Chapeter 7 : Problem
Aku menatapnya, mentap
yeoja yang aku cintai. Sangat aku cintai. Yeoja bernama Noel Yoon Shi.
“Chagiya..” kataku
dengan manja pada yeoja dipelukkanku ini
“Hm?” jawab yeoja itu
lembut
“Saranghae, neomu
neomu saranghaeyo” kataku sambil
mempererat pelukanku
“Nado, nado saranghae,
chagi” jawab yeoja itu lembut kemudian
“Jangan tinggalkan
aku, chagi..” kataku dengan nada takut dan penuh kecemasan
Seketika kurasakan
dahinya mengkerut dan lalu melepaskan pelukanku
“Kenapa tiba tiba kau
berkata seperti itu?” tanya yeoja bermata coklat itu sambil menunjukkan wajah yang amat kebingungan
“Anniyo.. aku hanya..
takut..” kataku cemas, entah ada angin angin apa aku berkata seperti itu
Sekilas dapat kulihat
senyum yang mengembang disekitar bibirnya yang kecil dan penuh itu. Tawa kecil
mengiringi senyum dibibirnya itu. Aku mensejajarkan wajahku dengannya dan
menatapnya dengan pandangan tidak suka. Kenapa ia tertawa? Itu bukanlah yang
lucu bagiku. Aku cemas. Yang walaupun aku tidak tau mengapa aku bisa secemas
ini. Hanya saja, aku benar benar takut.
Perlahan kurasakan
sepasang tangan yang menyentuh kedua
pipiku lembut, sejenak hal itu membuatku menggidikkan bahuku dan memundurkan
tubuhku, namun perlahan hal itu berubah menjadi ukiran senyum dikedua sudut
bibirku. Berubah karena aku melihat wajahnya yang lugu nan polos itu. Wajahnya
yang amat tulus itu. Dan wajah yang akan selalu tinggal dan telah terukir dalam hatiku.
“Pabo! Mana mungkin
aku bisa meninggalkanmu jika kau masih sebodoh ini?” katanya sambil mencubit
pipiku gemas
Air wajahku yang
tadinya tenang kini berganti menjadi raut wajah kesal. Aku mengerucutkan
bibirku kedepan dan menepis tangannya yang masih mencubitku dengan gemas itu.
Aku pun mengalihkan pandangan darinya dan tidak mau menatapnya. Kesal. Itu yang
aku rasakan.
“Tidak lucu” kataku
dingin
“Aigo~ jangan marah tuan muda, aku hanya bercanda
kok” katanya kini sambil berusaha meraih kembali kedua pipiku dan mensejajarkan
wajah kami berdua
Ia menatapku dengan
senyum khasnya yang selalu berhasil membuat jantungku berdetak lebih kencang
100kali lipat dari biasanya.
Cup.
Sebuah senyuman
singkat mendarat dibibirku yang membuat tubuhku perlahan menghangat. Aliran
darahku mengalir dengan tidak karuan kini. Kaget. Kaget karena yeoja nan polos
ini baru saja menyerahkan cap bibirnya pada bibirku. Sementara aku masih diam
membeku, ia hanya menatapku. Menatapku dengan pandangan penuh cinta. Yah,
itulah yang kurasakan.
“Aku tidak akan
meninggalkanmu” katanya lembut sambil menatapku dengan mata indahnya.
“Aku tidak akan
meninggalkanmu, Shim Changmin” lanjutnya memperjelas kata katanya
“Baiklah” kataku yang
terlarut dalam kata katanya dan hanya dapat menatap matanya
Kemudian aku
menariknya perlahan kedalam pelukanku. Menyatukan hati kami berdua dalam sebuah
pelukkan yang hangat. Saking hangatnya kau bahkan dapat merasakan tubuhmu
meleleh dalam pelukan itu. saking hangatnya hawa dingin malam ini benar benar tidak terasa.
Saking hangatnya aku berharap untuk tidak melepaskan pelukan itu. Tidak pernah.
“Aku percaya padamu”
kataku sambil mengulas sebuah senyum diantara pelukan kami
***
“Chagiya!!” panggilku
mendobrak pintu kamarnya
Cemas. Aku sangat
cemas. Kenapa ia tidak menjawab panggilanku? Kenapa ia tidak mengindahkan
ketukanku? Kenapa ia tidak membuka pintu kamarnya? Kenapa hanya terdengar
tangisan? Kenapa? Kenapa?? Apa yang terjadi? Apa yang terjadi chagi?
