Author : cindyjung
Rate : General, bahasa Mature
Author Note : Mohon maaf dengan sangat untuk saudarakuuuuu, karena ini sangat amat sangat sangat sangat lama baru aku post dan baru aku teruskan lagi! soalnya aku sibuk di tempat satunya lagi dan juga hasrat straight aku lagi menghilang hehehe. kalo misalnya jalan ceritanya berubah juga maafkan yaaahhh :D tidak bermaksud kok, cuma lupa-lupa dikit ajah alurnya hahaha ._.v
sekali lagi maafkaan tapi semoga kamu suka! enjoy!
Rate : General, bahasa Mature
Author Note : Mohon maaf dengan sangat untuk saudarakuuuuu, karena ini sangat amat sangat sangat sangat lama baru aku post dan baru aku teruskan lagi! soalnya aku sibuk di tempat satunya lagi dan juga hasrat straight aku lagi menghilang hehehe. kalo misalnya jalan ceritanya berubah juga maafkan yaaahhh :D tidak bermaksud kok, cuma lupa-lupa dikit ajah alurnya hahaha ._.v
sekali lagi maafkaan tapi semoga kamu suka! enjoy!
Keterdiaman terjadi selama perjalanan. Walaupun untuk
sejenak tadi Yuuka merasa kaget atas kehadiran Junsu, namun entah mengapa
mulutnya terlalu kaku untuk berbicara. Junsu pun enggan membuka pembicaraan
karena melihat keadaan Yuuka yang tidak tampak seperti biasanya. Binar yang
selalu ada di mata Yuuka, sejenak tadi, benar-benar menghilang.
“Kenapa, kau ada disini?” tiba-tiba Yuuka membuka
pembicaraan
Bagaimanapun, Junsu sudah jauh menyusul hingga ke sini,
tidak mungkin Yuuka hanya membiarkan keadaan seperti ini terus berlangsung.
Walaupun keadaan hatinya memang sedang tidak baik belakangan ini, tapi, Junsu
tidak boleh sampai menyadarinya. Bukan karena munafik, ia hanya tidak ingin ada
orang yang mencemaskannya dan membuatnya terlihat lemah. Seorang Yuuka Shinju,
haruslah menjadi orang yang kuat.
“Aku merindukanmu” jawab Junsu singkat sambil memandang
Yuuka yang ada dalam gendongannya lekat
DEG! Debaran itu menghantam begitu kuat di dalam dada Yuuka.
Begitu cepat. Sangat cepat. Terlalu cepat. Hingga membuat tubuhnya bergetar
kini. Tangan yang tadinya melingkar bebas dileher Junsu perlahan ia eratkan
demi menghentikan getaran yang dialami tubuhnya. Entah mengapa namun kata itu
benar-benar memberikan efek tertentu bagi Yuuka.
Tidak ada Haru disini untuk memberikannya pelukan, tidak ada
Yesung lagi untuk memberikannya nasihat, dan saat ini ia sangat-sangat tidak
ingin bertemu dengan Shim Changmin.
Hanya ada Kim Junsu. Orang yang selalu menemaninya disaat
harinya sedang buruk. Hanya ada seorang Kim Junsu yang menarik tangannya dan
membawanya menjauh dari awan hitam. Hanya seorang Kim Junsu yang hadir disini
dan membawanya dalam gendongan yang hangat. Hanya ada Kim Junsu seorang.
Kim Junsu.
Yuuka mempererat pelukan pada leher Junsu dan menyembunyikan
wajahnya di dada Junsu berharap mendapatkan kehangatan yang selama ini
dicarinya.
“Shim Changmin...”
“Kau hangat”
“Aku menyukainya”
Tiba-tiba sebuah pernyataan sekelibat menyapa pikiran Yuuka.
Kata-katanya pada malam itu. Kata-katanya pada Changmin malam itu. Malam itu.
Malam saat......
“Aish! Yuu! Lupakan!
Lupakan!” batin Yuuka kala pernyataan itu perlahan mulai mengganggu
pikirannya
Yuuka semakin-semakin mempererat pelukannya pada Junsu
sambil berusaha melupakan kejadian ‘this and that’ dengan Changmin semalam. Sementara
hal yang dilakukan Yuu tersebut malah membuat sang pemilik leher hanya dapat
menelan salivanya diam-diam dan menahan debar jantungnya. Tubuh Yuu didekat
tubuhnya benar-benar terasa......hangat.
