah tidak pasti sangat
merindukan pemandangan dihadapannya ini. Ia akan selalu menyimpan pemandangan
ini dalam kepalanya. Dan dalam hatinya.
“Aku punya kabar baik, Shin Di-a” kata Yoochun sedikit gugup
masih dengan senyum kaku diwajahnya. Senyum yang tentunya tidak dapat yeoja
dihadapannya ini lihat
“Eh? Apa itu?” kata Shin Di penasaran dengan keningnya yang
ia kerutkan
“Kau .. akan .. segera dapat ..melihat lagi” kata Yoochun
terbata dengan nada suaranya yang bergetar
Shin Di hanya dapat terdiam mencerna setiap kata yang
diucapkan hingga akhirnya seulas senyum lebar sekaligus kaget terlukis
diwajahnya. Satu lagi senyum yang tidak akan pernah lupakan seumur hidupnya.
“Benarkah??” kata Shin Di dengan girang
Yoochun mengangguk namun kemudian mengeluarkan suaranya “Ne”
Butiran kecilpun tak pelak singgah dipelupuk mata Shin Di.
Dadanya berdebar kencang setiap kali ia mengingat ia akan dapat melihat hingga
akhirnya butiran itupun terjatuh dengan bebasnya melewati pipinya. Satu lagi
moment yang akan selalu dikenang oleh Yoochun. Moment dimana yeoja yang ia
cintai dapat tersenyum bahagia karenanya.
Tangan Yoochun yang tidak tahan melihat air mata yang terus
mengalir dimata Shin Di akhirnya terangkat dan menghapus pelan jejak air mata
yang tertinggal dipipi yeoja itu dengan ibu jarinya lembut.
“Jangan menangis” kata Yoochun singkat sambil mengamati
wajah Shin Di secara menyeluruh. Ia mengamati dari mata, hidung, bibir,
pipinya, aliasnya, semuanya. Tidak ingin ia lewatkan sedikitpun jejak indah
dihadapannya ini. Baginya kini, setiap gerak pemandangan dihadapannya ini
sangat berharga. Sedetik saja melewatkannya, Yoochun rasa ia akan sangat
menyesal
“Aku tahu hanya...” kata Shin Di lagi lagi mengeluarkan
butir air matanya
Yoochunpun mendekatkan badannya dan memeluk yeoja itu erat.
“Jangan menangis” katanya lagi
Yoochun memeluk yeoja itu dengan erat sambil menghirup wangi
yang akan sangat dirindukannya. Kehangatan yang akan sangat dirindukannya. Dan
dekapan yang akan sangat dirindukannya. Setiap detik kini terasa berharga bagi
Yoochun. Detik yang akhirnya membuat Yoochun menyerah dan mengeluarkan butiran
kecil yang sejak tadi menggenang dipelupuk matanya.
“Jangan menangis” kata Yoochun sambil mengusap air matanya
sendiri dan mempererat pelukannya
Kata itu. kata yang lebih tepat Yoochun sampaikan pada
dirinya sendiri.
***
“Bagaimana perasaanmu?” kata Yoochun sambil menatap yeoja
dihadapannya dengan tenang sambil berjalan dipinggir pantai yang sudah akan
menyembunyikan sang mentari. Ia tidak ingin menghabiskan detik detik
terakhirnya bersama yeoja itu hanya dengan butiran air mata. Ia ingin
menghabiskannya dengan tawa bersama orang yang ia cintai itu.
“Entahlah. Aku sangat berdebar, takut, dan juga tidak sabar.