“Chagi?” panggilku lagi
menyaut namanya kala menemukan kamarnya gelap gulita dan kosong
Aku mencari dan
berlari keseluruh ujung dan penjuru kamar milik Yoon Shi. Ada apa ini? Kenapa
perasanku tidak enak? Mataku tidak mau diam seakan menelanjangi seluruh titik
dikamar ini. Tidak ada tanda tanda dari Yoon Shi hingga kudengar sebuah isakan
dari arah kamar mandi. Tanpa basa basi, aku melangkahkan kakiku dengan tergesa
ke arah kamar mandi.
“Cha..” buntu.
Entah kata apa yang
dapat terlintas dikepalaku saat ini. Bagai setiap kosa kata yang sudah aku
kenal sejak kecil kini terasa seperti
sebuah sekumpulan huruf yang tidak berguna. Hampa. Itulah isi kepalaku saat
ini. Tidak ada satu katapun yang dapat tersusun dikepalaku saat melihat keadaan
yeoja dihadapanku.
Aku melihatnya yang
kini tengah kebasahan ditemani oleh tetesan air yang mengalir dari arah shower.
Aku melihatnya yang kini tengah terisak sambil memeluk tubuhnya. Aku tengah
melihat wajah yeojaku yang cantik itu kini tengah tampak terluka dan putus asa.
“Cha..” mulutku
berusaha mengeluarkan kata terbaiknya
Perlahan aku mendekati
yeoja yang tengah terluka itu dan menurunkan tubuhku untuk mensejajarkan
tubuhnya dengan tubuhku. Aku memegang pundaknya yang kini tengah menggigil
karena isakannya. Mungkin juga karena derasnya air yang mengalir dari shower
itu.
Merasakan getaran
dipundaknya, perlahan aku mematikan laju air yang mengalir dari shower itu dan
kembali mensejajarkan tubuhku dengan tubuhnya. Kepalanya kini hanya tertunduk
lemah bagai enggan menatapku. Ada apa ini? Hanya kata itu yang berhasil
tercipta dikepalaku.
“Chagiya..” Panggilku
lembut sambil menaruh tanganku didagunya dan berusah menaikkan kepalanya
DEG!! Nyeri. Sangat
nyeri saat aku menatap wajahnya yang penuh dengan sirat keputus asaan itu.
matanya yang indah kini berganti menjadi guratan bekas tangisan dan air mata.
Sekeliling matanya kini dihiasi oleh lingkaran hitam. Dan matanya yang indah
itu, kini hanya tertutupi oleh bercak butiran air mata.
“Chagiya.. ada apa..”
kataku pelan
“Mian.. mianhae..”
katanya dengan suara parau
Terasa hatiku terasa
amat tersayat saat mendengar suaranya parau. Sangat menyedihkan. Bahkan ingin
rasanya aku menutup telingaku agar tidak perlu mendengarkan suaranya yang
seperti ini. Aku melihatnya bukan seperti melihat yeojaku yang biasa. Bukan
seperti Noel Yoon Shi ysng sku kenal. Apa yang terjadi sebenarnya?
“Kenapa..” tanyaku
berusaha menyibakkan rambutnya yang menutupi wajahnya
“Mian.. mianhae..
Jeongmal mianhae..” katanya kemudian
Perasaanku semakin
tidak enak. Kenapa chagiya?
“Ada..” kataku lagi
namun hanya dapat ia jawab dengan kata..
“Mianhae..” katanya
dengan terisak
***
Sudah beberapa hari
ini ia menutup diri dariku. Setiap kali aku mencoba mengajaknya makan, saat aku mencoba mengajaknya keluar.
Ia akan bersikap sentimen padaku. Apakah perasaan ibu hamil memang selalu
seperti itu?
Ya, hamil. Itu yang
terjadi pada Yoon Shi yeoja yang amat kucintai. Hari pada saat ia meminta maaf
padaku adalah hari dimana ia menjelaskan semuanya. Ia hamil. Karena seorang
pria mabuk ditempat hotelnya bekerja. Pria mabuk bernama Park Yoochun. Dasar
brengsek. Pria itu benar-benar brengsek. Jika aku bertemu dengannya dapat
kupastikan nisannya telah tersedia ditempat pemakaman umum.
Kini aku melangkahkan
kakiku menuju tempatnya tinggal. Sekali lagi aku berusaha untuk kembali
mendekatinya. Kembali membuat dirinya kembali terbuka padaku.lebih tepatnya,
membuat dirinya kembali padaku.
“Yoon Shi-a” kataku
sambil mengetuk pintu kamarnya. Aish sungguh miris harus memanggil nama
yeojachingumu sendiri dengan panggilan sebutan seperti orang biasa. Jangan
tertawa. Hanya saja dengan memanggilnya chagiya sama dengan menyatakan rasa
sayangku padanya.
“Masuklah” katanya
kemudian dengan.. lembut?
“Yoon Shi-a..” sapaku
agak terkaget melihat keadaannya yang terlihat lebih tenag dari hari hari
sebelumnya
“ Changmin-a” katanya
menatapku sambil.. tersenyum?
DEG! Ada apa ini?
Mengapa tindakkannya berubah 180 derajat saat ini? Biasanya ia akan mengusirku,
menceramahiku atau mencercaku dan menyuruhku meninggalkannya sendirian. Tapi
kenapa? Kenapa sekarang amat berbeda?
“Cha.. ah Yoon Shi-a..
apa kau baik baik saja?” Tanyaku khawatir
“Ne, tentu saja aku
baik” katanya mengangguk pelan masih sambil tersenyum
“Be..benarkah??”
kataku yang masih merasa aneh dengan sikap Yoon Shi saat ini
Aku hendak menempelkan
punggung tanganku pada kening Yoon Shi
yang membuatnya sempat menghindar
dari sentuhan tanganku. Kaget itulah
yang dapat kulihat dari tatapan matanya. Kaget bercampur.. takut?
Aku menghela nafasku
dengan berat dan mengurunkan niatku untuk mengecek suhu tubuh Yoon Shi.
Perlahan aku menatap wajahnya dengan air wajah penuh kekecewaan. Yah,
kekecewaan.
“Jadi, kini kau juga
takut padaku , chagiya?” batinku
“Maa..maaf Changmin-a”
katanya terbata
“Tidak apa, aku
mengerti” kataku menatapnya sambil tersenyum lemas
Mengerti? Cih, apa
yang baru saja kukatakan tadi? Dasar penipu kau Shim Changmin! Kebohongan apa
yang kau katakan itu? yah, kau mengerti, kau berusaha untuk mengerti, padahal
kau tidak mengerti dan tidak ingin mengerti. Kau memang namja yang payah Shim
Changmin! Bahkan menjaga yeojachingumu pun tak sanggup! Aigo~ kau benar benar
pecundang!
“Changmin-a..” tanya
yeoja dihadapanku menghentikanku dari pergumulan dikepalaku
“Ne, Yoon Shi-a?”
kataku kemudian
“Ayo kita jalan jalan”
katanya sambil tersenyum kearahku
“E..eh?” aku hanya
bisa menjawabnya dengan terbata
Aneh. Benar benar
aneh. Ia seperti menjadi Yoon Shi yang dulu. Yoon Shi yang selalu tersenyum.
Yoon Shi yang membuka diri. Yoon Shi yang aku cintai. Walaupun aku tau. Kini,
ia takut padaku.
“Baiklah” kataku
mengembangkan senyumku “kajja” lanjutku
***
Kemarin adalah hari
yang indah. Yoon Shi, kemarin ia kembali menjadi Yoon Shi yang kukenal. Meski
tidak sepenuhnya kembali menjadi Yoon Shi ku, tapi aku senang, akhirnya kemarin
ia mau membuka diri padaku bahkan..
Flash Back
“Aku pamit dulu Yoon
Shi-a” kataku merasa puas pada hari ini mengingat ada perkembangan pada sikap
Yoon Shi
“Ne..” jawabnya sambil
menundukkan kepalanya
“Baiklah, anyeong”
kataku kemudian berjalan setahap demi setahap meninggalkan pintu kamarnya
“Chagiya”
Kudengar suaranya yang
lembut itu memanggilku. Memanggilku dengan sebutan yang amat kurindukkan. Tak
tahan dengan panggilannya akupun membalikkan tubuhku kembali menghadapnya.
Mencoba menatap yeoja yang amat kucintai itu. namun belum sempat aku mencari
bola matanya yang indah itu, aku kini merasakan sebuah sentuhan hangat
dibibirku. Ia menciumku.
Bola mataku kini
melebar, dan jantungku kini berdegup lebih kencang dari biasanya. Aliran
darahku berdesir tak menentu. Perasaan ini. Perasaan hangat ini. Perasaan yang
amat kurindukan. Yoon Shi-a, aku sangat merindukkanmu. Sangat. Sangat.
Tolonglah seperti ini. Seperti ini lebih lama.
Tubuhku yang tadinya
diam dan hanya terpaku pada kelembutan dibibirku kini mulai bereaksi. Perlahan
aku mengambil wajahnya dan memperdalam ciuman kami. Aku memagut bibir yang
kecil dan penuh itu dengan perlahan namun lembut. Ia pun membalas ciumanku tak
kalah lembutnya membuat aku semakin tidak mau melepas ciuman kami.
Malam ini, malam dimana
aku dapat merasakan kembali kelembutannya, kelembutan suaranya, kelembutan
sentuhannya, dan kelembutan cintanya. Aku sangat mencintainya. Aku mencintaimu,
Noel Yoon Shi.
Flash Back End
Senyum terukir di
kedua sudut bibirku setiap kali aku mengingat bagian demi bagian detik detik
itu. malam itu bagaikan adegan slow motion yang terus ku putar ulang dalam
kepala. Aish~ menggelikan, aku seperti bocah yang baru saja mendapatkan permen
lolipop super besar.
Belum sampai aku tiba
ditempat kost-an milik Yoon Shi, aku sudah melihat kendaraan putih memarkirkan
diri digerbang tempat tinggal Yoon Shi, disana aku melihat sebuah tempat tidur
roda yang membawa masuk seseorang kedalamnya.
Ada apa ini? Mengapa
tiba-tiba perasaanku tidak enak?
Bergegas aku berlari
menuju mobil putih yang semakin jelas bahwa itu adalah ambulance. Aku menatap
sejenak wajah orang yang tengah berada didalam ambulance itu. tampak tak asing.
Sangat tidak asing. Itu yeojaku. Wajah yeojaku yang kini tengah berbaring
didalam sana.
Ternyata kemarin
tetaplah kemarin. Dan hari ini, aku, dengan mata kepalaku sendiri, melihat
sebuah kain putih menutupi wajah yeoja yang sangat aku cintai. Yeoja yang
selalu mengisi hariku. Yeoja yang selalu berlarian dikepala dan hatiku.yeoja
yang selalu kusebut tiap malam dalam doaku.
Noel Yoon Shi.
***
Berhenti. Waktu terasa
berhenti kini. Aku tidak dapat merasakan ngilu apapun dihatiku. Tidak bahkan
rasa sakitku. Hanya tetesan air mata yang terus mengalir dipipiku. Aliran
logika dan kata kata bagai tertimbun dalam pikiranku dan hanya membersitkan
sebuah nama. Nama yang kini terukir disebuah batu indah. Indah namun sangat
menyedihkan bila kita melihatnya. Tetesan air mataku tidak mau berhenti kala
melihat foto seseorang yang kini terpajang jelas didepan batu tersebut. wajah
yang tak asing. Sangat tidak asing.
“Cha..gi..ya..” sebuah
kata keluar dari mulutku secara terbata
“Cha.. gi.. ya..”
kataku lagi saat waktu mulai terasa kembali berputar
Lemas. Aku sangat
merasa lemas sekarang. Kaki yang sedari tadi menopang beban tubuhku kini hanya
dapat terlipat dan berlutut didepan batu yang indah itu. batu yang mengukirkan
nama yeoja itu.
“Yoon Shi ya..” kataku
lagi
Lepas. Semua
perasaanku kini menyeruak dari dalam tubuhku. Aku menangis menangis sambil
menyerukan namanya. Nama yeoja itu. nama Yoon Shi orang yang sangat aku cintai.
Entah berapa kali aku sudah menyerukkan namanya dalam tangisku. Aku bahkan
tidak mengindahkan sentuhan halus dipunggungku, aku hanya ingin Yoon Shi yang
ada disini. Hanya Yoon Shi seorang. Hanya Noel Yoon Shi seorang.
Kini hanya tertinggal
aku disini. Sendiri. Sambil menatap foto yeoja itu. air mataku sudah tidak
mengalir lagi. Sudah tidak memaksa untuk keluar lagi. Yang aku inginkan hanya
ini. Keheningan. Sebuah keheningan agar aku dapat menatapnya lebih lama lagi.
Agar aku bisa lebih merelakannya. Merelakannya? Yah, mungkin. Entahlah.
Merasa cukup tenang
untuk hari ini, aku pun mulai melangkahkan kakiku untuk kembali ke rumah. Agak
berat. Ah tidak, sangat berat sebetulnya meninggalkan tempat ini, tapi kurasa
Yoon Shi tidak akan suka aku berlama lama tinggal ditempat ini. Bagaimana aku
tahu? Tentu saja aku tahu. Aku sangat tau Yoon Shi ah, akusangat tau dirinya.
Aku membalikkan
tubuhku dan menangkap sesosok namja dihadapanku.
“Siapa itu?”
***
“Siapa itu?”
“Ini aku, Changmin ssi” jawab seorang namja yang kini sedang
berdiri didepannya
“Ah, Junsu hyung” kata namja bernama Changmin itu
“Ada yang perlu kita bicarakan” kata Junsu
“Apa? Ah, apakah tentang namja itu?” kata Changmin dingin
mengingat wajah seseorang yang baru saja ia tabrak
“Namja.. .a..jadi kau sudah tau?” kata Junsu menyelidik
“Ne, aku tau, dia, masih hidup bukan?” kata Changmin dengan
senyum tipis diwajahnya
“Ne” jawab Junsu menundukkan kepalanya.
“Apa kau sudah melihat keadaannya?? Dia sehat sehat saja?”
kata Changmin
“Molla, aku belum melihatnya” kata Junsu mengepal tangannya
erat
“Dia sehat. Sangat sehat dari yang kita bayangkan hyung”
kata Changmin dengan senyum kecil disudut bibirnya
“E-eh?” kata Junsu bingung sambil mengerutkan dahinya
“Aku tadi bertemu dengannya” kata Changmin mengalihkan
pandangannya dari Junsu
Perlahan Junsu menegadahkan kepalanya dan menatap namja
didepannya dengan pandangan tidak percaya dan menyelidik dengan menyipitkan
matanya.
“Aku sudah melihat namja bernama Park Yoochun itu” kata
Changmin lagi memperjelas kata-katanya
Bola mata coklat milik Junsu seketika melebar seakan tidak
percaya. Amarahnya seakan meluap dan berjalan hingga ke ubun kepalanya. Yah,
mendengar nama namja itu saja sudah membuatnya muak. Kini ia harus mendengar
namja yang disampingnya baru saja bertemu dengan namja itu.. kini amarah itu
bukan hanya berjalan diatas kepalanya namun kini amarah itu mendesak kepalanya
untuk keluar
“MWO??!!” teriak Junsu penuh ketidak percayaan
Changmin yang melihat ekspresi Junsu hanya dapat mendengus
kecil sambil masih tetap memperlihatkan senyum sinisnya
“Kau berlebihan hyung” kata Changmin datar
“Berlebihan? Kurasa tidak. Apa apaan kau? Kau bertemu
dengannya? Bagaimana bisa??” pekik Junsu
keras
“Bukan bertemu seperti yang kau bayangkan. Hanya.. “ ucap
Changmin menggantung dibagian akhir
“Hanya apa??” kata Junsu tidak sabaran
“Anniyo, lupakan saja hyung. Ah, kurasa aku masih harus
pergi. Annyeong” ucap Changmin cepat
Junsu yang ditinggalkan Changmin hanya dapat terdiam
membisu. Kepalanya kini tertunduk sambil mengepalkan tangannya menandakkan ia
berusaha menahan amarahnya. Setiap tarikan nafasnya terasa berat seakan oksigen
amat minim disekelilingnya. Perlahan ia menegadahkan kepalanya dan memandang
sebuah ukiran nama pada batu yang kini tertancap tepat dihadapannya.
“Noel Yoon Shi...” kata Junsu sambil memandang nanar nisan
itu
“Aku tidak tau harus merasakan apa sekarang...” katanya lagi
masih memandang nisan tersebut
“Aku tidak tau harus berbuat apa sekarang...” katanya dengan
genangan air mata yang kini mulai menggenang dipelupuk matanya
“Noel Yoon Shi...” ucap Junsu mulai terbata
“Aku merindukanmu” katanya sambil mengambil nafas dengan
berat dan membiarkan sebuah cairan meluncur mulus dipipinya
***
“Kau kenapa?” tanya Yunho kepada seorang namja disampingnya
“A..ah.. anniyo hyung, hanya memikirkan hasil presentasiku
tadi saja hehe” jawab namja itu panik
“Ah, begitu” jawab Yunho tak selera
“Hyung, gwaenchana??” tanya namja itu kemudian
Diam. Hanya itu yang kini Yunho lakukan. Ia hanya terduduk
pada lantai kamarnya dan menatap hampa pada pemandangan disekitarnya. Pikirannya menerawang membawangkan seorang
namja yang kini selalu terbersit dalam pikirannya. Park Yoochun.
“Changmin-a...” kata Yunho lagi kepada namja yang ia panggil
Changmin itu
“Ne?”
“Saat seseorang yang kau kira sudah pergi kini kembali. Apa
yang akan kau lakukan?” tanya Yunho masih menatap hampa ruangannya
“Eh?” kata Changmin yang terkejut sekaligus mengerti siapa
yang kini tengah menjadi pembicaraan
Terdengar dengusan kecil dari arah belakang Yunho yang
adalah dengusan Changmin. Senyum kecil terlukis disudut bibirnya.
“Park Yoochun” kata Changmin kemudian
Terlihat Yunho sedikit menggidikkan bahunya kala itu.
sejenak ia berbalik ke arah Changmin dan menatap wajah dongsaengnya itu kaget.
terbersit beribu pertanyaan dikepalanya kala itu namun mulutnya seakan membeku
dan melarangnya untuk berkata kata
“Aku tau hyung” jawab Changmin menatap mata Yunho yang kini
tengah menatapnya tidak percaya
“Dia kembali” lanjutnya dengan senyum sinis yang kembali ia
perlihatkan
Seketika Yunho kembali terdiam dan pikirannya kembali
menerawang. Terbersit suatu peristiwa yang ia harap hanyalah sebuah wan hitam
yang akan pergi dengan sendirinya. Namun ternyata kini, angin kembali meniupkan
awan hitam itu menuju ingatannya. Suatu memori yang tidak akan pernah bisa ia
lupakan walau hanya sedetik ia melangkah
“Changmin-a..” kata Yunho menatap wajah dongsaengnya itu
“Ne, hyung?” jawab Changmin datar
“Kuharap kali ini, kau tidak akan melakukan hal itu lagi”
lanjutnya sambil mengalihkan tatapannya dari Changmin dan bernafas pelan
Seketika Changmin mengedipkan matanya cepat. Ia mengerti
arah pembicaraan ini. Sangat mengerti. Perlahan ia menundukkan kepalanya dan
membawanya kepada memori masalalu yang berusaha ia kubur. Sebuah sebuah senyum
kembali terlihat disudut Changmin saat ia mengingat setiap detik peristiwa itu.
“Terakhir kau melakukannya.. kau hampir membunuh yeoja yang
aku cintai..” ucap Yunho lagi kini enggan menatap Changmin
“Dan yang dia cintai bukan?” kata Changmin kemudian
DEG!! Terasa bersitan luka kembali tergores di dada Yunho.
Ia menyadari. Ia benar benar menyadari bahwa Park Yoochun juga mencintai Han
Shin Di. Ia juga menyadari bahwa Shin Di “hampir” menjadi milik Park Yoochun.
Bahkan ia menyadari, ia sangat menyadari
tidak ada namanya dihati Han Shin Di. Sedikitpun.
***
Pada umumnya apabila sesuatu yang telah lama hilang tiba
tiba hadir didepan mata akan disambut oleh tangis tawa bahagia. Namun tidak
didalam rumah ini. Yang ada hanya kesunyian. Bagai hanya debur ombak dan
kicauan burung yan menyambut kedatangannya.
“Jae Joong-a” panggil seorang yang bersuara husky itu mau
tak mau memaksa Jaejoong memandangnya
Jaejoong menghembuskan nafas yang berat perlahan sebelum ia
membalikan perlahan tubuhnya dan menatap namja itu. namja yang sejak tadi
berusaha dihindarinya, namun kini datang dan menyapanya
“Ne?” kata Jaejoong datar
“Apa kau sibuk?” tanya Yoochun hati hati
“Sangat sibuk. Aku permisi.” Jawab Jaejoong cepat lalu
kembali membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi
Yoochun hanya terdiam melihat tingkah aneh sahabatnya itu
hingga sebuah suara familiar memanggilnya
“Yoochun-a?” kata Shin Di memanggil Yoochun
Suara itu bukan hanya berhasil memanggil satu orang. Tapi
dua. Yah. Mendengar suara yeoja itu mau
tak mau membuat langkah Jaejoong terhenti. Dan kembali menatap kebelakang.
Terlihat kini Shin Di tengah berjalan menuju namja yang “dulu” dia anggap
sebagai sahabat itu. ada sedikit rasa cemburu yang mengaliri perasaannya.
“Shin Di-a? Kenapa kau disini?” tanya Yoochun yang kini
menatap yeoja yang tengah berusaha berjalan kearahnya
“Anniya, hanya rindu denganmu” jawab Shin Di sambil
tersenyum
Jaejoong hanya dapat diam terpaku melihat pemandangan
didepannya. Kata sedikit itu kini
berubah menjadi sangat. Kim Jaejoong kini merasa sangat cemburu pada Park
Yoochun. Mendapat senyum yeoja itu, dipanggil dengan ramah oleh yeoja itu.. itu
adalah sesuatu yang amat diinginkan oleh Jaejoong. Namun setiap kali ia berkata
kata. Ia hanya akan mendengar cacian dan hanya dapat melihat airmata di wajah
yeoja itu.
Sejenak Jaejoong mengubah delikan matanya kesegala arah
sambil berusaha menekan setiap kecemburuan dihatinya. Dadanya kini bergemuruh
menghantam ingin memberontak namun Jaejoong menyadari setiap kata dan rasa yang
ia rasakan kini hanya akan menabur titik air mata diwajah yeoja yang
dicintainya ini.
“Han Shin Di!!”
Jaejoong hendak menjauh dan meninggalkan mereka ketika ia
mendengar sebuah panggilan yang membuat cukup keras. Ia menatap namja paruh
baya yang kini tengah menuju ke arah nama yeoja tersebut.
“Ada apa ahjushi??” tanya Shin Di kebingungan
“Ada.. ada berita bagus..” Ucap pria paruh baya itu sambil
tersenyum puas
“Ah, berita apa ahjushi??” ucap Shin Di penasaran
“Ada.. ada yang akan mendonorkan matanya padamu!!” Teriak
Tuan Park penuh semangat
“Eh??” kata Shin Di, Jaejoong, dan Yoochun bersamaan
Senyum diwajah keempat orang itu tidak dapat ditutupi. Tidak
diwajah Tuan Park. Tidak diwajah Park Yoochun. Tidak diwajah Han Shin Di.
Terutama wajah namja bernama Kim Jaejoong.
DEG! Mendengar suara
yang terasa amat tidakasing baginya membuat jantung Shin Di kini berdegup
kencang dan sesaat memberikan benih benih harapan kepada Shin Di untuk kembali
bersama namja itu. namja yang dicintainya bahkan sudah sejak lama mengisi
hatinya
“Kau akan segera operasi” kata Tuan Park semangat
“Aku akan segera
dioperasi” batin Shin Di
“Kapan appa??” Tanya Yoochun pada appanya
“5 hari lagi. Paling cepat lusa.” Kata Tuan Park antusias
“Sebentar lagi aku
akan bisa melihat” batin Shin Di
“Benarkah?? Baguslah!!” teriak Yoochun senang sambil
mengusap pelan kepala Shin Di
Diantara krumunan bahagia itu hanya satu orang yang dapat
tersenyum dari kejauhan dan menatap mereka dengan tatapan penuh arti. Hanya
turut tersenyum tanpa ikut merayakannya. Pikirannya berputar membayangkan apa
yang akan terjadi nanti kala bila yeoja itu dapat melihatnya.
“Apa kau mau
melihatku??” batin Jaejoong
“Aku akan dapat
melihatmu..” batin Shin Di
“Apa kau mau
menyapaku??” batin Jaejoong
“Aku akan bisa
menyapamu..” batin Shin Di
“Apa kau masih akan
membenciku??”batin Jaejoong
“Aku akan
mengatakan maaf padamu..” batin Shin
Di
“Apa aku orang pertama
yang ingin kau lihat??”batin Jaejoong
“Kuharap kau orang
pertama yang kulihat, Kim Jaejoong” batin Shin Di
Disana. Kim Jaejoong, hanya berdiri sambil tetap tersenyum
menatap ke arah yeoja itu. menatap dengan beribu pertanyaan dan pengharapan
dikepalanya. Menatap dengan penuh keraguan dan kerinduan dimatanya. Menatap
dengan penuh kepuasan di binar matanya.
***
“Apa tidak ada pekerjaan lain selain mengikutiku?” teriak
Junsu keras kepada seorang yeoja dibelakangnya
“Tentu saja ada, aku ini orang yang sangat sibuk!” jawab
yeoja itu
“Lalu kenapa kau terus mengikutiku?” kata Junsu lagi semakin
meninggikan nada suaranya
“Aku sudah pernah bilang padamu! Aku menyukaimu, Kim Junsu!”
jawab yeoja itu tidak mau kalah
“Menyukaiku? Ini yang kau maksud menyukai? Mengikuti orang
itu kemana pun?” jawab Junsu kesal
“Iya! Ini caraku! Kenapa kau tidak suka?” kata yeoja itu
“Ya! Aku tidak suka! Sebaiknya enyah saja kau dari
pandanganku! Yeoja babo!” jawab Junsu sambil berbalik dan meninggalkan yeoja
itu
“Babo? Siapa yang kau bilang babo hah? Mencintai seseorang
yang sudah lama tiada, apa itu bukan tindakan yang konyol?” kata yeoja itu
datar dan berhasil membuat langkah Junsu terhenti
Junsu mendengus nafas kesal dan kembali menghadap ke yeoja
yang berhasil membuat seluruh emosinya meledak kala itu. tidak biasanya ia
seperti ini. Tidak setelah semua masalah seakan kembali menimpanya. Dan tidak
bila hal itu telah menyangkut Yoon Shi
“Ya! Jang Mi Ri !!” Pekik Junsu dengan nada yang cukup
tinggi dan tatapan penuh kemarahan
“Mwo? Kau mau marah padaku? Mau memukulku? Mau mencaci
makiku? Silahkan! Seakan itu tidak pernah terjadi sebelumnya! Tapi taukah kau
Kim Junsu? Kau sangat menyedihkan. Terjebak dalam cinta masalalu yang membuatmu
tidak dapat melihat ke masadepan. Tidak bisakah kau melihatku disini? Walau hanya
seujung kaki, apakah aku memang hanya akan tetap menjadi sebuah cahaya kilat
dimatamu?!” sanggah yeoja bernama Mi Ri itu tak kalah kesal
Hening. Itulah yang terasa kini. Kedua manusia itu kini
hanya saling terdiam sambil menatap mata pasangannya. Seakan mata mereka yang
berbicara, seakan mata mereka yang menyiratkan segala kesedihan, kekecewaan,
dan kepedihan selama ini.
“Kau tidak mengerti” kata Junsu kemudian memecah keheningan
“Ya! Aku memang tidak mengerti! Karena itulah, ajari aku
untuk mengerti! Ajari aku, untuk mengerti dirimu, Kim Junsu” kata Mi Ri yang
melemah pada bagian akhirnya
Junsu melepaskan pandangannya dari Mi Ri dan mengambil nafas
pelan. Kini pikirannya tengah bergolak dengan berbagai macam masalah yang baru
saja dialaminya dan membuatnya tidak dapat berfikir begitu jernih
“Maaf. Tapi aku rasa, kau menyukai orang yang salah.” Jawab
Junsu datar kemudian meninggalkan yeoja iu berdiri mematung
Yeoja bernama Mi Ri iu hanya memandang punggung tegap milik
Junsu yang perlahan mulai menghilang. Seketika punggung itu menghilang,
seketika itu pula keseimbangan tubuh Mi Ri ambruk. Pertahanan yang ia jaga
sedari tadi kini telah luluh lantah dan membuatnya air mata mengairi pipinya.
Ya, ia menangis, menangisi seorang namja. Namja bernama Kim Junsu.
“Unnie, ottokhe??” katanya disela tangisnya
“Aku benar benar mencintainya kini” lanjutnya
“Tapi sepertinya dia... tidak bisa melupakanmu..” katanya
lagi
TBC
1 komentar:
itu masih ada yang typo sama kata-katanya ada yang diketik dua kali. contoh: Sebuah sebuah senyum kembali terlihat disudut Changmin saat ia...
Tapi untuk ceritanya satu kata aja. DAEBAK :D
lanjutin chapter 8 yo..
Posting Komentar