“Tenang, Kim Junsu,
Tenang” batin Junsu berusaha menenangkan dirinya
***
Changmin menjatuhkan tubuhnya dengan kasar ke tempat tidur.
Diambilnya sebuah bantal dan dipeluknya dengan erat. Jujur, tubuhnya sangat lelah saat ini dan benar-benar
membutuhkan istirahat. Tapi matanya tidak mau terpejam karena begitu banyak
pikiran yang kini mengusik kepalanya. Tentang kejadian malam yang sesungguhnya
tidak pernah ia maksudkan untuk Yuu dan tentang siapa pria yang
berani-beraninya menggendong wanita yang ia cintai dihadapannya.
“Yuukaaa-channn, siapa pria itu huh? Siapa dia?? Kenapa
kalian dekat sekali??!” kata Changmin frustasi sambil memeluk gemas bantalnya
Terbayang kembali dalam kepalanya saat Changmin mengikuti
mereka dan melihat tangan Yuuka yang memeluk pria itu dengan erat. Dan kejadian
yang terekam dengan baik oleh mata Changmin tersebut hanya dapat membuat sang
pemilik mata menahan geramannya.
“Kenapa kau memeluknya seperti itu??? Kenapa??? kenapaa??”
kembali Changmin memaki super frustasi sambil menggigit bantalnya kesal
Changmin menghentikan kegiatan menggigit bantalnya itu,
kemudian terdiam.
“Harusnya kau kan memelukku” kata Changmin protes sendiri
sambil membayangkan tangan Yuuka yang sempat menggantung di lehernya di pondok
Kembali pikiran Changmin melayang pada kejadian malam itu di
pondok. Kehangatan tubuh Yuuka saat itu benar-benar bersatu dengan tubuhnya.
Sejujurnya, tidak ada yang ingin diberikan Changmin kecuali memberikan Yuuka
kehangatan karena saat itu ia sangat cemas atas keadaan Yuuka, namun entah
mengapa tubuh Changmin yang meyatu dengan tubuh Yuuka seakan menuntut lebih dan
berjalan sesuai perasaan hangat yang semakin terasa diantara keduanya.
“Shim Changmin...”
“Kau hangat”
“Aku menyukainya”
Mengingat kejadian yang baru saja dilakukannya tersebut
membuat wajah Changmin menghangat seketika, tampak wajahnya sangat memerah kala
kembali terngiang desahan khas yang dikeluarkan Yuuka saat itu. Juga tenang
perkataan ‘suka’ yang diucapkan Yuu berhasil membuat tubuhnya seakan meleleh
seketika.
“Aish, aish, aish, Shim Changmin, kau sudah menjadi pria
sekarang” katanya sambil meutupi wajahnya malu-malu masih membayangkan kejadian
semalam
***
“HARUNO! MASAKANMU!!!” pekik seorang pria yang melihat
sebuah asap hitam dari panci yang tak jauh didekatnya
Dimatikannya api dikompor tersebut sambil diisikannya panci
tersebut dengan air.
Terdengar suara langkah kaki yang terburu-buru dan semakin
lama semakin mendekat. Terlihat raut wajah panik dari sang pemilik langah kaki
yang hanya dapat menatapi panci masaknya dengan horor.
“AH, MASAKANKU!” pekik Haru kemudian terdiam masih sambil
menatapi panci dihadapannya tersebut
“Dasar ceroboh! Kau ini sedang apa sampai melupakan
masakanmu huh?” kata Jaejoong sedikit kesal sambil mencoba menganggkat panci
tersebut menuju tempat pencucian piring
“Aduh, aku benar-benar lupa! Astaga! Maafkan aku!” kata Haru
dengan penuh penyesalan tanpa mampu berpikir untuk melakukan apa-apa
“Bersyukurlah aku datang tepat waktu, kalau tidak mungkin
dapurmu ini sudah habis dimakan api!”
“Ah, ya, terimakasih Kim Jaejoong kau sudah menyelamatkanku”
kata Haru sambil membungkukan badanya berkali-kali menandakan ia benar-benar
merasa bersalah dan berterimakasih
CTAK! Jaejoong menyentilkan jarinya ke dahi Haru dengan
sedikit perasaan kesal bercampur gemas. Kesal karena dia tetap menjadi wanita
yang ceroboh dan gemas karena dia masih terlalu polos bahkan hanya dalam
masalah sepele.