Aku tidak tahu apa yang lebih tepatnya aku rasakan” jawab Shin Di jujur
“Kau tidak senang?” tanya Yoochun
“Aish, tentu saja aku senang!” jawab Shin Di sedikit
mengerucutkan bibirnya
“Benarkah?” tanya Yoochun lagi
“Apa kau tidak dapat melihatnya dari senyumku ini” jawab
Shin Di sambil memperlihatkan senyum lebarnya hingga menampakkan giginya yang
tampak rapi itu. Satu lagi senyum yang tidak akan pernah Yoochun lupakan
“Haha, ne,ne, aku dapat melihatnya.” kata Yoochun sambil
tertawa
“Ah, Chunie ya, apa kau sudah bertemu dengan keluarga
pendonorku itu??” tanya Shin Di yang membuat Yoochun melebarkan matanya
“Eh?” kata Yoochun merasa tercekat
“Keluarga pendonor mataku, apa kau sudah bertemu dengan
mereka??” tanya Shin Di lagi
“Ah, ne” jawab Yoochun singkat sambil merasakan sakit pada
dadanya yang kini terasa berat
“Bisakah kau sampaikan terima kasihku pada mereka? Terima
kasih yang sangat sangat sangaaaaatt banyak tulus dariku untuk mereka” kata
Shin Di sambil tersenyum dan merentangkan tangannya lebar
Yoochun hanya terdiam dari langkahnya. Seketika jantungnya
berdebar sangat kencang dan dadanya terasa sangat berat. Diantara bias bias
matahari kala itu ia terus menatap punggung yeoja dihadapannya dengan tatapan
penuh arti. Senyum gugup tampak diantara wajah Yoochun. Kegusaran tak kalah
merambah hatinya yang ragu untuk meninggalkan yeoja itu.
“Eh, Yoochun-a??” tanya Shin Di yang mulai menyadari Yoochun
tidak ikut melangkah bersamanya lagi. Shin Di pun membalik tubuhnya dan
kemudian berjalan kembali menuju ke arah Yoochun. Ia gerakkan tongkatnya kekiri
dan kekanan hingga akhirnya tongkat itu menimbulkan bunyi yang berbeda ketika
menabrak kaki Yoochun.
“Ya! Ku kira kau meninggalkanku!” protes Shin Di saat sudah
merasa menemukan kaki Yoochun
Yoochun kembali memasang senyumnya saat melihat yeoja
dihadapannya itu kini tengah kembali memautkan bibirnya
“Apa kau takut aku meninggalkanmu?” tanya Yoochun serius
“Tentu saja! Kau tau aku akan sangat takut jika aku
sendirian.” Jawab Shin Di tidak mengetahui maksud pertanyaan Yoochun
“Apa kau akan setakut itu?” tanya Yoochun lagi dengan nada
yang lebih meyakinkan bahwa ia serius
“Ya! Kau ini kenapa? Serius sekali” kata Shin Di kemudian
merasakan perasaan yang tidak enak kala Yoochun bertanya dengan nada yang
berbeda
“Aku hanya bertanya” jawab Yoochun kemudian sambil menghela
nafasnya berat. Rasanya tidak mungkin juga yeoja itu akan setakut itu jika
Yoochun pergi, mengingat Yoochun bukanlah sosok sepenting itu dihati seorang
Han Shin Di
“Pertanyaanmu tidak lucu” kata Shin Di sambil mengerutkan keningnya
dan memautkan bibirnya
Yoochun sekali lagi hanya dapat mengulas senyum kecilnya
sambil menahan geli dihatinya melihat tingkah polah yeoja itu. tingkah yang
akan selalu Yoochun kenang. Pasti. Pasti akan ia kenang.
Sepasang tangan Yoochun pun terangkat mencoba meraih tangan
Yeoja dihadapannya itu dan mengaitkannya perlahan. ia memajukan langkahnya
untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Shin Di dan menundukkan sedikit kepalanya
untuk menyatukan keningnya dan kening Shin Di. Ia pun menutup matanyanya sambil
merasakan kehangatan yang dimiliki kening yeoja ini.
“Chu..” kata Shin Di berusaha melepaskan keningnya dan
kening Yoochun
“Sebentar saja” kata Yoochun lemah menghentikan pergerakan
Shin Di
“Biarkan seperti ini” lanjutnya masih memejamkan matanya
Shin Di hanya terdiam dengan beribu pertanyaan yang
berkecamuk dalam hatinya. Apa yang
membuat Yoochun menjadi selemah ini? Ah tidak, lebih tepatnya kenapa Yoochun
menjadi tampak semenyedihkan ini? Namun Shin Di segera menepis pertanyaan
pertanyaannya dan menerima kening Yoochun dengan hangat. Rasa hangat yang
dirindukan Shin Di pun terasa kala keningnya menyentuh kening Yoochun.
“Berkaitan tangan
seperti ini. menyatukan kepala seperti ini. mendengar nafasmu sedekat ini.
menghirup wangimu sedekat ini. dan berdiri ditengah matahari terbenam sambil
merasakan kehangatanmu seperti hari ini. adalah sesuatu yang tidak akan pernah
aku lupakan. Seandainya saja saat ini aku bisa mengatakannya. Seandainya saja
masih ada cukup waktu untuk mengatakannya. Aku ingin mengatakannya dengan
lantang...”
“Aku mencintaimu” eja Yoochun dengan bibirnya tanpa suara
***
“Kenapa kau mengajakku ke tempat seperti ini?” tanya Junsu
keheranan saat Mi Ri mengajaknya kesebuah tempat yang tidak asing baginya.
Sangat tidak asing.
“Kuyakin kau sudah tidak asing dengan tempat ini” jawab Mi
Ri seperti menyuarakan pikiran Junsu
“Apa maumu sebenarnya?” tanya Junsu lagi mulai tidak suka
dengan keadaan disekelilingnya
Mi Ri tetap melangkah tidak perduli menuju kesebuah tempat
yang tidak asing bagi mereka berdua. Seketika langkahnya terhenti kala matanya
mendapati sesuatu yang tidak asing dihadapannya. Ia tersenyum sejenak sambil
menatap benda itu dengan tatapan yang sulit diungkapkan. Kesedihankah?
Ataukah.. kebahagiaan?
“Kita sudah sampai” kata Mi Ri kemudian yang berada didepan
Junsu kini
“Apa maksudmu membawaku kesini? Apa maumu sebenarnya? Ya!”
protes Junsu kemudian
“Kau selalu bertanya, mengapa aku selalu mengikutimu bukan?”
kata Mi Ri mulai menjelaskan lalu membalikan tubuhnya untuk menghadap Junsu
“Eh?” sanggah Junsu singkat
“Itu karena dia” jelas Mi Ri sambil menunjuk sebuah batu nisan
yang masih berdiri dengan kokoh disana
“Yoon Shi unnie, adalah kakak sepupuku” jelasnya lagi
Junsu melebarkan matanya sejenak terkejut atas pengakuan Mi
Ri. Junsu telah membuka mulutnya untuk mencoba menyanggah perkataan Mi Ri
selanjutnya namun ia mengatupkan kembali mulutnya dan kembali terdiam. ia masih
menahan segala kata kata dan emosi yang ia miliki untuk mendengar penjelasan
yang selanjutnya akan dikatakan Mi Ri. Bagaimanpun ia juga ingin mendengar
penjelasan yang sejelas jelasnya mengapa Mi Ri begitu teguh mengejar dirinya.
“Dialah orang yang memperkenalkanku padamu”
“Sejak melihat fotomu dan Yoon Shi unnie dan mendengar
segala cerita darinya, aku mulai mengagumimu”
“Namun setelah melihatmu secara langsung saat aku
menstalkermu, aku mulai menyukaimu”
“Kalau kau ingin tau mengapa aku begitu gigih
menginginkanmu, itu karena aku sudah mencintaimu”
Keadaan hening seketika. Junsu hanya dapat terdiam mendengar
segala penjelasan yang keluar dari mulut yeoja manis dihadapannya itu. ia
merasa terpana dengan segala cerita dan segala decak kata yang diucapkannya.
Hanya saja masih ada satu yang mengganggu hatinya.
“Lalu, kenapa kau mengajakku kesini?” kata Junsu kemudian
yang memecah keheningan mereka selama beberapa detik tadi
Mi Ri hanya tersenyum kecil sambil menampakkan air wajah
yang penuh kesedihan. Kenangannya bersama kakak sepupunya kini terkenang jelas
dalam ingatannya yang membuat dadanya terasa sesak dan matanya menjadi panas
“Yoon Shi noona berpesan padaku...”
“Untuk menjagamu” Jelas Mi Ri sambil menegadahkan kepala dan
memberikan senyum penuh arti kepada Junsu
“Apa?” tanya Junsu dengan matanya yang melebar
“Melihatmu yang sangat terpuruk saat menatap makam ini, aku
rasa aku memang harus menjagamu” jawab Mi Ri
“Aku tidak perlu dijaga oleh bocah sepertimu. Bahkan jika
Yoon Shi ya yang memintanya” jawab Junsu ketus
“Aku ingin menjagamu...” sanggah Mi Ri kembali menundukkan
kepalanya
“Bukan hanya karena Yoon Shi unnie yang memintanya”
lanjutnya sambil menghela nafas yang cukup melegakkan dadanya
“Tapi karena aku memang menginginkannya”
“Karena aku mencintaimu” lanjutnya sambil menegadahkan
kepalanya dan menatap Junsu dengan pilu dengan senyum yang lemah
Junsu terdiam. Harus ia akui dadanya bergetar hebat
sekarang. Ia sangat terpengaruh dengan segala perkataan ‘Cinta’ yang diucapkan
oleh Mi Ri. Ia merasakan aliran darahnya yang kini tengah mengalir hebat
mengairi seluruh tubuhnya. Perasaan yang sama setiap kali ia bersama Yoon Shi.
ah tidak, ini bahkan lebih baik. Junsu merasa hangat. Sangat hangat.
“Dasar bodoh” kata Junsu kemudian sambil menghela singkat
nafasnya dan tersenyum tipis
Sakit begitu terasa saat kata kata Junsu kini berngiang
ditelinga Mi Ri. Ada perasaan kekecewaan yang kini menyelimuti hatinya. Ia
merasa percuma. Ia merasa konyol dengan segala kata cinta yang ia ucapkan pada
Junsu. Mi Ri tersenyum kecut menanggapi perkataan Junsu dan hanya dapat kembali
tertunduk dalam diam. Terasa langkah kaki semakin mendekat kearahnya. Mi Ri
siap. Ia sudah siap menerima caci maki yang akan dilontarkan Junsu lagi.
Tiba tiba sepasang tangan yang kuat itu kini merengkuh badan
Mi Ri dengan kuat dan memeluknya dengan gemas seakan tidak ingin melepaskan
pelukannya. Mi Ri yang kaget dengan perlakuan tiba tiba Junsu hanya dapat
menahan nafas sejenak sambil membelalakkan matanya.
“Jun..Junsu ssi” kata Mi Ri yang menjijitkan sedikit kakinya
agar dapat mensejajarkan pelukan Junsu padanya
“Bukankah kata kata itu seharusnya diucapkan oleh seorang
pria?” sanggah Junsu sambil tersenyum kecil dibalik punggung Mi Ri
“E..Eh?” kata Mi Ri tercekat
Junsu melepaskan pelukannya sejenak dan menatap yeoja itu.
perasaan yang Junsu ragukan diawal kini sudah tidak ada lagi. Perasaan yang
menganggap bahwa Mi Ri adalah Yoon Shi kini sudah tidak ada lagi. Kini Junsu
benar benar menyadari bahwa Mi Ri bukanlah bayang bayang Yoon Shi. bahwa Mi Ri
bukanlah Noel Yoon Shi. Mi Ri adalah Mi Ri. Yeoja yang berhasil membuat hatinya
bergetar lebih kencang dari siapapun. Bahkan Yoon Shi tidak mampu membuat
hatinya berdebar sekencang itu.
“Akulah yang akan melindungimu” kata Junsu sambil menatap Mi
Ri lembut
Kini Junsu akhirnya menyadari sesuatu yang selalu ia hindari
selama ini
“Karena aku mencintaimu” lanjutnya masih menatap Mi Ri
dengan senyum yang lebar
***
“Shim Changmin?”
suara husky Yoochun menggema didepan pintu rumah Changmin begitu namja yang
lebih muda itu membukakan pintu rumahnya
Changmin hanya dapat membelalakan matanya sambil menyebut
dengan kasar nama namja dihadapannya “Park Yoochun?”
“Aku perlu membicarakan sesuatu denganmu” kata Yoochun
tenang
“Apa yang perlu kita bicarakan?” tanya Changmin menahan
emosinya. Sesungguhnya jika boleh ia sangat ingin menyerang dan membunuh pria
dihadapannya ini dengan tangannya sendiri
“Ini tentang Noel Yoon Shi” jawab Yoochun
Changmin merasakan rahangnya mengeras. Ia sangat benci
ketika mulut pria itu dengan entengnya menyebut nama yeoja yang sangat ia
cintai. Changmin mengepalkan tangannya perlahan sambil berusaha menahan geram
dalam dadanya.
Yoochun yang melihat kepalan tangan Changmin hanya dapat
menghela nafasnya dengan pasrah sambil menatap Changmin dengan wajah yang penuh
dengan rasa bersalah.
“Mau kah kita duduk dahulu?” tanya Yoochun sambil mengintip
kedalam rumah yang ditinggali Changmin
Changmin sedikit ikut menengok ke arah yang ditunjuk oleh
Yoochun. Ia mengerti apa maksud dari pria ini.
“Tidak disini” jawab Changmin kemudian. Dingin.
Changmin pun mengajak Yoochun ke sebuah taman kota yang
dekat dari sana. Mereka berdua duduk berdampingan disana. Hening. Itulah yang
pertama kali terasa. Tidak ada percakapan yang mengalir diantara mereka, hanya
terdengar hembusan angin malam yang cukup mengusik mereka.
“Jadi.. apa yang kau ingin bicarakan?” tanya Changmin kemudian
memecah keheningan diantara mereka. Ia merasa gerah dengan segala keheningan
tanpa akhir ini.
“Soal Noel Yoon Shi..” jawab Yoochun kemudian sambil
mengambil nafas panjang
“...Aku ingin meminta maaf padamu” lanjutnya lalu menghela
nafasnya pelan
“Padaku? Untuk apa? Seharusnya kau meminta maaf pada Yoon
Shi” jawab Changmin masih dingin
“Aku tau, tapi sebelumnya aku ingin meminta maaf padamu,
Shim Changmin” kata Yoochun sedikit memaksakan senyum diwajahnya yang kini
penuh dengan penyesalan
“Aku? Yang kau sakiti itu bukan aku, tapi Noel Yoon Shi!”
kata Changmin sedikit meninggikan nadanya
“Tapi kau juga tersakiti bukan? Kehilangan orang yang sangat
kau cintai, aku tau rasanya” jawab Yoochun enggan menatap Changmin
“Cih, kau tau? Omong kosong macam apa itu?” tanya Changmin
remeh dan memalingkan wajahnya dari hadapan Yoochun
“Kau tau Shim Changmin? Kau sangat beruntung” kata Yoochun
lagi lirih
“Beruntung? Ya! Kau ini sedang melawak atau menyatakkan
penyesalan hah?! Semua perkataanmu itu benar benar lucu bagiku!” kata Changmin
mencoba pergi dari taman dan pergi meninggalkan Yoochun
“Ia pergi tapi hatinya sepenuhnya untukmu” kata Yoochun
kemudian berhasil menghentikkan langkah kakinya sehingga ia tengah memunggungi
namja tersebut
“Sementara aku, aku tau, hatinya bukan untukku” jawab
Yoochun lagi sambil mengulas senyum terpahit dalam hidupnya
“Lalu? Apakah aku harus perduli?” tanya Changmin masih sinis
walau perlu ia akui ia cukup merasa tersanjung dengan perkataan Yoochun tadi.
Yah, ia tau jelas Yoon Shi mencintainya. Ia tau dari ciuman yang Yoon Shi
berikan sebelum ia memutuskan untuk meninggalkannya.
“Kau sangat membenciku huh?” tanya Yoochun yang mengamati
setiap perkataan sinis Changmin
“Tidakkah itu sangat jelas? Ya! Aku membencimu! Sangat
membencimu!” Pekik Changmin akhirnya menatap kembali namja yang masih terduduk
itu
“Bagaimana jika aku
mati, apa kau akan senang?” tanya Yoochun lagi kini menatap mata coklat yang
kini tengah balik memandangnya itu
Hening. Untuk pertama kalinya Changmin tidak langsung menjawab
namja itu. Rasanya seperti ada secercah perasaan bersalah pada dadanya. Harus
ia akui, Yoochun tidaklah seburuk pikirannya. Sekejam apapun namja yang telah
membuat kekasihnya itu sampai terluka namun ia tidak dapat menghindari niat
baik orang ini. Bahkan jika ia pikirkan dengan segala akal sehatnya, ia merasa
sama seperti Yoochun. Ah tidak, sepertinya ia lebih buruk dari itu.
“Entahlah, kau mati atau apapun kurasa aku tidak akan
perduli” jawab Changmin kemudian karena tidak menemukkan jawaban yang tepat
Yoochun memberdirikan tubuhnya yang tadinya masih terduduk.
Ia melangkah mendekati namja yang lebih tinggi darinya itu dan kembali menatap
mata coklatnya.
“Aku pegang perkataanmu itu Shim Changmin” kata Yoochun
sambil berusaha menunjukkan senyumnya yang tulus itu lalu menepuk pundak
Changmin ringan lalu berjalan melewatinya
“Ah tapi..” seketika Yoochun menghentikkan langkah kakinya
dan kembali menatap Changmin
“Kalau kau datang ke pemakamanku, akan kuanggap kau
memaafkanku. Arraseo?” kata Yoochun kembali menunjukkan senyumnya lalu pergi
Changmin terdiam sambil mengamati senyum yang ditunjukkan
oleh Yoochun. Senyum yang sangat tidak asing. Senyum yang sama dengan Yoon Shi.
Senyum yang sama yang Yoon Shi tunjukkan sebelum akhirnya ia memilih
meninggalkan dunia ini. Senyum yang sesungguhnya enggan ia ingat hingga saat
ini.
“Aku membencinya bukan? Kenapa aku harus peduli? Kenapa?”
bisik Changmin saat merasakan denyut halus yang mengganggu kepala dan juga
dadanya
“Jika aku tidak bisa
memilikinya, maka orang lainpun tidak”
“Tidak apa. Mungkin
belum keberuntungan bagi yang didonorkan”
“Aku membencimu!
Sangat membencimu!”
Changmin masih tersiam dengan pikiran yang menerawang jauh.
“Aku mencintaimu”
tampak sesosok senyum yang masih mengisi hatinya kini
“Ia pergi tapi hatinya
sepenuhnya milikmu” juga tengiang perkatann Yoochun yang baru saja ia
ucapkan
Tiba tiba jantungnya seakan berhenti berdetak. Rasa sesak
membunuh dadanya dan ia membuatnya mengambil nafas panjang. Ia merasa semua ini
salah. Tidak. Dirinya lah yang selama ini telah salah.
“Apa yang sudah kau lakukan Shim Changmin?” desahnya kemudian
masih erasakan nyeri didadanya
***
Ia hanya bisa terdesah perlahan. Sebuah rasa sakit yang amat
sakit menyergapi seluruh dadanya, bahkan tubuhnya. Ngilu begitu terasa hingga
hanya lenguhan kesakitan yang terdengar disana. Pandangan matanya begitu pudar
menatap tatapan panik dari wajah wajah yang sangat familiar baginya. Sejenak ia
memandang pada seorang yeoja yang kini juga tengah tertidur disampingnya dengan
lelap. Ia menggenggam tangan yeoja itu erat. Sekembang senyum terhias mengisi wajahnya yang
kini sudah tampak pucat itu. Kini ia merasa tenang karena ia tidak sendirian.
Dan senyum itu, adalah senyum terindah yang pernah mereka
lihat.
***
Namja itu melangkah menuju kesebuah tempat yang berdominan
putih tersebut secara perlahan. Jas hitam itu melekat pada tubuhnya dengan pas
membuat penampilannya sangat tampan kala itu. Memang terlihat begitu gagah
diluar namun jauh dalam hatinya ia merasa sangat rapuh hari itu.
“Aku, minta maaf” katanya pelan sambil membiarkan cairan
jernih itu jatuh dari pelupuk matanya seraya menatap yeoja yang tengah
berbaring pada tempat tidur tersebut
“Aku ternyata memang tidak berguna” lanjutnya lagi terisak
“Aku akan pergi, semoga kau akan hidup dengan baik” katanya
mencoba memasang senyum diwajahnya
“Tidak” potongnya sendiri
“Hiduplah dengan baik, Han Shin Di” ucapnya kemudian lalu
pergi meninggalkan ruangan tersebut
Namja itu menutup pintu ruangan tersebut dengan sangat
perlahan seketika ia membelakangi pintu tersebut seketika pula pertahanannya
runtuh. Cairan bening itu terus mengalir menjatuhi pipinya membuat semua perasaannya
terasa meluap. Rasa bersalah, kecewa, dan putus asa bergabung menjadi satu dan
membuat sesak dadanya.
Ia terduduk saat merasakan tubuhnya yang kala itu terasa
berat. Ia tau betul bagaimana seorang pria tidak boleh menangis, tapi hal ini
rumit. Sangat rumit hingga menjauhi logikanya. Sangat rumit hingga harus
menomor satukan egonya. Sangat rumit hingga akhirnya ia harus kehilangan
segalanya.
“Yunho” sebuah suara memanggilnya lembut
Yunho menegadahkan kepalanya perlahan menatap sebuah suara
lembut yang kini tengah memanggilnya
“Kuatlah, bukankah seorang pria tidak boleh terlihat selemah
ini? Mari” ucap sang pemilik suara itu seraya memberikan tangannya agar
disambut oleh Yunho
Pandangan mata Yunho berubah kala menatap uluran tangan
Jaejoong. Masihkah ia berarti untuk orang orang ini? Masihkah dirinya berguna
untuk orang orang ini?
Tanpa menerima uluran tangan Jaejoong, Yunho pun kembali
mengembalikkan posisinya kedalam posisi berdiri. Ia menatap namja yang lebih
pendek darinya itu dengan tatapan penuh penyesalah. Penyesalan? Kurasa kata
kata itu benar benar terlambat untuk sekarang.
“Tidak” kata Yunho sedikit bergetar karena baru saja
terhenti dari isakkannya
Yunho melangkahkan kakinya menjauhi namja bernama Kim
Jaejoong itu dengan langkah yang begitu pelan. Ia rasa sudah cukup. Benar benar
cukup untuk mengikuti semua jalan cerita ini. sudah cukup ia mengetahui bahwa
yeoja itu tidak akan menjadi miliknya. Sudah cukup ia menyakiti orang orang
disekitarnya. Semuanya sudah cukup
“Setelah ini, kurasa
aku yang harus pergi” batin nya
“Peranku sudah habis”
batinya lagi sambil menghentikkan langkahnya yang hendak menjauhi Jaejoong yang
tengah terdiam menatapnya disitu
Yunho akhirnya berbalik sejenak sambil menatap Jaejoong yang
masih menatapnya dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. Ia menatapnya,
menatap sahabatnya itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Ia menyadari, tidak
ada yang berubah dari sahabatnya itu, bahkan sikapnya yang lembut itu kembali
terasa kini.
“Terima kasih” katanya serasa memberikkan senyumnya pada
Jaejoong lalu berbalik dan pergi
Ia benar benar merasa cukup. Semua ini, cukup menjadi sebuah
pengalaman baginya. Bahkan perlu ia akui, ia tidak dapat menghindari apapun.
Menghindari kenyataan apapun. Cause
there is something you can’t deny in your life and that was your own life
itself.
***
“Aku datang. Apakah itu berarti aku memaafkanmu huh?” kata
namja tersebut menatap sebuah foto yang terpampang disana
“Changmin ssi” panggil suara lain yang terdengar familiar
baginya
Namja yang tadinya tengah memandang pajangan foto tersebut
kini berbalik dan menatap sang pemilik suara
“Ah, Junsu hyung” katanya kemudian
“Aku tidak menyangka akan menemukkanmu disini”ucap Junsu
“Aku juga” balas Changmin seadanya
“Kenapa kau akhirnya memutuskan untuk datang?” tanya Junsu
lagi mencari pembicaraan diantara mereka
“Kau sendiri?” balas Changmin yang sebenarnya belum
menemukkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan yang diajukkan Junsu
“Ya! Aku bertanya lebih dulu!” pekik Junsu sedikit sebal
Terasa hening yang cukup lama diantara mereka. Hingga
akhirnya terdengar sebuah desahan yang keluar dari mulut Changmin.
“Karena aku sudah memaafkannya mungkin?” kata Changmin yang
lebih seperti bertanya balik
“Apa kau sedang bertanya padaku?” kata Junsu
“Anniya, aku sedang menjawab hyung, dan kurasa jawabannya
adalah aku sudah memaafkannya” kata changmin mengangguk anggukkan kepalanya
sambil menunjukkan wajah yang tengah berpikir serius
“Ah begitu” kata Junsu menanggapi perkataan Changmin sambil
ikut menganggukan kepalanya
“Bagaimana denganmu?” tanya Changmin kemudian
“Ah, aku? Kurasa alasan kita sama Shim Changmin” kata Junsu
menatap wajah dongsaengnya itu
“Aku juga sudah memaafkannya” kata Junsu sambil melemparkan
senyum pada sebuah foto yang tengah berdiri dengan kokoh dimeja tersebut
***
“Apakah sakit?” tanya suara itu lembut menatap ‘kekasih’nya
yang tengah mengait manja tangannya
“Sedikit, tapi bukankah kata dokter itu normal?” balasnya
kemudian menatap namja yang lebih tinggi darinya tersebut
“Hahaha, ne, benar juga” katanya kemudian sambil terkekeh
kecil
Tiba tiba terasa hening diantara mereka berdua. Hanya
terdengar dua pasang kaki yang tengah menggesek pasir disekitarnya sambil
membuat jejak jeak kecil disana, juga suara deburan ombak yang sangat halus
kala itu. bias bias matahari menambah kesan indah pada pantai yang tengah
disinggahi sepasang namja dan yeoja tersebut.
“Rasanya seperti mimpi melihat pemandangan seperti ini lagi
bersamamu” desah yeoja tersebut sambil mengulas senyum tipisnya
“Aku juga” jawab namja tersebut
“Kim Jaejoong...” panggil yeoja tersebut
“Hm?” sahut namja yang dipanggil Jaejoong tersebut
“Apakah ini yang dinamakan akhir yang bahagia?” tanya yeoja
tersebut sambil kembali menatap namja tampan disebelahnya
“Ini bukanlah akhir, Han Shin Di” jawab Jaejoong
“Ini adalah suatu awal yang baru yang harus kita jalani”
lanjutnya sambil balas tersenyum pada yeoja tersebut
“Semua yang telah pergi, biarlah menjadi penutup kisah kita
yang lama. Namun semua yang datang dan kembali, biarlah membuka catatan baru
bagi kisah kita” lanjutnya lalu mengelus pipi yeoja itu pelan dan mengecup
bibirnya lembut
“Aigooo,, Kim Jaejoong sudah besar rupanya” kata Shin Di
sambil mengacak rambut Jaejoong gemas
“Aish, kau ini” kata Jaejoong balas mengacak rambut Shin Di
tak kalah gemas
“Han Shin Di” panggil Jaejoong kemudian
“Aku mencintaimu” katanya sambil menatap Shin Di lembut
“Aku juga” jawab yeoja itu lalu mencoba berjinjit sambil
mengecup pelan namja disampingnya
“Aku mencintaimu” katanya lagi menatap namja tersenyum
Mereka berdua sling melemparkan senyum termanis mereka. Terlihat
akan sangat indah dengan bias bias matahari terbenam disekitar mereka dan
pemandangan pantai yang sangat familiar bagi mereka berdua.
Semua yang telah
pergi, biarlah menjadi penutup kisah kita yang lama
Park Yoochun, terimakasih
Terimakasih atas semuanya. Kasih sayang dan segala
pengorbananmu
Jung Yunho, terimakasih
Terimakasih atas semua perhatian dan cinta yang telah kau
berikan
Namun semua yang
datang dan kembali, biarlah membuka catatan baru bagi kisah kita
Kim Junsu, selamat datang
Selamat datang dikisah cintamu yang baru
Shim Changmin, selamat datang
Selamat datang pada kisah hidupmu yang baru
Didunia ini ada
sesuatu yang tidak bisa kita sangkal, yakni kehidupan kita itu sendiri. Dalam setiap
kehidupan yang telah berjalan, semuanya, adalah sesuatu yang tidak dapat kau
tarik kembali. Kita hanya dapat memperbaikinya, bukan mengulangnya.
END