Title : Unpredictabble Love
Author : Cindy Ayu S.
Rate: PG 15
Main Chaearcter:
Shim Changmin
Yuuka Shinju (OC)
Disclaemer: Ini ff permintaan sodaraku, jadi kalo misalnya ga sesuai
sama selera kalian mohon maaf aja yah hha dan buat sodaraku yang baca
moga moga suka dan selamat membaca :DD
Changmin POV
Apa yang kupikirkan? Kenapa aku melakukan hal seperti itu? Apa yang
terjadi denganku sebenarnya? Aish! Shim Changmin! Apa yang telah kau lakukan?
***
SREETT!
Aku membuka pintu kelas pagi ini dengan sedikit malas
malasan. Yah, sesungguhnya hari ini aku memang merasa tidak bergairah lagi
kesekolah. Lagipula, ada sesuatu dalam kelas ini yang selalu mengusikku. Yang
benar benar mengusik perhatianku.
Aku mengarahkan kepalaku lagi untuk memandangnya. Ya,
memandang gadis itu, Yuuka Shinju. Ini sudah hari keempat kami tidak saling
berbicara sejak kejadian itu. Sesungguhnya, aku merasa menyesal telah melakukan
hal ‘itu’ padanya, tapi bolehkah aku sedikit jujur? Aku menikmatinya. Dan
setelah kejadian itu tampaknya aku jadi lebih memperhatikannya.
Ya, aku mulai sering mengamatinya sekarang ini. Mata besar
yang menatapmu balik saat kalian bercakap cakap, rambut yang lurus dan panjang,
sentuhan yang lembut walaupun dari luar ia terlihat kasar, dan bibir yang
menyunggingkan senyum yang manis dan terasa... hangat.
“Hey, Shim Changmin!” panggil seseorang yang tanpa kusadari
kini tengah berada didepan meja belajarku
“Hm?” sautku
“Kau sangat pendiam beberapa hari ini, kenapa?” tanyanya
“Aku tidak apa, Yuu” jawabku yang sedikit menggelitik
dadaku. Rasanya sudah lama sekali aku tidak menyebutkan panggilan itu Yuu..ka.
Aish! Kenapa nama gadis itu yang terbayang!
“Min?” panggilnya lagi membuatku sedikit tersadar dari
bayangan bodohku
“Tidak apa aku baik saja Yuu” kataku berusaha tampak
senormal mungkin
“Kau yakin? Kau tidak sakit bukan?” tanya Yuu kali ini panik
sambil memegangi jidatku
“Aish, aku baik, Shirota Yuu. Sangat baik, jadi kuharap kau
tidak pernah melakukan hal itu lagi padaku” kataku menepis tangannya yang
tengah menyentuh jidatku dan memberikan tatapan yang sedikit ngeri.
Sesungguhnya, aku sangat tidak suka disentuh dengan ‘mesra’ oleh laki laki
seperti itu. Bukan karena aku jahat. Hanya saja aku tidak menyukainya.
“Aku mengerti” kata Yuu sambil mengangkat kedua tangannya
“Bagus” kataku sambil mendesah pelan karena sikapnya yang
terlihat konyol itu
“Hey, Shim Changmin” panggil Yuu lagi
“Hm?” sautku lagi
“Apa kau menyukai gadis itu?” tanya Yuu sedikit berbisik
sambil mengarahkan jempolnya pada arah Yuuka.
“Tidak” kataku datar
“Yang benar saja, tapi kenapa beberapa hari ini aku sering
melihatmu sedang memandanginya?” kata Yuu
“Aku punya mata, apa tidak boleh aku melihatnya?” kataku
lagi sambil memandangnya dengan sedikit tidak suka
“Baiklah, aku mengerti, kau memang tipe orang yang sangat
sulit untuk mengungkapkan perasaan.” Kata Yuu yang menurutku sangat sok tau
Aku hanya menaggapi perkataan Yuu dengan diam. Dia mungkin
adalah sahabat yang paling mengerti keadaanku yang saat ini aku pun tidak tau
harus menyebutnya apa. Suka? Apakah aku menyukai Yuuka? Tapi...