“Baka! Tidak usah sampai seperti itu”
“Tapi kalau kau benar-benar tidak datang, rumahku
benar-benar akan terbakar” pout Haru
DEG! Jantung Jaejoong berdegup lebih kencang dari biasa kala
menatap raut wajah yang seperti itu lagi dari Haru. Tampaknya sudah sangat lama
ia tidak melihat wajah itu dari Haru. Sudah lama sejak pernyataan cintanya ditolak
dan sudah sangat lama sejak ia memutuskan kembali ke Korea.
Kembali kedua tangan Jaejoong diangkat dan kemudian mencubit
pipi chubby Haru yang memang sangat terlihat menggemaskan kala tengah
mengerucutkan bibirnya itu.
Ditatapnya, mata Haru sangat dalam. “Berhentilah melakukan
itu, atau aku akan semakin menyukaimu”
Haru terdiam. Ia menatap balik manik mata coklat milik
Jaejoong. Masih bundar seperti dulu. Masih menarik seperti dulu. Tidak banyak
yang berubah dari Kim Jaejoong, bishounen paling cantik dari Korea yang sering
ia ledeki dulu. Apakah hati seorang Kim Jaejoong pun masih tidak berubah?
TRRTTTTT
Sebuah getar telepon menginterupsi kedua orang yang kini
tengah bergulat dengan pikiran mereka masing-masing. Haru yang merasa sebagai
sang pemilik onsel un lalu berusaha merogoh saku kanan celananya dan mengambil
ponselnya. Dibukanya ponsel flip itu kemudian diangkatnya.
“Moshi-moshi?”
“Haru......”
“Eh? Yuu-chan, kenapa?”
“Aku.....”
***
Matahari telah bersembunyi dan kini langit telah menampakkan
wajah sang rembulan di kanvas angkasanya. Yuuka menghela nafasnya berat kala
merasakan diriya tidak dapat menutup mataya sesulit apapun ia telah mencoba.
“Ah, menyebalkan” rutuknya
Dibukanya selimut hangat yang tadinya melindungi tubuhnya
dan dilangkahkan kakinya menuju keluar kamar. Ia menyususri lorong-lorong kamar
tersebut masih dengan pikiran yang sangat kacau. Belum lagi telinganya yang
terasa sangat panas kala dia baru saja
menelopon Haru dan menceritakan segalanya pada Haru
“Aih, harusnya aku tidak usah cerita saja” dengusnya kesal
sambil merutuki dirinya sendiri
“Baka! Yuuka Baka!” rutuknya lagi
“Hey!”
Tiba-tiba sebuah suara menginterupsi Yuuka dari mencaci maki
dirinya sendiri dan menghentikan langkahnya. Suara ini. Adalah suara nyaring
yang amat dihapalnya. Sangat dan terlalu dihafalnya. Suara langkah kaki
kemudian semakin mendekat ke arah Yuuka dan mencoba sehadapan dengannya.
“Apa maumu?” tanya Yuuka dingin
“Aku hanya memanggil apa itu salah?” jawab seorang yang
ternyata adalah Changmin tersebut
“Keputusan yang salah” kata Yuuka sambil membalikan badannya
dan kemudian berusaha menjauh
Saat ini, ia hanya sedang menemui pria itu saja. Tapi kenapa,
dia selalu muncul dalam pikiran dan hadapan Yuuka?
“Yuuka Shinju!” panggil Changmin sambil mengambil tangan
kanan Yuuka dan membuatnya kembali menghadapnya yang pastinya seketika
mendapatkan perlawanan dari sang subjek
“Kau ini kenapa hah? Apa aku benar-benar terlihat buruk
dimatamu?” pekik Changmin kemudian
“Pergilah dasar kau gay!” pekik Yuuka tak kalah nyaring
sambil menyerukan sesuatu yang membuat Changmin melebarkan matanya
“Apa kau bilang?! Aku ini normal, bodoh! Kenapa kau bisa
berkata seperti itu?!”
“Kau menulis surat cinta pada Shirota kan? Sudahlah! Aku tidak
menyangka kau pria yang seperti itu, dasar gay!”
“Aku tidak gay! Itu bukan surat untuk Yuu, itu untukmu, Yuu-chan!
Yuuka-chan baka!”
“Berhenti menyebutku baka! Kau yang baka! Kenapa kau
melakukan semua itu sekarang padaku huh?” Yuuka tidak tahan lagi dengan segala
perlakuan Changmin dan masih berusaha melepaskan genggaman tangan Changmin
Changmin mengendurkan sedikit tangannya dan menatap Yuuka
dengan raut wajah yang bingung. “Memangnya apa yang sudah kulakukan?”
“Kau! Selalu ada dalam kepalaku! Berputar-putar didalamnya
dan membuatku gila! Kau juga, selalu ada di hadapanku! Dan itu membuatku merasa
lebih gila! Lebih baik seperti dulu, saat aku masih memandang punggungmu, aku
tidak perlu merasakan rasa yang seperti ini!” pekik Yuuka sambil meluapkan semua
apa yang hinggap dalam kepalanya selama ini
“Memandang punggungku? Memandang punggung bocah Korea menyedihkan
yang terjebak dalam dunia yang menyebalkan? Memandang punggung orang dingin
yang sangat membenci musik? Kaulau kau tidak pernah menatap mataku dan
menyapaku, mungkin sampai saat ini aku akan selalu membenci dunia yang aku
sukai!” Changmin tak kalah terbawa emosi
Yuuka terdiam mendengar segala pernyataan Changmin kala
otaknya tengah sangat melambat kini. Ia tidak ingin bisa mencerna semua
perkataan Changmin yang tampak hanya akan membuatnya banyak berharap. Berharap,
bahwa perasaannya selama ini tidak pernah sepihak pada seorang Shim Changmin.
“Aku menyukaimu” kata Changmin kemudian menyuarakan kata
yang paling ditolak Yuuka saat ini
“Tapi aku yang telah menyebabkan Maya meninggal!” pekik
Yuuka lagi berusaha menepis kata-kata Changmin
“Dan aku yang menabrak Yesung!” pekik Changmin tidak mau
kalah
Yuuka terdiam. Yesung. Pria yang dulu juga pernah
sangat-sangat ia sukai, tapi, tidak pernah ia sempat ucapkan kata sayang dan
cinta. Jika kini Changmin adalah Yesung yang ada dihadapannya seperti saat
Yesung menyatakan cintanya dulu, apa yang akan Yuuka katakan?
“Yuu, kau yang membawaku keluar dari bayang-bayang maya dan
rasa benci yang menghantuiku selama ini. Tapi kenapa? sekarang kau terjebak
dalam masa lalumu sendiri?” kata Changmin kemudian memelankan nada suaranya dan
menatap Yuuka yang juga tak kunjung menatap balik setelah lama terdiam
Maya.
Yesung.
Masa lalu.
Semuanya... sudah menjadi masa lalu.
“Aku.......”
“Ya!”
Sebelum Yuuka sempat menyelesaikan perkataannya, sebuah
suara nyaring yang lain menginterupsi perkataannya. Kim Junsu. Itu Kim Junsu,
pria yang juga selalu memberikannya kehangatan, kenyamanan, dan keamanan. Kim
Junsu pria yang bisa Yuuka katakan, Yuuka menyayanginya. Tapi...
“Apa yang kau lakukan pada Yuuka huh?” kata Junsu protes
sambil berdiri dihadapan Yuuka dan menengahi mereka berdua
“Pergilah, ini bukan urusanmu” kata Changmin dingin sambil
menatap tidak suka pada pria yang lebih kecil darinya itu
“Ini urusanku. Urusan Yuuka adalah urusanku juga” kata Junsu
memundurkan langkahnya
“Memangnya kau siapa hah?” Changmin mulai kesal dengan pria
yang ada dihdapannya
“Aku, Kim Junsu. Salam kenal” jawab Junsu polos kala
Changmin menanyakan hal tersebut
Changmin terdiam. Speechless kala namja dihdapannya ini
menjawab pertanyaannya dengan begitu polos. Antara ingin menarik senyum di
wajahnya dan kesal didadanya, Changmin kini hanya berusaha mempertahankan muka
datarnya.
“Kau ini...”
“Sudahlah, ayo pergi, Junsu” kata Yuuka kemudian
menginterupsi kata-kata Changmin sambil menarik tangan Junsu pergi
“Hey! Yah! Aku belum selesai bicara!” protes Changmin masih
speechless tanpa berusaha mengejar mereka
.
“Yuu, tadi kau diapakan namja itu eh pria itu huh?” tanya
Junsu khawatir karena Yuuka sejak tadi menundukan kepalanya
“Yuu....”
Junsu menghentikan langkahnya dan berusaha berhadapan dengan
Yuuka diangkatnya kepala Yuuka dengan kedua tangannya yang menangkupkan dagu
Yuuka.
“BUWAHAHAHAHAHA”
Tawa Yuuka memecah keadaan kemudian kala akhirnya kedua
pasang itu bertemu. Junsu hanya dapat menatap Yuuka bingung.
“Heh! Kenapa kau malah tertawa seperti itu saat ada orang
yang mengkhawatirkanmu huh?!”
“Kau! Kenapa kau begitu polos, Kim Junsu. Tadinya aku ingin
marah dan memaki orang, tapi entah kenapa sekarang aku ingin tertawa
hahahahahaha”
“Apa? Polos apa? Tidak ada yang lucu bagiku” jawab Junsu
datar
“Ah... sudahlah, lupakan saja, itu sudah berlalu” kata Yuuka
kemudian yang tertohok dengan kata-katanya sendiri
“Itu sudah
berlalu.....” batin Yuuka
***
“Dasar anak lelaki brengsekkk!! Berani-beraninya ia
melakukan itu pada sepupukuuu!! Akan kubunuh dia kalau sampai bertemu!!!” rutuk
Haru setelah menerima telepon dari Yuuka
“Seperti kau tega membunuh orang saja huh?” kata Jaejoong
menimpali
“Aku tidak perduli! Aku kesal! Rasanya seperti salah
memercayakan Yuuka pada orang seperti itu!” kembali Haru berusaha memaki
Changmin dalam dirinya
“Memang apa yang dilakukannya huh? Menciumnya?” tanya
Jaejoong yang merasa terhibur melihat wajah kesal Haru
“Ahhhh! Aku tidak ingin mengingat cerita itu! Lupakan! Lupakannn
pria brengsekkk!!!” rutuk Haru lagi seperti frustasi
“Hahahaha, sudahlah, mereka sudah besar, pasti bisa
menentukan jalan yang terbaik bagi mereka sendiri” Jaejoong berusaha menenangkan
Haru sambil mengusap kepalanya pelan
“Apanya! Mereka masih SMA! Belum dewasa!” kata Haru sambil
merajuk pada Jaejoong dan kembali menunjukan poutnya
“Memangnya kau sudah dewasa?” tanya Jaejoong tepat sasaran
Walaupun mungkin Haru lebih tua daripada Yuuka tapi kelakuan
mereka sangat tidak ada bedanya, bahkan kadang Haru melebihi kekanakan dari
seorang Yuuka. Kadang, agar suasana lebih ceria, Haru memang akan selalu tampak
kekanakan.
“Ah, Kim Jaejoong kau juga menyebalkan!” kata Haru kesal
karena merasa tidak dibela
“Lihat? Begini saja kau ngambek” goda Jaejoong pada Haru
yang hanya dibalas keterdiaman Haruno
Jaejoong mengambil dagu Haru dengan tangan kanannya dan
membuat wajah Haru kemudian beralih memandang dirinya. Masih tampak wajah
menggemaskan dari haru yang membuat Jaejoong harus menahan diri untuk tidak
melakukan hal yang lebih padanya.
“Yuuka sudah mempunyai ceritanya sendiri. Bagaimana denganmu?”
“Huh?”
“Yuuka mempunyai Changmin, dan kurasa Junsu pun menyukainya.
Dia sudah mempunyai orang yang sudah akan sering melihatnya. Bagaimana denganmu?
Apa kau tidak akan melihat orang yang selalu melihatmu?”
“Huh?”
“Lihat aku,”
“Karena aku akan selalu melihatmu dan memperhatikanmu”
DEG! Jantung Haru berdebar cukup keras kini. Sudah sangat-sangat
lama jantungnya tidak pernah berdebar nyaman seperti ini karena seorang pria. Dan
kini, seorang pada masa lalunya kembali dan membuat jantungnya berdegup lebih
kencang dari sebelumnya. Apakah ini suka?
***
“Yuuka, maafkan aku,
aku harus sekolah lagi, karena waktu libur sekolahku sudah habis. Maafkan aku
ya!”
Kata-kata Junsu terus terngiang didalam kepala Yuuka. Kenapa
ia harus pulang dengan sangat terburu-buru sehingga Yuuka jadi merasa tidak
nyaman seperti ini. Kenapa disaat pulang seperti ini, Junsu harus menghilang? Padahal
disaat seperti inilah ia membutuhkan Junsu.
“Huhhh” Yuuka mendengus pelan kala banyak pikiran berkecamuk
dalam kepalanya
“Kenapa kau seperti itu?” kata seorang disampingnya yang
tidak lain dan tidak bukan adalah Shim Changmin
“Karena kau” jawab Yuuka singkat
Inilah yang sesungguhnya sangat dihindari Yuuka. Walaupun saat
itu ia hampir akan mengatakan bahwa ia masih menyukai Changmin, tapi masih
banyak hal yang mengganggu dalam hatinya. Juga pikirannya. Yah, pikiran. Saat bersentuhan
dengan Changmin, setiap kali bersentuhan dengan pria itu, pikiran Yuuka akan
dengan reflek beralih pada kegiatan panas mereka malam itu.
“Ada apa denganku?” tanya Changmin polos
Kembali Yuuka menghela nafasnya berat, “Berisik. Aku ingin
istirahat” tanpa menatap Changmin Yuuka mengalihkan pandangannya ke arah kaca
bis sekolah mereka
Changmin hanya dapat mengerutkan keningnya bingung kala
melihat Yuuka yang masih tampak membencinya, padahal saat itu Yuuka terlihat
sudah mau memaafkannya. Apa yang membuat Yuuka masih membencinya? Apakah karena....
Changmin menyenggol bahu Yuuka dengan bahunya sedikit keras
dan membuat sang pemilik bahu menengok padanya.
“Apa?” kata Yuuka ketus
“Yuu, ehem, apa kau masih kesakitan?” tanya Changmin sedikit
ragu
“Huh?”
“Itu,” tanya Changmin sambil berusaha menunjuk suatu tempat
yang diikuti mata Yuuka
“Apa itu masih sakit?” tanya Changmin lebih mengecilkan
suaranya
Wajah Yuuka memerah seketika kala Changmin menunjuk suatu
tempat yang sangat sakral baginya.
“DASAR MESUM!!!!” pekik Yuuka dalam bus sambil memukuli
Changmin
“Yaaahhh! Akukan Cuma bertanya!!!!” kata Changmin berusah
melindungi dirinya dari segala serangan Yuuka
Sementara tingkah mereka tanpa sadar mengundang gelak tawa
dari siswa lain, karena selama ini memang Changmin terkenal dengan kesan
dinginnya dan tidak mudah didekati. Sementara Yuuka kini dapat dengan mudah
memukuli pria tersebut yang walalupun mereka tidak tau apa yang menjadi akar
masalahnya. Tidak juga mendapat gunjingan dari semua para wanita yang iri
melihat pasangan di pojok itu.
.
Suasana bus telah menjadi lebih sepi dari sebelumnya karena
seluruh penumpang bus kini sedang tampak tertidur pulas akibat kelelahan
bersenang-senang tadi. Begitu pula dengan pasangan Changmin dan Yuuka yang
duduk dipojok belakang bus. Mereka kini tengah tertidur dengan pulas dan saling
menyenderkan kepala. Tentu saja kepala Yuuka dibawahnya setelah itu ditindih
oleh kepala Changmin keke.
Terlihat tangan Changmin yang entah sejak kapan sudah
mengait tangan kanan Yuu dan menggenggam telapak tangannya erat seakan ingin
melindung orang disampingnya tersebut. Menggenggam tangannya seakan tidak akan
pernah melepaskannya lagi.
Kata-kata mungkin bisa menipu.
Perasaanpun bisa ditutupi melalui perkataan.
Namun perasaan tidak pernah bisa ditutupi oleh bahasa tubuh.
Dan dari bahasa tubuh yang terlihat,
Mereka saling jatuh cinta.
***
Keadaan sekolah toho terasa sangat ramai sekali saat itu. Bukan
karena untuk menyambut bus sekolah yang baru saja datang dari karya wisatanya,
melainkan karena ada seorang pria ditengah mereka yang terus menyanyikan lagu
romanis dan membuat para wanita sekolah toho meleleh karena suara khasnya.
Sementara rombongan bus yang baru datang tersebut hanya
dapat terhenti didepan karena keributan yang disebabkan oleh seorang siswa yang
entah siapa.
“Ada apa ini?” kata Yuuka sedikit terbangun karena mendengar
teriakan siswi toho yang begitu menggelegar
Sambil berusaha melihat keluar, Yuu merasakan tangannya
sedikit tertahan kala ia hendak memberdirikan tubuh. Terlihat tangan Changmin
begitu erat menggenggam tangannya.
DEG! Jantung Yuuka kembali berdegup. Berdegup dengan
nyamannya setelah beberapa hari ini ia merasakan tekanan pada dadanya apabila
Changmin ada disisinya. Kini, semuanya kembali seperti pertama saat Yuuka
menyukai Changmin. Rasanya, begitu berdebar-debar.
“Anak-anak! Bangun! Bangun! Kita sudah sampai!” Ima-sensei
berusaha membangunkan semua siswa dan siswi yang masih tertidur, termasuk
Changmin
“Ah” lenguh Changmin lucu sambil berusaha membuka matanya
dari tidur lelapnya
“Kau sudah bangun?” kata Yuuka kemudian menyapa telinga
Changmin
“Ah, selamat siang” kata Changmin sambil berusaha
meregangkan tubuhnya dan kemudian tersenyum manis manis pada Yuuka
Hihi, melihat itu, rasanya Yuuka sangat gemas dan ingin
mencubit kedua pipi yang menggembul itu saat tersenyum. Juga saat melihat mata
kanan sipitnya yang membuat Yuuka ingin terus, terus, mencubit pipinya gemas. Tapi
tetap saja, Yuuka masih merasa kesal. Lebih tepatnya, Yuuka membuat dirnya
tetap merasa kesal.
“Tidak usah seperti itu, lepaskan tanganmu” kata Yuuka
daatar kemudian
Changmin yang melihat tangannya masih menggenggam erat
tangan Yuuka lalu melepasnya kemudian dan memasang senyum canggungnya. “Maaf”
“Ayo turun semuanya! Cek barang bawaan kalian! Hati-hatilah
saat pulang dan terimakasih karena mau berpartisipasi dalam karya wisata ini”
kata Ima-sensei sambil membungkukan kepalanya dan membuat para murid segera
berpencar dan bangkit meninggalkan tempat duduknya.
.
“Wanna make you my
somebody, wanna see this world with you”
“Ada apa ini?’ tanya Yuuka yang sudah turun dari bus dan menatapi
keramaian para siswi
“No other one can have
you, i want you to my self”
Yuuka yang sesungguhnya bukan orang yang perduli tentang
keramaian entah mengapa sangat tertari ketika mendengar suara yang kini tengah
bersenandung dan dikelilingi oleh para siswi tersebut. Ia merasa suara itu
adalah suara yang dihapalnya, dan benar-benar dihapalnya.
Yuuka mencoba menerobos memasuki kerumunan siswi tersebut
dan mencoba melihat siapa sang pemilik suara. Matanya membesar kala matanya
menangkap seseorang yang benar-benar dikenalnya kini tengah bernyanyi dengan
indah disekolahnya.
“Kim Junsu??!!” pekik Yuuka kaget dan membuat sang pemilik
suara kemudian mengalihkan pandangannya kepada Yuuka
“One look from you
girl and its too hard to get by”
Junsu masih memetik gitarnya sambil bernyanyi indah dan
kemudian perlahan mendekati Yuuka.
“But, excuse me girl,
i’ve been watched you, all night, that’s rigt, i like, to take this night over”
Walaupun Junsu bukan pemain gitar yang handal, namun
suaranya yang merdu menutupi semua itu dan para wanita hanya dapat bersorak
tidak karuan kala Junsu tampak semakin mendekati kerumunan mereka.
“What i’m trying is
she should be my baby, baby, baby, baby”
Junsu telah berdiri dihadapan Yuuka dengan pandangan yang
tidak dapat diartikan oleh siapapun. Dengan petikan terakhir pada gitarnya,
Junsu berusaha menyelesaikan lagunya tersebut.
“She should be my girl”
Junsu menghentikan permainan gitarnya dan memletakkannya
didekatnya. Diambilnya tangan Yuuka yang masih terdiam karena Junsu yang
perlahan mendekatinya dengan nada yang indah itu. Selama ini, Yuuka selalu
mengganggap suara Junsu aneh tapi saat bernyanyi tadi, suaranya, sangat.......
Ditatapnya Yuuka dengan dalam oleh mata sipit Junsu. Diangkatnya
kedua ujung bibir Junsu dan dibentuknya sebuah senyum disana.
“Yuuka Shinju, would you be my girl?”
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar