Rabu, 03 Oktober 2012

FF Straight 'Something You Can't Deny" Part 10 -END-

Title : Something You Cn't Deny

Author : Cindy Ayu S

Rate : PG 17

Main Cast :
-Kim Jaejoong
-Han Shin Di (OC)
-Jung Yunho
-Park Yoochun
-Kim Junsu
-Shim Changmin

 
Chapeter 10: Goodbye

“Shin Di-a” ucap Yoochun ketika menemukan sosok yang tak asing kini tengah berdiri membelakanginya
“Ah, Chun-a” jawab Shin Di sambil tersenyum mencoba untuk membalik tubuhnya
Yoochun hanya dapat tersenyum tipis kala melihat wajah Shin Di yang tengah tersenyum itu. ia akan merindukan ah tidak pasti sangat merindukan pemandangan dihadapannya ini. Ia akan selalu menyimpan pemandangan ini dalam kepalanya. Dan dalam hatinya.
“Aku punya kabar baik, Shin Di-a” kata Yoochun sedikit gugup masih dengan senyum kaku diwajahnya. Senyum yang tentunya tidak dapat yeoja dihadapannya ini lihat
“Eh? Apa itu?” kata Shin Di penasaran dengan keningnya yang ia kerutkan
“Kau .. akan .. segera dapat ..melihat lagi” kata Yoochun terbata dengan nada suaranya yang bergetar
Shin Di hanya dapat terdiam mencerna setiap kata yang diucapkan hingga akhirnya seulas senyum lebar sekaligus kaget terlukis diwajahnya. Satu lagi senyum yang tidak akan pernah lupakan seumur hidupnya.
“Benarkah??” kata Shin Di dengan girang
Yoochun mengangguk namun kemudian mengeluarkan suaranya “Ne”
Butiran kecilpun tak pelak singgah dipelupuk mata Shin Di. Dadanya berdebar kencang setiap kali ia mengingat ia akan dapat melihat hingga akhirnya butiran itupun terjatuh dengan bebasnya melewati pipinya. Satu lagi moment yang akan selalu dikenang oleh Yoochun. Moment dimana yeoja yang ia cintai dapat tersenyum bahagia karenanya.
Tangan Yoochun yang tidak tahan melihat air mata yang terus mengalir dimata Shin Di akhirnya terangkat dan menghapus pelan jejak air mata yang tertinggal dipipi yeoja itu dengan ibu jarinya lembut.
“Jangan menangis” kata Yoochun singkat sambil mengamati wajah Shin Di secara menyeluruh. Ia mengamati dari mata, hidung, bibir, pipinya, aliasnya, semuanya. Tidak ingin ia lewatkan sedikitpun jejak indah dihadapannya ini. Baginya kini, setiap gerak pemandangan dihadapannya ini sangat berharga. Sedetik saja melewatkannya, Yoochun rasa ia akan sangat menyesal
“Aku tahu hanya...” kata Shin Di lagi lagi mengeluarkan butir air matanya
Yoochunpun mendekatkan badannya dan memeluk yeoja itu erat.
“Jangan menangis” katanya lagi
Yoochun memeluk yeoja itu dengan erat sambil menghirup wangi yang akan sangat dirindukannya. Kehangatan yang akan sangat dirindukannya. Dan dekapan yang akan sangat dirindukannya. Setiap detik kini terasa berharga bagi Yoochun. Detik yang akhirnya membuat Yoochun menyerah dan mengeluarkan butiran kecil yang sejak tadi menggenang dipelupuk matanya.
“Jangan menangis” kata Yoochun sambil mengusap air matanya sendiri dan mempererat pelukannya
Kata itu. kata yang lebih tepat Yoochun sampaikan pada dirinya sendiri.
***
“Bagaimana perasaanmu?” kata Yoochun sambil menatap yeoja dihadapannya dengan tenang sambil berjalan dipinggir pantai yang sudah akan menyembunyikan sang mentari. Ia tidak ingin menghabiskan detik detik terakhirnya bersama yeoja itu hanya dengan butiran air mata. Ia ingin menghabiskannya dengan tawa bersama orang yang ia cintai itu.
“Entahlah. Aku sangat berdebar, takut, dan juga tidak sabar. Aku tidak tahu apa yang lebih tepatnya aku rasakan” jawab Shin Di jujur
“Kau tidak senang?” tanya Yoochun
“Aish, tentu saja aku senang!” jawab Shin Di sedikit mengerucutkan bibirnya
“Benarkah?” tanya Yoochun lagi
“Apa kau tidak dapat melihatnya dari senyumku ini” jawab Shin Di sambil memperlihatkan senyum lebarnya hingga menampakkan giginya yang tampak rapi itu. Satu lagi senyum yang tidak akan pernah Yoochun lupakan
“Haha, ne,ne, aku dapat melihatnya.” kata Yoochun sambil tertawa
“Ah, Chunie ya, apa kau sudah bertemu dengan keluarga pendonorku itu??” tanya Shin Di yang membuat Yoochun melebarkan matanya
“Eh?” kata Yoochun merasa tercekat
“Keluarga pendonor mataku, apa kau sudah bertemu dengan mereka??” tanya Shin Di lagi
“Ah, ne” jawab Yoochun singkat sambil merasakan sakit pada dadanya yang kini terasa berat
“Bisakah kau sampaikan terima kasihku pada mereka? Terima kasih yang sangat sangat sangaaaaatt banyak tulus dariku untuk mereka” kata Shin Di sambil tersenyum dan merentangkan tangannya lebar
Yoochun hanya terdiam dari langkahnya. Seketika jantungnya berdebar sangat kencang dan dadanya terasa sangat berat. Diantara bias bias matahari kala itu ia terus menatap punggung yeoja dihadapannya dengan tatapan penuh arti. Senyum gugup tampak diantara wajah Yoochun. Kegusaran tak kalah merambah hatinya yang ragu untuk meninggalkan yeoja itu.
“Eh, Yoochun-a??” tanya Shin Di yang mulai menyadari Yoochun tidak ikut melangkah bersamanya lagi. Shin Di pun membalik tubuhnya dan kemudian berjalan kembali menuju ke arah Yoochun. Ia gerakkan tongkatnya kekiri dan kekanan hingga akhirnya tongkat itu menimbulkan bunyi yang berbeda ketika menabrak kaki Yoochun.
“Ya! Ku kira kau meninggalkanku!” protes Shin Di saat sudah merasa menemukan kaki Yoochun
Yoochun kembali memasang senyumnya saat melihat yeoja dihadapannya itu kini tengah kembali memautkan bibirnya
“Apa kau takut aku meninggalkanmu?” tanya Yoochun serius
“Tentu saja! Kau tau aku akan sangat takut jika aku sendirian.” Jawab Shin Di tidak mengetahui maksud pertanyaan Yoochun
“Apa kau akan setakut itu?” tanya Yoochun lagi dengan nada yang lebih meyakinkan bahwa ia serius
“Ya! Kau ini kenapa? Serius sekali” kata Shin Di kemudian merasakan perasaan yang tidak enak kala Yoochun bertanya dengan nada yang berbeda
“Aku hanya bertanya” jawab Yoochun kemudian sambil menghela nafasnya berat. Rasanya tidak mungkin juga yeoja itu akan setakut itu jika Yoochun pergi, mengingat Yoochun bukanlah sosok sepenting itu dihati seorang Han Shin Di
“Pertanyaanmu tidak lucu” kata Shin Di sambil mengerutkan keningnya dan memautkan bibirnya
Yoochun sekali lagi hanya dapat mengulas senyum kecilnya sambil menahan geli dihatinya melihat tingkah polah yeoja itu. tingkah yang akan selalu Yoochun kenang. Pasti. Pasti akan ia kenang.
Sepasang tangan Yoochun pun terangkat mencoba meraih tangan Yeoja dihadapannya itu dan mengaitkannya perlahan. ia memajukan langkahnya untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Shin Di dan menundukkan sedikit kepalanya untuk menyatukan keningnya dan kening Shin Di. Ia pun menutup matanyanya sambil merasakan kehangatan yang dimiliki kening yeoja ini.
“Chu..” kata Shin Di berusaha melepaskan keningnya dan kening Yoochun
“Sebentar saja” kata Yoochun lemah menghentikan pergerakan Shin Di
“Biarkan seperti ini” lanjutnya masih memejamkan matanya
Shin Di hanya terdiam dengan beribu pertanyaan yang berkecamuk dalam hatinya. Apa yang membuat Yoochun menjadi selemah ini? Ah tidak, lebih tepatnya kenapa Yoochun menjadi tampak semenyedihkan ini? Namun Shin Di segera menepis pertanyaan pertanyaannya dan menerima kening Yoochun dengan hangat. Rasa hangat yang dirindukan Shin Di pun terasa kala keningnya menyentuh kening Yoochun.
“Berkaitan tangan seperti ini. menyatukan kepala seperti ini. mendengar nafasmu sedekat ini. menghirup wangimu sedekat ini. dan berdiri ditengah matahari terbenam sambil merasakan kehangatanmu seperti hari ini. adalah sesuatu yang tidak akan pernah aku lupakan. Seandainya saja saat ini aku bisa mengatakannya. Seandainya saja masih ada cukup waktu untuk mengatakannya. Aku ingin mengatakannya dengan lantang...”
“Aku mencintaimu” eja Yoochun dengan bibirnya tanpa suara
***
“Kenapa kau mengajakku ke tempat seperti ini?” tanya Junsu keheranan saat Mi Ri mengajaknya kesebuah tempat yang tidak asing baginya. Sangat tidak asing.
“Kuyakin kau sudah tidak asing dengan tempat ini” jawab Mi Ri seperti menyuarakan pikiran Junsu
“Apa maumu sebenarnya?” tanya Junsu lagi mulai tidak suka dengan keadaan disekelilingnya
Mi Ri tetap melangkah tidak perduli menuju kesebuah tempat yang tidak asing bagi mereka berdua. Seketika langkahnya terhenti kala matanya mendapati sesuatu yang tidak asing dihadapannya. Ia tersenyum sejenak sambil menatap benda itu dengan tatapan yang sulit diungkapkan. Kesedihankah? Ataukah.. kebahagiaan?
“Kita sudah sampai” kata Mi Ri kemudian yang berada didepan Junsu kini
“Apa maksudmu membawaku kesini? Apa maumu sebenarnya? Ya!” protes Junsu kemudian
“Kau selalu bertanya, mengapa aku selalu mengikutimu bukan?” kata Mi Ri mulai menjelaskan lalu membalikan tubuhnya untuk menghadap Junsu
“Eh?” sanggah Junsu singkat
“Itu karena dia” jelas Mi Ri sambil menunjuk sebuah batu nisan yang masih berdiri dengan kokoh disana
“Yoon Shi unnie, adalah kakak sepupuku” jelasnya lagi
Junsu melebarkan matanya sejenak terkejut atas pengakuan Mi Ri. Junsu telah membuka mulutnya untuk mencoba menyanggah perkataan Mi Ri selanjutnya namun ia mengatupkan kembali mulutnya dan kembali terdiam. ia masih menahan segala kata kata dan emosi yang ia miliki untuk mendengar penjelasan yang selanjutnya akan dikatakan Mi Ri. Bagaimanpun ia juga ingin mendengar penjelasan yang sejelas jelasnya mengapa Mi Ri begitu teguh mengejar dirinya.
“Dialah orang yang memperkenalkanku padamu”
“Sejak melihat fotomu dan Yoon Shi unnie dan mendengar segala cerita darinya, aku mulai mengagumimu”
“Namun setelah melihatmu secara langsung saat aku menstalkermu, aku mulai menyukaimu”
“Kalau kau ingin tau mengapa aku begitu gigih menginginkanmu, itu karena aku sudah mencintaimu”
Keadaan hening seketika. Junsu hanya dapat terdiam mendengar segala penjelasan yang keluar dari mulut yeoja manis dihadapannya itu. ia merasa terpana dengan segala cerita dan segala decak kata yang diucapkannya. Hanya saja masih ada satu yang mengganggu hatinya.
“Lalu, kenapa kau mengajakku kesini?” kata Junsu kemudian yang memecah keheningan mereka selama beberapa detik tadi
Mi Ri hanya tersenyum kecil sambil menampakkan air wajah yang penuh kesedihan. Kenangannya bersama kakak sepupunya kini terkenang jelas dalam ingatannya yang membuat dadanya terasa sesak dan matanya menjadi panas
“Yoon Shi noona berpesan padaku...”
“Untuk menjagamu” Jelas Mi Ri sambil menegadahkan kepala dan memberikan senyum penuh arti kepada Junsu
“Apa?” tanya Junsu dengan matanya yang melebar
“Melihatmu yang sangat terpuruk saat menatap makam ini, aku rasa aku memang harus menjagamu” jawab Mi Ri
“Aku tidak perlu dijaga oleh bocah sepertimu. Bahkan jika Yoon Shi ya yang memintanya” jawab Junsu ketus
“Aku ingin menjagamu...” sanggah Mi Ri kembali menundukkan kepalanya
“Bukan hanya karena Yoon Shi unnie yang memintanya” lanjutnya sambil menghela nafas yang cukup melegakkan dadanya
“Tapi karena aku memang menginginkannya”
“Karena aku mencintaimu” lanjutnya sambil menegadahkan kepalanya dan menatap Junsu dengan pilu dengan senyum yang lemah
Junsu terdiam. Harus ia akui dadanya bergetar hebat sekarang. Ia sangat terpengaruh dengan segala perkataan ‘Cinta’ yang diucapkan oleh Mi Ri. Ia merasakan aliran darahnya yang kini tengah mengalir hebat mengairi seluruh tubuhnya. Perasaan yang sama setiap kali ia bersama Yoon Shi. ah tidak, ini bahkan lebih baik. Junsu merasa hangat. Sangat hangat.
“Dasar bodoh” kata Junsu kemudian sambil menghela singkat nafasnya dan tersenyum tipis
Sakit begitu terasa saat kata kata Junsu kini berngiang ditelinga Mi Ri. Ada perasaan kekecewaan yang kini menyelimuti hatinya. Ia merasa percuma. Ia merasa konyol dengan segala kata cinta yang ia ucapkan pada Junsu. Mi Ri tersenyum kecut menanggapi perkataan Junsu dan hanya dapat kembali tertunduk dalam diam. Terasa langkah kaki semakin mendekat kearahnya. Mi Ri siap. Ia sudah siap menerima caci maki yang akan dilontarkan Junsu lagi.
Tiba tiba sepasang tangan yang kuat itu kini merengkuh badan Mi Ri dengan kuat dan memeluknya dengan gemas seakan tidak ingin melepaskan pelukannya. Mi Ri yang kaget dengan perlakuan tiba tiba Junsu hanya dapat menahan nafas sejenak sambil membelalakkan matanya.
“Jun..Junsu ssi” kata Mi Ri yang menjijitkan sedikit kakinya agar dapat mensejajarkan pelukan Junsu padanya
“Bukankah kata kata itu seharusnya diucapkan oleh seorang pria?” sanggah Junsu sambil tersenyum kecil dibalik punggung Mi Ri
“E..Eh?” kata Mi Ri tercekat
Junsu melepaskan pelukannya sejenak dan menatap yeoja itu. perasaan yang Junsu ragukan diawal kini sudah tidak ada lagi. Perasaan yang menganggap bahwa Mi Ri adalah Yoon Shi kini sudah tidak ada lagi. Kini Junsu benar benar menyadari bahwa Mi Ri bukanlah bayang bayang Yoon Shi. bahwa Mi Ri bukanlah Noel Yoon Shi. Mi Ri adalah Mi Ri. Yeoja yang berhasil membuat hatinya bergetar lebih kencang dari siapapun. Bahkan Yoon Shi tidak mampu membuat hatinya berdebar sekencang itu.
“Akulah yang akan melindungimu” kata Junsu sambil menatap Mi Ri lembut
Kini Junsu akhirnya menyadari sesuatu yang selalu ia hindari selama ini
“Karena aku mencintaimu” lanjutnya masih menatap Mi Ri dengan senyum yang lebar
***
 “Shim Changmin?” suara husky Yoochun menggema didepan pintu rumah Changmin begitu namja yang lebih muda itu membukakan pintu rumahnya
Changmin hanya dapat membelalakan matanya sambil menyebut dengan kasar nama namja dihadapannya “Park Yoochun?”
“Aku perlu membicarakan sesuatu denganmu” kata Yoochun tenang
“Apa yang perlu kita bicarakan?” tanya Changmin menahan emosinya. Sesungguhnya jika boleh ia sangat ingin menyerang dan membunuh pria dihadapannya ini dengan tangannya sendiri
“Ini tentang Noel Yoon Shi” jawab Yoochun
Changmin merasakan rahangnya mengeras. Ia sangat benci ketika mulut pria itu dengan entengnya menyebut nama yeoja yang sangat ia cintai. Changmin mengepalkan tangannya perlahan sambil berusaha menahan geram dalam dadanya.
Yoochun yang melihat kepalan tangan Changmin hanya dapat menghela nafasnya dengan pasrah sambil menatap Changmin dengan wajah yang penuh dengan rasa bersalah.
“Mau kah kita duduk dahulu?” tanya Yoochun sambil mengintip kedalam rumah yang ditinggali Changmin
Changmin sedikit ikut menengok ke arah yang ditunjuk oleh Yoochun. Ia mengerti apa maksud dari pria ini.
“Tidak disini” jawab Changmin kemudian. Dingin.
Changmin pun mengajak Yoochun ke sebuah taman kota yang dekat dari sana. Mereka berdua duduk berdampingan disana. Hening. Itulah yang pertama kali terasa. Tidak ada percakapan yang mengalir diantara mereka, hanya terdengar hembusan angin malam yang cukup mengusik mereka.
“Jadi.. apa yang kau ingin bicarakan?” tanya Changmin kemudian memecah keheningan diantara mereka. Ia merasa gerah dengan segala keheningan tanpa akhir ini.
“Soal Noel Yoon Shi..” jawab Yoochun kemudian sambil mengambil nafas panjang
“...Aku ingin meminta maaf padamu” lanjutnya lalu menghela nafasnya pelan
“Padaku? Untuk apa? Seharusnya kau meminta maaf pada Yoon Shi” jawab Changmin masih dingin
“Aku tau, tapi sebelumnya aku ingin meminta maaf padamu, Shim Changmin” kata Yoochun sedikit memaksakan senyum diwajahnya yang kini penuh dengan penyesalan
“Aku? Yang kau sakiti itu bukan aku, tapi Noel Yoon Shi!” kata Changmin sedikit meninggikan nadanya
“Tapi kau juga tersakiti bukan? Kehilangan orang yang sangat kau cintai, aku tau rasanya” jawab Yoochun enggan menatap Changmin
“Cih, kau tau? Omong kosong macam apa itu?” tanya Changmin remeh dan memalingkan wajahnya dari hadapan Yoochun
“Kau tau Shim Changmin? Kau sangat beruntung” kata Yoochun lagi lirih
“Beruntung? Ya! Kau ini sedang melawak atau menyatakkan penyesalan hah?! Semua perkataanmu itu benar benar lucu bagiku!” kata Changmin mencoba pergi dari taman dan pergi meninggalkan Yoochun
“Ia pergi tapi hatinya sepenuhnya untukmu” kata Yoochun kemudian berhasil menghentikkan langkah kakinya sehingga ia tengah memunggungi namja tersebut
“Sementara aku, aku tau, hatinya bukan untukku” jawab Yoochun lagi sambil mengulas senyum terpahit dalam hidupnya
“Lalu? Apakah aku harus perduli?” tanya Changmin masih sinis walau perlu ia akui ia cukup merasa tersanjung dengan perkataan Yoochun tadi. Yah, ia tau jelas Yoon Shi mencintainya. Ia tau dari ciuman yang Yoon Shi berikan sebelum ia memutuskan untuk meninggalkannya.
“Kau sangat membenciku huh?” tanya Yoochun yang mengamati setiap perkataan sinis Changmin
“Tidakkah itu sangat jelas? Ya! Aku membencimu! Sangat membencimu!” Pekik Changmin akhirnya menatap kembali namja yang masih terduduk itu
 “Bagaimana jika aku mati, apa kau akan senang?” tanya Yoochun lagi kini menatap mata coklat yang kini tengah balik memandangnya itu
Hening. Untuk pertama kalinya Changmin tidak langsung menjawab namja itu. Rasanya seperti ada secercah perasaan bersalah pada dadanya. Harus ia akui, Yoochun tidaklah seburuk pikirannya. Sekejam apapun namja yang telah membuat kekasihnya itu sampai terluka namun ia tidak dapat menghindari niat baik orang ini. Bahkan jika ia pikirkan dengan segala akal sehatnya, ia merasa sama seperti Yoochun. Ah tidak, sepertinya ia lebih buruk dari itu.
“Entahlah, kau mati atau apapun kurasa aku tidak akan perduli” jawab Changmin kemudian karena tidak menemukkan jawaban yang tepat
Yoochun memberdirikan tubuhnya yang tadinya masih terduduk. Ia melangkah mendekati namja yang lebih tinggi darinya itu dan kembali menatap mata coklatnya.
“Aku pegang perkataanmu itu Shim Changmin” kata Yoochun sambil berusaha menunjukkan senyumnya yang tulus itu lalu menepuk pundak Changmin ringan lalu berjalan melewatinya
“Ah tapi..” seketika Yoochun menghentikkan langkah kakinya dan kembali menatap Changmin
“Kalau kau datang ke pemakamanku, akan kuanggap kau memaafkanku. Arraseo?” kata Yoochun kembali menunjukkan senyumnya lalu pergi
Changmin terdiam sambil mengamati senyum yang ditunjukkan oleh Yoochun. Senyum yang sangat tidak asing. Senyum yang sama dengan Yoon Shi. Senyum yang sama yang Yoon Shi tunjukkan sebelum akhirnya ia memilih meninggalkan dunia ini. Senyum yang sesungguhnya enggan ia ingat hingga saat ini.
“Aku membencinya bukan? Kenapa aku harus peduli? Kenapa?” bisik Changmin saat merasakan denyut halus yang mengganggu kepala dan juga dadanya
“Jika aku tidak bisa memilikinya, maka orang lainpun tidak”
“Tidak apa. Mungkin belum keberuntungan bagi yang didonorkan”
“Aku membencimu! Sangat membencimu!”
Changmin masih tersiam dengan pikiran yang menerawang jauh.
“Aku mencintaimu” tampak sesosok senyum yang masih mengisi hatinya kini
“Ia pergi tapi hatinya sepenuhnya milikmu” juga tengiang perkatann Yoochun yang baru saja ia ucapkan
Tiba tiba jantungnya seakan berhenti berdetak. Rasa sesak membunuh dadanya dan ia membuatnya mengambil nafas panjang. Ia merasa semua ini salah. Tidak. Dirinya lah yang selama ini telah salah.
“Apa yang sudah kau lakukan Shim Changmin?” desahnya kemudian masih erasakan nyeri didadanya
***
Ia hanya bisa terdesah perlahan. Sebuah rasa sakit yang amat sakit menyergapi seluruh dadanya, bahkan tubuhnya. Ngilu begitu terasa hingga hanya lenguhan kesakitan yang terdengar disana. Pandangan matanya begitu pudar menatap tatapan panik dari wajah wajah yang sangat familiar baginya. Sejenak ia memandang pada seorang yeoja yang kini juga tengah tertidur disampingnya dengan lelap. Ia menggenggam tangan yeoja itu erat.  Sekembang senyum terhias mengisi wajahnya yang kini sudah tampak pucat itu. Kini ia merasa tenang karena ia tidak sendirian.
Dan senyum itu, adalah senyum terindah yang pernah mereka lihat.
***
Namja itu melangkah menuju kesebuah tempat yang berdominan putih tersebut secara perlahan. Jas hitam itu melekat pada tubuhnya dengan pas membuat penampilannya sangat tampan kala itu. Memang terlihat begitu gagah diluar namun jauh dalam hatinya ia merasa sangat rapuh hari itu.
“Aku, minta maaf” katanya pelan sambil membiarkan cairan jernih itu jatuh dari pelupuk matanya seraya menatap yeoja yang tengah berbaring pada tempat tidur tersebut
“Aku ternyata memang tidak berguna” lanjutnya lagi terisak
“Aku akan pergi, semoga kau akan hidup dengan baik” katanya mencoba memasang senyum diwajahnya
“Tidak” potongnya sendiri
“Hiduplah dengan baik, Han Shin Di” ucapnya kemudian lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut
Namja itu menutup pintu ruangan tersebut dengan sangat perlahan seketika ia membelakangi pintu tersebut seketika pula pertahanannya runtuh. Cairan bening itu terus mengalir menjatuhi pipinya membuat semua perasaannya terasa meluap. Rasa bersalah, kecewa, dan putus asa bergabung menjadi satu dan membuat sesak dadanya.
Ia terduduk saat merasakan tubuhnya yang kala itu terasa berat. Ia tau betul bagaimana seorang pria tidak boleh menangis, tapi hal ini rumit. Sangat rumit hingga menjauhi logikanya. Sangat rumit hingga harus menomor satukan egonya. Sangat rumit hingga akhirnya ia harus kehilangan segalanya.
“Yunho” sebuah suara memanggilnya lembut
Yunho menegadahkan kepalanya perlahan menatap sebuah suara lembut yang kini tengah memanggilnya
“Kuatlah, bukankah seorang pria tidak boleh terlihat selemah ini? Mari” ucap sang pemilik suara itu seraya memberikan tangannya agar disambut oleh Yunho
Pandangan mata Yunho berubah kala menatap uluran tangan Jaejoong. Masihkah ia berarti untuk orang orang ini? Masihkah dirinya berguna untuk orang orang ini?
Tanpa menerima uluran tangan Jaejoong, Yunho pun kembali mengembalikkan posisinya kedalam posisi berdiri. Ia menatap namja yang lebih pendek darinya itu dengan tatapan penuh penyesalah. Penyesalan? Kurasa kata kata itu benar benar terlambat untuk sekarang.
“Tidak” kata Yunho sedikit bergetar karena baru saja terhenti dari isakkannya
Yunho melangkahkan kakinya menjauhi namja bernama Kim Jaejoong itu dengan langkah yang begitu pelan. Ia rasa sudah cukup. Benar benar cukup untuk mengikuti semua jalan cerita ini. sudah cukup ia mengetahui bahwa yeoja itu tidak akan menjadi miliknya. Sudah cukup ia menyakiti orang orang disekitarnya. Semuanya sudah cukup
“Setelah ini, kurasa aku yang harus pergi” batin nya
“Peranku sudah habis” batinya lagi sambil menghentikkan langkahnya yang hendak menjauhi Jaejoong yang tengah terdiam menatapnya disitu
Yunho akhirnya berbalik sejenak sambil menatap Jaejoong yang masih menatapnya dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. Ia menatapnya, menatap sahabatnya itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Ia menyadari, tidak ada yang berubah dari sahabatnya itu, bahkan sikapnya yang lembut itu kembali terasa kini.
“Terima kasih” katanya serasa memberikkan senyumnya pada Jaejoong lalu berbalik dan pergi
Ia benar benar merasa cukup. Semua ini, cukup menjadi sebuah pengalaman baginya. Bahkan perlu ia akui, ia tidak dapat menghindari apapun. Menghindari kenyataan apapun. Cause there is something you can’t deny in your life and that was your own life itself.
***
“Aku datang. Apakah itu berarti aku memaafkanmu huh?” kata namja tersebut menatap sebuah foto yang terpampang disana
“Changmin ssi” panggil suara lain yang terdengar familiar baginya
Namja yang tadinya tengah memandang pajangan foto tersebut kini berbalik dan menatap sang pemilik suara
“Ah, Junsu hyung” katanya kemudian
“Aku tidak menyangka akan menemukkanmu disini”ucap Junsu
“Aku juga” balas Changmin seadanya
“Kenapa kau akhirnya memutuskan untuk datang?” tanya Junsu lagi mencari pembicaraan diantara mereka
“Kau sendiri?” balas Changmin yang sebenarnya belum menemukkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan yang diajukkan Junsu
“Ya! Aku bertanya lebih dulu!” pekik Junsu sedikit sebal
Terasa hening yang cukup lama diantara mereka. Hingga akhirnya terdengar sebuah desahan yang keluar dari mulut Changmin.
“Karena aku sudah memaafkannya mungkin?” kata Changmin yang lebih seperti bertanya balik
“Apa kau sedang bertanya padaku?” kata Junsu
“Anniya, aku sedang menjawab hyung, dan kurasa jawabannya adalah aku sudah memaafkannya” kata changmin mengangguk anggukkan kepalanya sambil menunjukkan wajah yang tengah berpikir serius
“Ah begitu” kata Junsu menanggapi perkataan Changmin sambil ikut menganggukan kepalanya
“Bagaimana denganmu?”  tanya Changmin kemudian
“Ah, aku? Kurasa alasan kita sama Shim Changmin” kata Junsu menatap wajah dongsaengnya itu
“Aku juga sudah memaafkannya” kata Junsu sambil melemparkan senyum pada sebuah foto yang tengah berdiri dengan kokoh dimeja tersebut
***
“Apakah sakit?” tanya suara itu lembut menatap ‘kekasih’nya yang tengah mengait manja tangannya
“Sedikit, tapi bukankah kata dokter itu normal?” balasnya kemudian menatap namja yang lebih tinggi darinya tersebut
“Hahaha, ne, benar juga” katanya kemudian sambil terkekeh kecil
Tiba tiba terasa hening diantara mereka berdua. Hanya terdengar dua pasang kaki yang tengah menggesek pasir disekitarnya sambil membuat jejak jeak kecil disana, juga suara deburan ombak yang sangat halus kala itu. bias bias matahari menambah kesan indah pada pantai yang tengah disinggahi sepasang namja dan yeoja tersebut.
“Rasanya seperti mimpi melihat pemandangan seperti ini lagi bersamamu” desah yeoja tersebut sambil mengulas senyum tipisnya
“Aku juga” jawab namja tersebut
“Kim Jaejoong...” panggil yeoja tersebut
“Hm?” sahut namja yang dipanggil Jaejoong tersebut
“Apakah ini yang dinamakan akhir yang bahagia?” tanya yeoja tersebut sambil kembali menatap namja tampan disebelahnya
“Ini bukanlah akhir, Han Shin Di” jawab Jaejoong
“Ini adalah suatu awal yang baru yang harus kita jalani” lanjutnya sambil balas tersenyum pada yeoja tersebut
“Semua yang telah pergi, biarlah menjadi penutup kisah kita yang lama. Namun semua yang datang dan kembali, biarlah membuka catatan baru bagi kisah kita” lanjutnya lalu mengelus pipi yeoja itu pelan dan mengecup bibirnya lembut
“Aigooo,, Kim Jaejoong sudah besar rupanya” kata Shin Di sambil mengacak rambut Jaejoong gemas
“Aish, kau ini” kata Jaejoong balas mengacak rambut Shin Di tak kalah gemas
“Han Shin Di” panggil Jaejoong kemudian
“Aku mencintaimu” katanya sambil menatap Shin Di lembut
“Aku juga” jawab yeoja itu lalu mencoba berjinjit sambil mengecup pelan namja disampingnya
“Aku mencintaimu” katanya lagi menatap namja tersenyum
Mereka berdua sling melemparkan senyum termanis mereka. Terlihat akan sangat indah dengan bias bias matahari terbenam disekitar mereka dan pemandangan pantai yang sangat familiar bagi mereka berdua.
Semua yang telah pergi, biarlah menjadi penutup kisah kita yang lama
Park Yoochun, terimakasih
Terimakasih atas semuanya. Kasih sayang dan segala pengorbananmu
Jung Yunho, terimakasih
Terimakasih atas semua perhatian dan cinta yang telah kau berikan
Namun semua yang datang dan kembali, biarlah membuka catatan baru bagi kisah kita
Kim Junsu, selamat datang
Selamat datang dikisah cintamu yang baru
Shim Changmin, selamat datang
Selamat datang pada kisah hidupmu yang baru
Didunia ini ada sesuatu yang tidak bisa kita sangkal, yakni kehidupan kita itu sendiri. Dalam setiap kehidupan yang telah berjalan, semuanya, adalah sesuatu yang tidak dapat kau tarik kembali. Kita hanya dapat memperbaikinya, bukan mengulangnya.

END

2 komentar:

SNFajariyah mengatakan...

keren.. aku baca ff ini di salah satu grup, tapi karena part akhir yg di protect jdi aku mutuskan buat nyari blog author aslinya. keren thorr.. keren bgt deh.. salam Cassie~

MY TVXQ LAND mengatakan...

makasih udah mau baca dan koment :D iyah aku emang sempet masukin ff ini ke salah satu blog fanfic gitu hehehe. terharu asli sampe kamu mau nyari blog ini :") yap salam cassie juga :DDD