“Hey, ini sudah sebulan sejak kau disini, dan sudah cukup
lama sejak kepergiannya, akan sangat bagus bila akhirnya kau bisa membuka
hatimu untuk gadis lain” kata Yuu yang kini tengah duduk dimeja belajarku
Lagi lagi aku hanya terdiam sambil menopangkan daguku pada
tangan kananku dan kembali menatap gadis yang memang sejak tadi aku pikirkan.
Kadanga saat menatapnya, aku merasakan kenyamanan dan kehangatan, namun aku
tidak bisa membohongi perasaanku sendiri.
Aku masih terjebak pada masa lalu itu.
“Hidup terus berjalan kau tau? Itu bukan hanya sebuah kata,
tapi itu adalah fakta yang memang selalu kita jalani. Selama waktu terus
berdetik kekanan, kau harus terus menjalani hidupmu” perkataan bijak pertama
yang kudengar dari Yuu setelah 5 tahun ini
“Menyebalkan” bisikku tak terdengar oleh Yuu masih sambil
menatap gadis itu
.
.
Suka?
End POV
***
“Berdiri!” kata seorang murid saat melihat wali kelas mereka
telah memasuki kelas
“Selamat pagi, sensei!” kata murid serempak
“Selamat pagi, anak anak. Hari ini, sensei tidak akan
mengajarkan apapun” kata wali kelas mereka yang serentak membuat bentuk
senyuman riang para murid disana
“Tapi..” lanjut sensei tersebut yang membuat senyum murid
disana seketika pudar
“Kita akan membahas acara yang akan kita buat pada festival
sekolah nanti” lanjut sang sensei
Tampak wajah riang dari para murid yang memang sudah sangat
menunggu festival tahunan sekolah ini. Semuanya langsung berteriak memberikan
ide kepada senseinya tentang apa yang akan mereka tampilkan untuk mewakili
kelas mereka.
“Tenanglah tenang! Bapak sudah mendapatkan perintah dari
kepala sekolah tentang apa yang akan kelas kita tampilkan” kata sang sensei
“Benarkah?” kata murid murid serempak
“Hai, kalau begitu mari bicarakan acara ini bersama sama
ya!” kata sensei sambil mulai menulis pada papan tulis
Para murid serempak melihat pada apa yang ditulis di papan
tersebut dan membuat beberapa murid menyunggingkan senyum ketika melihat sebuah
acara yang memang mereka sukai.
“ITS TIME FOR ACTING!!!” teriak salah satu murid girang
diikuti gurauan riang dari murid lain yang sangat tertarik dengan acara
tersebut
“Menyebalkan” desis beberapa murid yang tidak menyukainya
termasuk Changmin
“Baiklah, kita akan melakukan drama yang tepatnya drama Snow
White dan pemainnya pun sudah bapak tentukan” kata sensei yang membuat murid
seketika tenang walau masih diserai beberapa bisikkan para murid wanita yang
–pastinya- menginginkan peran utama tersebut
Wali kelas mereka menyebutkan satu persatu orang yang mendapat
peran dalam drama tersebut. Ada yang sangat senang karena mendapat peran yang
diinginkan, namun ada juga yang tidak senang karena tidak mendapat peran yang
sesuai.
“Dan finalnya sang Putih Salju, Yuuka Shinju” kata sensei
menyebutkan peran peran utama
“EH??!” pekik Yuuka kaget namun mendapat sorakkan senang
dari teman teman yang lainnya
“Dan pangerannya,
Shim Changmin” lanjut sensei
“EH??!” pekik Yuuka kini disertai dengan pekikan murid
lainnya
“Buahaha, kalu Changmin yang menjadi pangerannya mungkin
sang Putih Salju bukan akan bangun dari tidurnya, namun makin membeku karena
sikap sang pangeran yang lebih dingin dari es!” kata salah seorang murid
“Aih, beruntungnya Yuuka chan!!” kata murid wanita yang
terlihat iri dengan Yuuka
Sementara Yuuka hanya dapat terdiam karena mendapati
jantungnya yang berdegup kencang karena mendengar nama Shim Changmin yang
terdengar akan menjadi lawan mainnya.
“Aku menolak” kata Changmin kemudian mengagetkan seluruh
murid termasuk Yuuka yang sedang terdiam
“Tidak ada yang bisa mengganggu keputusanku. Harap kau
hargai, Shim Changmin” kata sensei dengan nadanya yang lebih berat dan
tatapannya yang mengancam
Changmin terdiam sesaat sambil membalas pandang tatapan wali
kelasnya yang terlihat dingin tersebut sampai akhirnya ia menyerah dan menghela
nafas berat dengan malas.
“Aku mengerti” kata Changmin kemudian lalu menopangkan dagunya pada satu tangannya
“Bagus. Mulai besok, setiap pulang sekolah kita akan
mengadakan latihan. Bapak harap, drama ini dapat berjalan dengan lancar. Bapak
sangat mengharapkan bantuan dari kalian semua” kata wali kelas mereka sambil
tersenyum hangat yang dibalas dengan sautan semangat para murid
“Yuuka chan, kau sangat beruntung ya” kata salah seorang
wanita kepada Yuuka
“Eh? Biasa saja hehe” jawab Yuuka dengan tertawanya yang
garing
“Biasa saja? Bagiku kau sangat beruntung! Nanti kau bisa
mendapatkan cap bibir Changmin di bibirmu!” kata murid wanita itu menggebu yang
membuat Yuuka membeku seketika
“Apa?” tanya Yuuka kemudian. Dari semua kata kata yang ada
dikepalanya, hanya kata itu yang dapat ia ucapkan kini. Dari semua kosa kata
itu, mungkin hanya kata ini yang dapat mengungkapkan semuanya
“Kau tau cerita Snow White bukan? Pada akhirnya sang
pangeran akan mencium Snow White dan happy ever after” kata murid wanita itu
menjelaskan dengan raut wajah yang berbunga bunga
Sementara Yuuka hanya dapat terdiam sambil membelalakkan
matanya. Jantungnya saat itu berdegup sangat kencang hingga mungkin orang
disekitarnya dapat mendengarnya. Keringat dingin mulai membasahi keningnya.
Membayangkan ciumannya dengan Changmin beberapa hari yang lalu saja sudah
berhasil membuatnya kelimpungan dan malu setengah mati dihadapan Changmin,
kini, ia haru benar benar berciuman dengannya? Dihadapan umum? YANG BENAR
SAJA??!!
“Hey” sebuah suara familiar mengusik dunia hayal Yuuka dan
membuatnya memandang ke arah suara tersebut
“Mohon bantuannya” Kata Changmin pada Yuuka sambil
mengulurkan tangannya
Yuuka menatap uluran tangan Changmin itu sesaat sebelum
akhirnya membalasnya.
“Mohon bantuannya” balas Yuuka
Dan ini adalah pembicaran mereka yang pertama setelah
kejadian itu.
***
Yuuka POV
Berciuman dengannya dihadapan umum??!! Yang benar saja??!!
Dosa apa hingga aku diberikan cobaan sebesar ini??! AKHHH!! Menyebalkan!!
Sebaiknya aku pergi dan bermain game saja dari pada harus menghadapi pikiran
pikiran yang membuatku ingin mengakhiri hidupku sekarang juga!!
Aku melangkahkan kakimu menuju sebuah game center pada
sebuah pusat perbelanjaan yang sangaaaat jauh dari sekolah. Bersyukurlah aku
tidak akan melihat bayangan sekolah bila aku berada di tempat sejauh ini.
Aku menggesekkan kartu bermainku pada setiap permainan yang
ada disana. Aku memainkannya dengan penuh amarah dan rasa kesal dan lebih
tepatnya rasa malu apalagi jika pikiran tentang berciuman itu terngiang dalam
kepalaku.
“AKKKHH!!! MATI KAU!! MATI!!” kataku penuh semangat -lebih
tepatnya amarah- pada zombie zombie yang ada di layar dihadapanku dan memegangi
pistol mainanku itu kuat kuat
-----GAME OVER----- YOU DIE--------
“Aish, menyebalkan!!” sekali lagi aku menggesekan kartuku
pada permainan tersebut
Aku mencoba untuk menembaki zombie zombie yang ada
dihadapanku itu dengan brutal dan tanpa rasa kasih. Pikiranku kacau sehingga
tembakkanku melesat kesembarang arah, namun aku tidak perduli! Yang kubutuhkan saat ini adalah melepaskan
rasa penatku ini!!
“MATI KAU!!” kataku berusaha membunuh sang zombie yang
kutembaki sesukaku hingga tanpa sadar ada satu zombie yang belum kutembaki
dengan keadaan peluruku yang tidak bisa ku’reload’
DUAR!! Sebuah tembakkan mengenai zombie tersebut dan
berhasil membuatku menjadi pemenang pada babak pertama zombie ini.
“Kurasa kau butuh parter” kata suara asing disampingku yang
kini tengah memegangi pistol yang sejak tadi tidak tersentuh itu
“Aku tidak butuh
bantuan dari orang asing sepertimu” kataku ketus
“Apa kau yakin? Babak kedua pada permainan ini akan lebih
sulit jika kau melakukannya sendirian”
tawarnya lagi
Aku terdiam sebentar dan memandangi layar dihadapanku dengan
sedikit berpikir. Baiklah, kurasa tidak buruk aku mendapatkan partner disini.
Lagipula, aku tidak akan bertemu dengannya lagi bukan?
“Baiklah” kataku kemudian lalu melanjutkan permainan bersama
‘partner’ku itu
Kami bermain hingga mencapai tahap final. Harus kuakui dia
bukanlah partner yang buruk, buktinya aku dapat menyelesaikan permainan ini
dengan menyenangkan dan yang paling penting saat aku bermain tadi, aku tidak
merasakan perasaan yang menggangguku lagi. Aku hanya merasa senang.
“Terima kasih” kata ia kemudian
“Eh?” kataku kebingungan. Bukankah aku yang seharusnya
berterima kasih?
“Terima kasih” katanya lagi
“Untuk apa?” kataku kemudian
“Karena mau menjadi temanku dalam permainan tadi” katanya
lagi dengan wajah yang polos
“Bodoh. Bukankah kau yang menemaniku? Harusnya aku yang
berterima kasih” kataku kemudian yang akhirnya berterimakasih padanya
Ia terkekeh kecil. “Kalau kau tidak menerimaku, mungkin aku
tidak akan mendapatkan teman bermain. Terimakasih.” Katanya sedikit
mencengangkanku
“Dasar bodoh” kataku kemudian sambil tertunduk
“Hey, aku Kim Junsu, kau?” katanya sambil mengulurkan tangan
kepadaku
“Kau orang Korea?” tanyaku kemudian tanpa menghiraukan
uluran tangannya
“Ya, semacam itulah” kata Junsu masih mempertahankan uluran
tangannya
“Korea apa?” tanyaku lagi
“Selatan. Kenapa?” tanya Junsu tampak mulai kesal karena
uluran tangannya tidak kuhiraukan
“Sudah berapa lama kau di Jepang?” tanya ku lagi masih tidak
menghiraukan tangan Junsu
“Hem.. baru saja” jawab Junsu dengan wajah pasrah dan
mencoba menarik kembali uluran tangannya
Sebelum itu terjadi aku langsung mengambil tangannya dan
menyambut uluran tangannya yang tadi sempat tidak kuhiraukan. Aku
menyunggingkan senyum terbaik yang baik yang aku punya.
“Aku Yuuka Shinju. Selamat datang di Jepang”
End POV
***
“YANG BENAR SAJA??!” pekik tanpa sadar Yuuka menyuarakan isi
pikirannya saat membaca kertas dialog dihadapannya
“Kenapa Yuuka chan?” tanya salah seorang murid yang cukup
kaget dengan pekikan Yuuka
“Ti.. tidak apa apa hehe” jawab Yuuka disertai tawanya yang
garing itu
“Kau kenapa?” tanya Changmin kemudian menghampiri Yuuka
“Ti.. tidak apa apa” jawab Yuuka lagi sambil tertunduk.
Terasa buratan merah itu mengelilingi seluruh wajah Yuuka saat itu
“Benar benar
berciuman? Yang benar saja” batin Yuuka cemas
“Baiklah semuanya, ayo mulai latihan!” kata sensei
mengumpulkan para murid untuk berlatih
“Mati aku!” batin
Yuuka lagi
.
.
.
“Yuuka, ini
giliranmu! Ayo!” kata sensei memanggil Yuuka yang kini tengah berusaha sembunyi
dari adegan berikutnya
“Yuuka chan!!” Panggil semua murid sementara Yuuka tetap
berusaha bersembunyi
“Biar kutelepon dia” kata Tooru berusaha menghubungi ponsel
Yuuka
“Ada apa?” Kata Yuuka polos saat memasuki ruang latihan
–yang sebenarnya Yuuka sedang mati kutu saat itu— yang membuat seluruh teman
sekelasnya bernafas lega
“Aish, kau ini dari mana saja? Kami mencarimu!” kata Tooru
kesal
“Ehehe, maaf ya kawan kawan” kata Yuuka sambil terkekeh
garing
“Baiklah, saatnya scene dalam peti kaca” kata sensei
seketika membuat tubuh Yuuka membeku
Semua peralatan awal
sudah disiapakan, untuk hari pertama ini
mereka menggunakan meja sebagai bayangan saat Yuuka berada dalam peti kaca.
Para murid yang berperan sebagai kurcaci kemudian mengelilingi meja kayu
tersebut dengan Yuuka yang telah terbaring diatasnya.
“ Apa yang terjadi disini?” kata ‘Pangeran’ Changmin
“Siapa kau? Apa yang kau lakukan disini?” kata para ‘kurcaci’ yang merasa teerganggu dengan
kedatangan ‘Pangeran’ Changmin
“Tenanglah, aku bukan ingin mencari masalah disini. Aku
hanya merasa bahwa aku harus kemari dan tiba tiba aku melihatnya yang tertutupi
kaca ini” kata ‘Pangeran’ Changmin
“Benarkah kau bukan suruhan ibu tiri Snow White?” kata
‘kurcaci kurcaci’ tersebut
“Snow White? Apakah itu namanya? Sungguh sesuai dengan
parasnya. Tidak. Tentu aku bukan suruhan ibu tirinya, bahkan aku baru pertama
kali melihatnya. Kenapa kalian menaruhnya pada peti kaca ini?” kata ‘Pangeran’
Changmin berusaha menghayati segala perannya yang membuatnya semakin tampan dan
tampak seperti pangeran sungguhan
“Dia telah meninggal” kata salah satu ‘kurcaci’ sambil
menahan isaknya
“Apa? Bagaimana bisa?” tanya ‘Pangeran’ Changmin sambil
menghampiri ‘peti’ Snow White lalu memandangnya
“Ibu tirinya lah yang telah melakukan ini semua” kata salah
satu ‘kurcaci’ tersebut
“Aku baru saja datang dan ia telah tiada. Seandainya saja
aku datang lebih cepat, mungkin tidak akan seperti ini” kata ‘Pangeran’
Changmin sambil memegangi tangan sang Snow White
“Biarkan aku memberikan kado terakhirku baginya” lanjutnya
sambil mencoba mendekatkan wajahnya pada Snow White
“Inikah saatnya??” batin
Yuuka
Yuuka yang merasakan desahan nafas yang semakin mendekat
kearahnya lalu menutup mata dan mulutnya dengan rapat, sangat rapat sehingga
menimbulkan ekspresi yang membuat Changmin enggan untuk melanjutkan aktingnya.
“Ya!” kata Changmin kemudian membuat Yuuka membuka kedua
matanya
Mata mereka bertemu kala itu dan tanpa Yuuka sadari jarak
wajahnya dan Changmin sedang dalam jarak yang begitu dekat, dan mungkin kini
mereka dapat merasakan terpaan nafas mereka satu sama lain pada wajah mereka
masing masing. Yuuka membelalakkan matanya sambil terus memandang mati Changmin
yang kecoklatan itu kini tengah menatapnya juga. Jantung Yuuka bergetar kencang
dan amat kencang sehingga membuat wajahnya menghangat.
“Ma.. maafkan aku!!” Kata Yuuka cepat sambil membangkitkan
tubuhnya dari meja tersebut dan sedikit mendorong tubuh Changmin
“Kau grogi, Yuuka chan?” kata sensei yang memandang cemas
Yuuka
“Ah, mm..” kata Yuuka tidak menanggapi ‘ya’ ataupun ‘tidak’
dalam jawabannya
“Baiklah, kita lewati bagian itu dulu, kita akan mempelajari
bagian lain saja ya?” kata sensei kemudian
“Benarkah?” tanya Yuuka berbinar binar
“Ya, tapi adegan ciuman itu harus tetap ada, dan agar lebih
personal kau dan Changmin kun harus bisa berlatih melakukannya secara berdua
saja bagaimana?” kata sensei yang seketika menghancurkan binar dimata Yuuka
***
“YANG BENAR SAJA!! MATI KAU!!” kata Yuuka sambil kembali
bermain permainan permainan dalam sebuah game center tersebut yang tampak
seperti orang kesetanan
“DASAR MENYEBALKAN!!” pekiknya keras sambil memencet mencet
tombol itu dengan tidak karuan dan membuat lawan pada layarnya segera tumbang
“Ya! Ya! Kau bisa menakuti semua pengunjung game center ini
jika kau terus berteriak seperti itu, partner” kata suara yang kini mulai tak
asing ditelinga Yuuka
“Bukan urusanmu” kata Yuuka sedikit melemparkan kekesalannya
pada Junsu
“Eh? Waktu itu kau menyambutku dengan senyum dan kini kau
malah menggertakku? Ckck kau pasti sedang kesal sekarang” kata Junsu sambil
menghela sedikit nafasnya
“Untuk apa kau menyinggungnya jika kau tau aku sedang kesal
huh? Kau ingin membuatku tambah kesal, Kim Junsu?” gertak Yuuka sekali lagi
pada Junsu
“Aeh, maaf, bukan itu maksudku. Hanya saja..” kata Junsu
sambil mendekati Yuuka dan duduk disampingnya
“Kalau kau ingin melepaskan semua amarahmu dengan bermain
permainan pertarungan seperti ini setidaknya kau harus mencari lawan yang
seimbang” lanjut Junsu sambil menaruh tangannya pada tombol permainan yang sama
yang tengah dimainkan Yuuka
Yuuka tersenyum tipis saat melihat Junsu begitu percaya diri
dapat mengalahkannya dalam permainan ini.
“Jadi kita musuh sekarang?” kata Yuuka sedikit menunjukkan
senyum iblisnya sesaat
“As you wish” lanjutnya lalu mulai menaruh tangannya pada
tombol tombol permainan itu dan memulai pertarungan dengan Junsu.
Sekali lagi, rasanya semua masalah itu terangkat begitu
saja. Kini yang Yuuka rasakan hanyalah senang.
***
“Minnie~ aku merindukkanmu!!” kata Yuuka sambil memeluk
gitar kesayangannya itu
“Astaga, kau baru pulang dan yang kau rindukkan adalah
minnie?” kata Haru sedikit sebal
“Haru juga~~” jawab Yuuka kemudian lalu memeluk Haru
“Dasar yah kau ini, bagaimana dramanya? Baik baik saja?”
tanya Haru kemudian dan membuat Yuuka kembali teringat pada perintah sensei
tadi
“Buruk. Sangat buruk.” Kata Yuuka dengan suara yang lesu
“Sepertinya ada yang harus kau ceritakan padaku. Ada apa?”
tanya Haru sambil menatap Yuuka
“Haru, apakah tidak apa, jika aku mengajak teman priaku
kemari?” tanya Yuuka
“Teman pria?” tanya Haru
“Iya, teman pria” jawab Yuuka dengan sedikit berbisik
“Teman pria?” tanya Haru lagi sedikit menaikan alisnya
“Iya, teman pria!” jawab Yuuka lagi
“Pacarmu?” tanya Haru sedikit menyipitkan matanya
“YANG BENAR SAJA??!!” pekik Yuuka sambil menatap horor pada
Haru
“Bukan pacarmu?” tanya Haru kemudian
“Sebenarnya aku berharap begitu, tapi sayang sekali ia belum
menjadi kekasihku” jawab Yuuka penuh percaya diri
“Kalau ia tampan mungkin aku masih ada kesempatan” kata Haru
sedikit terkekeh
“YA! HARUNO!!” pekik Yuuka tidak rela
“Aku hanya bercanda. Lagi pula untuk apa ‘teman pria’mu itu
datang kemari?” tanya Haru
“Ah, ano, kami akan latihan drama” jawab Yuuka
“Oh, Snow White itu? Apa dia pangerannya?” tanya Haru yang
disambut anggukkan Yuuka
“Apa kalian akan berciuman?” tanya Haru yang kembali
mendapat jawaban anggukan dari Yuuka
“Baiklah, berlatihlah dengan tekun ya! Setidaknya kau
mendapatkan cap bibir pria yang kau sukai itu! hahaha” Kata Haru sambil tertawa
puas
“YA! HARUNO!” pekik Yuuka dengan wajah yang merah padam
***
“Kau takut denganku?” kata Changmin yang tepat berada diatas
tubuh Yuuka
“Apa? Ti.. tidak” jawab Yuuka masih sambil menutup matanya
“Lalu kenapa kau selalu memasang wajah seperti itu saat
melakukan adegan ciuman denganku?” kata Changmin sambil menatap wajah Yuuka
yang kini tengah tertutup dan katup rapat dihadapannya
“Aku tidak apa apa” kata Yuuka masih mengatupkan mata dan
mulutnya seakan tidak ingin tersentuh oleh bibir Changmin sedikitpun
“Buka matamu!” perintah Changmin
“Tidak mau” jawab Yuuka sambil menggelengkan kepalanya
“Ya! Ini yang kau bilang tidak takut padaku? Atau kau masih
marah karena kejadian itu?” jawab Changmin tepat sasaran. Ya, Yuuka masih
sangat marah. Tidak. Lebih tepatnya ia malu dengan kejadian itu
Seketika Yuuka mengendurkan katupan pada mata dan mulutnya
dan mulai membuka matanya perlahan. Sekali lagi ia menatap wajah Changmin yang
ada dihadapannya. Sangat tampan. Mungkin seorang Yuuka Shinju sudah sangat
beruntung bisa memandang wajah tampan ini sedekat ini. mungkin tidak seharusnya
Yuuka meminta lebih dengan mengharapkan sebuah ciuman kala itu. Mungkin akan
lebih baik jika Yuuka hanya memandang punggung tegapnya itu saja.
“Kalau benar karena kejadian itu, aku minta maaf. Sekarang pikirkan
saja kau adalah Snow White. Yang beku seperti salju namun hatimu sangat hangat
seperti matahari. Dan ketiku kegelapan mengiringimu, aku datang sebagai
pangeran yang mengembalikan cahayamu. Lagi pula, hey, bibirku tidak seburuk itu
bukan?” perkataan terakhir Changmin seketika membuat Yuuka tersenyum pada akhirnya
Tidak disangka Changmin yang sangat cool bisa mengatakan hal
seperti itu. ya, siapa sangka? Mungkin Yuuka sudah sangat beruntung bisa
melihat sisi lain Changmin yang seperti ini.
“Ciuman ini, entah kau akan mengartikannya sebagai apapun,
yang aku ingin kau lakukan hanya percaya padaku” kata Changmin menatap Yuuka
dengan cukup tajam tepat dititik matanya. Terdapat sebuah keseriusan disana.
Yuuka memandang balik mata Changmin yang tampak tengah
serius tersebut. Kini, bunyi jantungnya terasa sangat bergetar. Bahkan mungkin
Changmin saja dapat mendengarnya, namun ia tidak perduli. Kini, Yuuka sedang
mencerna setiap perkataan Changmin yang masuk kekepalanya. Kata kata yang masuk
kedalam telinganya , tercerna dalam kepalanya, dan akhirnya akan ia simpan dengan
teguh dalam hati.
“Apa kau percaya padaku?” tanya Changmin masih dengan
tatapan yang berhasil memabukkan Yuuka kala itu
“Aku percaya padamu, Shim Changmin” jawab Yuuka kemudian
Seketika wajah Changmin mulai mendekati kembali wajah Yuuka.
Yuuka yang melihat wajah itu kembali mendekat saat itu juga menutup matanya.
Yuuka dapat merasakan nafas Changmin yang kembali menyapu wajahnya, dan nafas
itu terasa hangat. Sebelum mencapai bibir milik Yuuka, Changmin menghentikan
wajahnya dan bertanya kembali.
“Apa kau percaya padaku?” tanya Changmin yang mulai
menargetkan bibir Yuuka pada matanya
Perlahan Yuuka membuka matanya dan menatap mata Changmin
lagi disana, kini lebih intens.
“Aku percaya padamu, Shim Changmin” katanya kemudian
Setelah mendapatkan jawaban itu Changmin lalu mendaratkan
bibirnya pada bibir Yuuka dan membuat Yuuka kembali menutupkan matanya. Terasa
kembali perasaan hangat yang pernah dirasakan oleh keduanya pada saat waktu
itu. perasaan hangat yang sebenarnya belum terselesaikan. Sebentar ciuman itu
terjadi dan Changmin menghentikkannya dan membuat Yuuka membuka matanya
kembali.
“Apa kau masih percaya padaku?” tanya Changmin lagi
“Tentu saja bodoh” kata Yuuka sambil menyunggingkan
senyumnya dan menutupkan matanya lagi saat Changmin mendaratkan bibirnya lagi
kepada Yuuka
Kali ini ciuman mereka terasa lebih menyatu dan lebih
hangat. Changmin berusaha memagut bagian bibir atas Yuuka dengan lembut
begitupun sebaliknya. Yuuka juga membalas pagutan milik Changmin dengan lembut.
Entah kalian akan mengartikan ciuman seperti apa ini, tapi kurasa ini bukan
sebuah tuntutan drama. Kurasa kini hati yang berbicara.
“Aku merasa hangat dan
nyaman. Apakah ini artinya aku menyukaimu, Yuuka? Yah, kurasa, aku memang mulai
menyukaimu, Yuuka Shinju” batin
Changmin
“Entah aku akan
menyebut apa ciuman ini, yang aku tau, aku menyukaimu, Shim Changmin. Dan kini,
aku percaya padamu” batin Yuuka
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar