Kamis, 14 Juni 2012

FF Straight "Something You Can't Deny" chapeter 9





Chapeter 9: The Reason
“Selama 4 tahun ini kau kemana saja, Park Yoochun?” sebuah kata yang terus terngiang dalam kepala namja ini
“Kemana?” katanya sambil mendengus pelan
Ia mengendarai mobilnya menuju ke sebuah gedung tingkat yang tampak sangat megah, namun tidak dengan apa yang ada didalamnya. Bau obat obatan begitu menusuk hidung sehingga membuat siapapun yang singgah didalamnya menyadari bahwa itu adalah sebuah rumah sakit
Yoochun turun dari mobinya dan menjajakan kakinya dengan mantap masuk ke dalam rumah sakit itu. langkahnya menuju kesebuah ruangan yang ada diujung koridor tersebut. jantungnya berdegup cukup kencang saat memegang kenop pintu tersebut dan perlahan memutarnya.
“Ah, Tuan??” kata namja berpakaian putih itu kaget melihat kedatangan Yoochun dalam ruangannya
“Kau pernah bilang bahwa mataku bagus bukan?” kata Yoochun pada seorang namja dihadapannya
“Eh?” jawab namja itu bingung
“Kalau begitu bisakah aku mendonorkan mataku?” kata Yoochun lagi
“Eh?” jawab namja berpakaian putih itu bingung sekaligus kaget
“Aku ingin mendonorkan mataku pada pasien yang bernama Han Shin Di” kata Yoochun sambil tersenyum
“Tapi Tuan Park, kami tidak bisa menerima donor dari orang yang masih hidup, lagipula kami masih harus mengadakan pengecekan apakah matamu cocok dengan mata han Shin Di” kata dokter itu memberikan penjelasan
“Kalau begitu tes aku” kata Yoochun tegas yang membuat dokter tersebut terdiam
“Periksa mataku, cek mataku, apapun asal mata ini bisa kuberikan padanya” lanjutnya
“Tapi Tuan Park...” kata dokter itu cemas
“Aku mohon” kata Yoochun sambil tersenyum
Dokter itu terdiam dan pikirannya bergolak dalam kepalanya. Ia bisa saja menolak permintaan Yoochun tapi entah dalam hatinya melihat senyum Yoochun yang terlihat tulus dan lemah ini membuat hatinya sedikit mencelos.
“Baiklah, hanya sekali pengecekan saja” kata dokter itu kemudian
Terlukis sebuah senyum puas diwajah Yoochun, perlahan ia melangkahkan kakinya mengikuti sang dokter menuju ke sebuah ruangan untuk memeriksa matanya. Dalam setiap langkahnya bergumul berbagai macam pemikiran dikepalanya. Pemikiran yang membuatnya akhirnya memutuskan untuk melakukan hal ini.
“Kenapa? Kenapa kau tidak menampakkan dirimu saja?” satu kata yang diucapkan Yunho itu kembali terpikir dalam kepalanya
“Jika aku dapat jujur padamu, Jung Yunho. Andai saja aku dapat jujur padamu. Aku ingin sekali menampakkan diriku saat itu. tapi tidak. Karena akan lebih baik, jika kalian menganggapku sudah mati. Setidaknya bila kalian sudah menganggapku mati saat itu sakit hati kalian tidak akan bertambah. Tidak seperti sekarang.” Batin Yoochun yang bergolak dengan segala pikirannya
Flash Back
“Kenapa bisa? Kenapa ini bisa terjadi?”batin Yoochun frustasi melihat pemandangan didepannya
Wajahnya yang kini tertutupi oleh masker dengan syal yang cukup tebal, berhasil membuat keberadaannya tidak diketahui oleh orang disekitarnya. Belum lagi terasanya amarah yang menyelumuti berada dalam ruangan ini terasa amat bergejolak.
“Pergi kau ke neraka dasar pembunuh laknat!!” teriak seorang namja paruh baya disisi lain ruangan itu
Seorang namja lain yang duduk disebuah meja yang terukir dengan indah lalu mengangkat sebuah palu dan lalu menghentakkannya ke meja yang ada didepannya. Ia menghentakkan palu itu berkali kali sambil menatap geram pada tingkah namja paruh baya itu
“Tuan Park!! Harap tenang! Apabila anda terus berkelakuan seperti itu maka dengan berat hati anda harus dikeluarkan dari persidangan!” kata namja itu dengan nada suara tinggi
“Aku harap aku bisa membunuhmu, Kim Jaejoong” kata namja paruh baya itu kemudian sambil menatap sisi lain ruang persidangan
“Bunuh saja aku pak tua” kata Jaejoong sinis acuh tak acuh
Mendengar perkataan itu keluar dari mulut Jaejoong sontak membuat amarah kembali bergolak dalam tubuhnya. Tuan Park kemudian berlari menuju kesisi lain tempat Jaejoong tengah berdiri. Ia menarik kerah baju Jaejoong dan lalu menghantamkan kepalan tangannya keras ke wajah namja tersebut yang hanya diterima dengan datar oleh namja itu. hal yang begitu tiba tiba itu sontak membuat para saksi yang hadir itu kaget dan berusaha mencegah Tuan Park melakukan hal yang lebih kepada Jaejoong. Kembali terdengar hentakkan palu yang dibuat oleh namja yang duduk dimeja paling atas tersebut
“Karena keributan hari ini, sidang saya tunda selama 2 hari” kata namja yang biasa disebut itu lalu kembali menghentakkan palunya
Para pengawal yang berada disisi Jaejoong kemudian menarik Jaejoong  kembali menuju ke jeruji besi tempat ia dikurung. Hari itu adalah sidang terusan yang membahas masalah kasus pembunuhan yang seharusya menjadi sidang final dalam kasus yang memuat korban tewas Park Yoochun dan korban luka Han Shin Di dan dengan tersangka Kim Jaejoong.
Yoochun yang mulai merasa semua hal hari itu tidak masuk diakal hanya dapat terdiam sambil terduduk dalam sebuah kursi taman ditempat yang jauh dari kantor persidangan itu. pikirannya berputar mengitari kepalanya kembali membuat denyutan kecil dipelipis kepalanya. Terasa sedikit goresan luka setiap kali kilasan memori dalam ruangan persidang terkenang olehnya.
“Apa mungkin Jaejoong yang melakukan semua ini?” kata Yoochun sambil mendesah berat
Kembali berputar saat saat sebelum pernikahan Shin Di dan dirinya terjadi. Saat Jaejoong memukul wajahnya lalu memeluknya. Terkilas juga senyuman Jaejoong yang begitu lemah saat meninggalkan aku dan Shin Di berdua malam itu. semua masih jelas. Sangat jelas baginya.
“Demi Tuhan Kim Jae Joong apa benar kau pelakunya??” pekik namja itu yang sontak membuat sekerumunan orang disekitarnya menatapnya namun diacuhkannya
Kembali Yoochun bergumul dengan pikirannya kilasan suasana tegang ruangan persidangan dan kemarahan ayahnya membuat pedih dihatinya semakin bertambah. Belum lagi bukti dan saksi yang memperlihatkan bahwa Jaejoong adalah pelakunya
“Demi Tuhan Kim Jae Joong, apa kau setega itu?” ucapnya lirih
Ia ingat betul saat itu ada saksi yang mengatakan ia melihat Kim Jaejoong keluar dari sebuah mobil yang tadinya hendak menabrak mobilnya dan lalu mengubah arah haluannya. Dan ada beberapa bukti kuat yang menunjukkan bahwa Jaejoong adalah pelakunya. Terutama sebuah tang yang bersidik jarikan sidik jari Jaejoong yang terdapat dalam mobil Jae Joong kala itu. Sebuah tang yang dicuragai menjadi alat pemutus rem mobilnya sehingga kala itu mobilnya tidak bisa dikendalikan.
“Kim Jae Joong” kata Yoochun sambil mengeluarkan desahan yang berat
Matanya kini hanya dapat menatap hampa hamparan dihadapannya. Sementara pikirannya masih bergumul dalam kepalanya dan kembali membuat denyutan kecil dipelipis kepalanya. ketika Yoochun hendak untuk bangkit berdiri dari kursinya tiba tiba ia merasakan sedikit ngilu pada bagian dadanya. Ngilu yang benar benar terasa. Ngilu yang benar benar nyata. Tangannya memegang dadanya perih dan memaksakan dirinya untuk dapat bangkit berdiri. Namun dalam setiap gerakan tulangnya ia merasakan ngilu yang amat hebat dalam dadanya. Terasa oksigen disekitarnyapun enggan untuk dihirupnya. Yang dirasakannya kini hanyalah ngilu. Ngilu yang berhasil membuatnya kehilangan kesadarannya.
***
“Tuan Park” kata seorang namja paruh baya yang berpakaian putih tersebut pada Yoochun
“Ke-kenapa dokter?” kata Yoochun gugup mendengar perkataan dokter tersebut yang terlihat sangat serius
“Apa kau sering merasakan gejala sakit itu?” tanya dokter itu serius masih sambil melihat pada secarik kertas ditangannya
“Se-sejak 2 hari yang lalu dok, kenapa?” tanya Yoochun penasaran
“Apakah anda suka merasakan sakit saat anda bernafas?” tanya dokter itu lagi
“I-iya” jawab Yoochun. Sejenak ia merasakan ketakutan mengitari tubuhnya kala dokter itu terus menanyakan berbagai macam pertanyaan padanya. Ia merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya
“Sebelumnya, apa anda pernah mengalami kecelakaan Tuan Park?” tanya dokter itu lagi
“Eh?” sebuah kata terlontar dari mulut Yoochun secara tidak sadar
“Apa anda sebelumnya pernah mengalami benturan hebat disekitar dada atau.. bagaimana?” tanya dokter itu memperjelas pertanyaannya
“Ah, aku memang baru saja mengalami kecelakaan sekitar 3 minggu yang lalu dan yah, saat kecelakaan itu ada sebuah besi yang menghantam keras kedadaku” jawab Yoochun mulai menyadari inti pertanyaan ini.
“Aku mengerti” kata dokter itu sambil menatap secarik kertas ditangannya
“Ada apa dok? Ada apa dengan dadaku?” tanya Yoochun kemudian tidak sabaran
“Tuan Park” kata Yoochun itu menatap Yoochun tegas
Yoochun hanya terdiam ketika menatap tatapan dari dokter tersebut. terasa hawa ketegangan yang kini menyelimuti ruangan yang berisikan mereka berdua. Tatapan Yoochun tidak lepas dari dokter tersebut sementara pandangan dokter sedikit beralih ke kertas yang digenggamnya.
“Tuan Park” kata dokter itu lagi
“Sepertinya ada sedikit luka diparu paru anda yang menyebabkan infeksi berkepanjangan hingga membuat rasa sakit didada anda lebih terasa menyakitkan belakangan ini” lanjutnya
“Apa?” kata Yoochun dengan mata yang melebar  pada dokter dihadapannya
“Ada infeksi pada paru parumu akibat luka bekas kecelakaan itu , Tuan Park” jelas dokter itu
Seketika dunia seakan jatuh disekitar Yoochun saat ini. Runtuh dan hancur berkeping keping disekitarnya. Seakan masalah berhasil menggerogoti dunianya dan membuatnya tertinggal sendirian. Aliran darahnya berdesir hebat dan degup jantungnya tidak beraturan. Denyut denyut dikepalanya kini terasa semakin kuat dan membuat kepalanya terasa berputar. Beruntung kini Yoochun tengah terduduk dalam sebuah kursi yang dapat menopang tubuhnya. Jika tidak, pasti Yoochun telah ambruk saat itu juga.
“A-apa bisa disembuhkan?” kata Yoochun kemudian berharap masih ada setitik harapan hidup baginya
“Tidak bisa, maaf” kata dokter itu kemudian sambil menundukkan kepalanya
Sekilas sebuah senyum kecil terukir diwajah Yoochun. Senyum yang terlihat amat menyakitkan bagi siapapun yang melihatnya. Senyum yang penuh dengan kesakitan dan keputus asaan. Terdengar hembusan nafas Yoochun yang kini terasa tidak beraturan disertai dengan genangan air mata yang kini terlihat menghiasi pelupuk mata Yoochun
“Berapa lama?” kata Yoochun kemudian
“Maaf?” tanya dokter itu bingung
“Berapa lama lagi aku hidup?” kata Yoochun memperjelas pertanyaannya
“Ah, soal itu... saya hanya dapat memprediksikan 5 atau 6 bulan saja” jawab dokter itu
Desahan singkat keluar dari mulut Yoochun yang membuatnya menundukkan kepalanya terasa butiran air mata kini terjatuh menuruni pipinya dan jatuh bebas menuju pahanya. Terpasang kembali sebuah senyum keputus asaan yang membuat siapapun enggan menatap senyum itu
“Secepat itu kah aku hidup?” ucapnya miris sambil membiarkan laju air matanya tetap berjalan
“Maafkan aku Tuan Park Yoochun” kata dokter itu tak tega melihat keadaan Yoochun
Pecah. Seketika tangis Yoochun pecah kala itu juga. Terasa butiran butiran air itu enggan berhenti menyeruak keluar dari matanya. Isakan pelan terdengar pada setiap sisi dan ujung ruangan. Saat itu, saat dimana Park Yoochun menangis kedua kalinya. Kedua kalinya selain saat kematian ibunya.
***
Yoochun melangkah dengan gontai menuju kesebuah gedung persidangan saat itu. terlihat kerumunan orang yang tengah lalu lalang meninggalkan aula gedung itu menandakan sidang didalmnya telah berakhir.
“Aku terlambat” kata Yoochun lemah sambil menatap nanar pada gedung didepannya dan hendak melangkahkan kakinya pergi
“Kau puas sekarang??!” terdengar pekikan frustasi seseorang yang tidak jauh dari tempatnya berdiri
Yoochun yang tidak dapat menahan rasa penasarannya pun menuju ke asal suara tersebut. dengan tersembunyi ia menutupi tubuhnya disela sela semak pada tempat itu sambil membuka celah pada bagian matanya. Terlihat sesosok namja yang terasa amat familiar dimatanya
“Jung Yunho?” batin Yoochun
Terlihat Jung Yunho yang kini tengah bernafas secara tidak beraturan sambil menatap tajam namja lain dihadapannya yang kini membelakangi Yoochun. Kepalan ditangan Jung Yunho kini tengah bersiap untuk meninju wajah namja dihadapannya namun tidak, kepalan itu hanya bergetar sambil menahan amarah dalam tubuh Yunho
“Ya, aku sangat puas” kata namja yang kini ada dihadapan Yunho
“Itukah caramu? Itukah caramu membuat dia menderita?!” kata Yunho dengan nada yang tinggi sambil menatap tajam namja dihadapannya
“Tidak, dia tidak menderita, bahkan ia sudah mati kini” lanjut Yunho meralat ucapannya
“Yah, kini dia sudah tertidur bersama cacing cacing didalam tanah itu” ucap namja didepan Yunho tersebut yang berhasil membuat amarah Yunho naik seketika
“Ya! Shim Changmin!” Pekik Yunho keras
“Mianhae hyung” kata namja lain yang ia panggil bernama Changmin itu
“Shim Changmin??”  batin Yoochun
Terlihat pergerakan dada Yunho yang naik turun mengikuti setiap alur nafasnya. Terlukis kemarahan yang amat sangat di wajah namja berkulit tan tersebut namun perlahan goresan wajah itu berubah menjadi goresan wajah penuh luka dan penyesalan. Terlihat titik titik luka dalam setiap goresan wajahnya.
“Maafmu tidak akan mengembalikan mereka padaku, Shim Changmin” kata Yunho menatap hampa dataran dibawahnya
“Hyung...” kata namja lain itu berusaha mendekati Yunho
“Soal tang itu..” kata Yunho menggantung dibagian akhir
“Aku tidak akan berkata kepada siapapun” lanjutnya
“Aku tidak akan mengatakan bahwa kaulah yang memutus kabel rem itu, Changmin-a” jelas Yunho
Seketika mata Yoochun terbelalak lebar menandakan kekagetannya. Kembali perkataan Yunho berhasil membuat pikiran Yoochun seketika bergumul dalam kepalanya membuat denyutan kecil dipelipis kepalanya. Jantung Yoochun pun tak kalah berdegup kencang kala itu. segala beban pikirannya kembali membuatnya jatuh dalam lubang kenyataan yang membuat ia harus menghadapi satu hal.
“Jadi, bukan Jaejoong??” batin Yoochun
“Gomawo hyung” kata namja bernama Changmin itu pada Yunho
“Jadi bukan Jaejoong yang ingin mencoba membunuhku??” batin Yoochun
“Aku benar benar membencimu” kata Yunho menatap namja didepannya
 “Tapi namja ini???” batinnya lagi masih bergumul dengan pikirannya
 “Shim Changmin” kata Yunho kemudian
***
“Operasi ini mungkin hanya dapat memperpanjang umurmu 3-4 tahun saja , Tuan Park” kata namja yang berpakaian putih tersebut
“3-4 tahun pun cukup, setidaknya aku hidup lebih lama bukan?” kata Yoochun dengan senyum penuh keyakinan di bibirnya
“Tapi apabila kau mengalami kecelakaan sekecil apapun itu dapat memberikan dampak yang buruk pada paru paru anda” kata namja itu khawatir
“Tenang saja, aku orang yang berhati hati” kata Yoochun masih dengan penuh keyakinan
“Baiklah, kita akan menjalankan operasi bulan depan dengan masa penyembuhan satu tahun, apa anda siap?” kata namja paruh baya itu menguji keyakinan Yoochun
“Tentu..” kata Yoochun menatap namja dihadapannya
“Aku siap” lanjutnya
Flash Back End
“Aku tidak menampakkan diriku bukan karena aku tidak ingin. Justru aku sangat ingin bertemu dan memeluk kalian erat. Tapi aku sadar jika aku kembali saat itu dan meninggalkan kalian dengan cepatnya karena penyakitku, kalian pasti akan lebih terpuruk. Lagipula semuanya akan sangat berbeda bila aku kembali” batin Yoochun
Pikirannya kembali bergumul dalam pemeriksaan kala itu. terputar ulang setiap gerak gerik dan perkataan yang terasa janggal yang terjadi setelah ia kembali menghadapkan dirinya dikeluarga itu. Jaejoong yang menjauh, Yunho yang semakin dingin kepadanya, appa nya yang kadang enggan berbicara dengannya, dan Shin Di yang... terlihat hampa bersamanya.
“Kini terbukti bukan??”
“Semuanya terasa berbeda”
“Sangat berbeda”
***
Junsu kini tengah melangkahkan kakinya dengan gegabah. Setiap kilasan dan perasaan pada memori malam itu berhasil membuat hatinya tidak tenang beberapa waktu ini. Jantungnya jadi lebih sering berdebar dan kata katanya sering tercekat setiap kali ia berhadapan dengan yeoja bernama Jang Mi Ri tersebut. junsu terus melangkah tanpa memperhatikan kesibukan lain disekelilingnya. Kepalanya masih berkutat dengan pikiran pikirannya.
“Junsu ssi?” kata seorang yeoja yang baru saja dilewatinya
DEG!! Badan Junsu kini bergetar hebat dan degupan jantungnya berubah menjadi saat cepat ketika ia mendengar suara yeoja yang amat familiar dikepalanya bahkan sejak tadi ia pikirkan. Perlahan langkahnya berhenti dan membalikkan badannya menghadap ke arah yeoja tersebut
“Junsu ssi? Apa kau baik baik saja?” kata yeoja tersebut perhatian
“Eh? Ne, tentu saja aku baik baik saja” kata Junsu sedikit gugup kala yeoja itu terus menatapnya
“Apa yang kau pikirkan Kim Junsu!!” umpat Junsu dalam hati
Sesaat pandangan mata Junsu kembali bertemu dengan mata Mi Ri ada setitik rasa cemas didalamnya ketika Junsu melihatnya. Seketika Junsu mengalahkan pandangan matanya ketika ia mulai menyadari wajahnya kini terasa memanas. Perlahan matanya mengarah ke arah bibir Mi Ri. Disudut bibir Mi Ri masih terdapat bekas luka akibat perbuatannya kala itu. kembali dada Junsu berdegup kencang setiap saat itu berputar bagai angin ribut dikepalanya.
“Benarkah? Wajahmu merah. Apa kau demam?” kata Mi Ri menaikan tangannya dan bersiap memegang kening Junsu
“Eh? Anniyo, aku tidak demam” kata Junsu sedikit kaget dan memundurkan tubuhnya
“Kau masih tidak suka aku perhatikan? Baiklah, aku mengerti” kata Mi Ri kemudian menatap Junsu dengan pandangan kecewa
“Tidak, jangan menatapku dengan tatapan seperti itu”  batin Junsu
“Ah, arra aku pergi” kata yeoja itu lalu membalikkan tubuhnya bersiap pergi
“Jangan, jangan pergi” batin Junsu yang kemudian disuarakannya
Seketika untaian kata Junsu berhasil membuat langkah Mi Ri terhenti. Matanya terbelalak dan menatap tidak percaya. Ia menolehkan kepalanya dan menatap Junsu yang kini tengah menatapnya tegas. Perlahan Mi Ri merasakan tubuhnya ditarik oleh sepasang tangan yang kini tengah melingkari tubuhnya.
“Ju..Jun.. Junsu ssi” kata Mi Ri kaget atas perlakuan Junsu
“Kubilang jangan pergi” kata Junsu kemudian memeluk yeoja itu erat
Mi Ri hanya terdiam sambil menerima pelukkan Junsu yang kini terasa semakin hangat. Seukir senyum tampak di air wajah yeoja itu menandakkan ia merasa senang dengan perlakuan namja yang kini tengah memeluknya.
“Jangan pergi, Noel Yoon Shi” batin Junsu sambil memeluk Mi Ri
***
Yoochun kini tengah terduduk dalam ruangan yang perama kali ia datangi sambil memandang gelisah ke arah namja dihadapanya.
“Bagaimana?” kata Yoochun penasaran
“75% persen matamu cocok dengan mata milik Han Shin Di” kata namja lain yang memegang sepucuk surat ditangannya
“Benarkah? Kalau begitu.. aku dapat mendonorkannya bukan?” kata Yoochun ragu namun berusaha meyakinkan dirinya
“Tapi, kami tidak menerima donor dari orang yang masih hidup, Tuan” kata namja lain yang berpakaian serba putih itu
“Tenang saja, tidak lama lagipun.. aku akan pergi..” katanya dengan raut wajah penuh kesedihan namun ditutpi dengan senyum tipis diwajahnya
“Eh? Maksud anda?” kata dokter tersebut
“Tidak, bukan apa-apa.. sebaiknya saya undur diri dulu dokter” katanya sambil membungkukkan badannya kemudian beranjak pergi
Yoochun pun menutup pintu ruang kerja dokter itu dan membalikkan tubuhnya sambil menatap hampa lantai yang ada dibawahnya. Desahan nafas keluar dengan beratnya dan kemudian ia kembali bergumul dengan pikirannya
“Apakah ini yang terbaik?” batinnya
Perlahan ia menegadahkan kepalanya dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa inilah yang ia inginkan. Kembali ia menarik sebuah nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan. Tergambar sebuah senyuman seorang yeoja dipikirannya dan kemudian membangkitkan semangatnya
“Ya, ini yang terbaik” katanya sambil menyiratkan sebuah senyum dan kemudian meninggalkan ruangan itu dan kemudian melangkahkan kakinya ke sudut lain rumah sakit itu
Yoochun melangkahkan kakinya ke arah meja panjang yang berisikan yeoja yang berpakaian serba putih itu. namun seketika langkahnya terhenti kala menangkap sesosok wajah yang tidak asing baginya menuju ke arah yang sama seperti yang ditujunya. Yoochuhn mengamati gerik namja itu yang terlihat sedikit gugup namun terlihat yakin kala itu. namja itu kemudian pergi sambil membawa beberapa kertas ditangannya.
“Sedang apa kau Jung Yunho?” kata Yoochun saat berhadapan dengan namja yang kini ada di hadapannya
“P-Park Yoochun??” kata Yunho gugup menatap Yoochun dihadapannya
Yoochun menatap ke arah kertas yang kini digenggam Yunho dengan sinis dan penasaran.
“Apa itu?” kata Yoochun penasaran
“Bukan urusanmu” jawab Yunho datar
Yoochun kemudian mengambil kertas itu dengan tidak sabaran dan membacanya. Benar dugaannya, Yunho juga mempunyai rencana yang sama dengannya. Sementara Yunho hanya menatap kaget namja dihadapannya dan memandangnya tidak percaya. Yunho yang mulai merasakan amarah dalam tubuhnya kemudian mengambil kembali kertas yang kini tengah dipegang oleh Yoochun
“Apa apaan kau ini?!” teriak Yunho membuat setiap orang didalam rumah sakit itu melihat ke arah mereka
Melihat pandangan orang disekitarnya, Yoochun kemudian menggandeng tangan Yunho paksa dan membawanya ke tempat parkir.  Yunho yang merasa terganggu dengan kelakuan Yoochun kemudian melepaskan tangan Yoochun secara kasar.
“Yah! Apa apaan kau, Park Yoochun!!?” kata Yunho menaikan nada suaranya
“Yah! Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu Jung Yunho!” kata Yoochun tak kalah nyaring sambil mengambil paksa kertas yang ada di tangan Yunho
“Kenapa?!! Kenapa kau mau melakukan ini??” lanjutnya sambil menunjukkan kertas tersebut ke wajah Yunho
“Sudah kubilang bahwa itu bukan urusanmu!” teriak Yunho sambil berusa mengambil kertas tersebut dari tangan Yoochun namun Yoochun tidak mengijinkannya
“Tentu saja ini urusanku karena kau sahabatku!!” kata Yoochun yang juga terbawa emosi
“Sahabat? Sahabat apa yang akan menikahi yeoja yang dicintai sahabatnya??” pekik Yunho
“Itu bukan mauku” tepis Yoochun
“Tapi kau mencintainya juga iya kan??” kata Yunho geram
“Ya, aku memang mencintainya. Sangat sangat mencintainya!!” kata Yoochun kemudian
“Tapi aku...” kata Yoochun sedikit melemah
“Jika bukan karena kau, Shin Di pasti sudah melihat sekarang” kata Yunho dingin
Seketika pandangan Yoochun berubah menjadi pandangan kebingungan dan kaget. ia memandang Yunho dalam mencari setitik celah untuk mengerti arti dari kata kata Yunho. Tapi dia tidak berhasil menemukan apapun.
“Apa maksudmu?” tanyanya kemudian
“Lupakan saja” kata Yunho mengalihkan pembicaraan sambil menuju ke arah Yoochun dan mencoba mengambil  kertasnya
Yoochun sedikit memundurkan tubuhnya dan menahan tubuh Yunho dengan tangan kirinya. Dan menatap Yunho dengan penasaran
“Tidak” kata yoochun masih menatap Yunho “Jelaskan padaku” lanjutnya
“Aku bilang lupakan saja” kata Yunho kembali melangkahkan kakinya namun ditahan oleh Yoochun
“Jung Yunho, kau berhutang penjelasan kepadaku” kata Yoochun menatap Yunho tajam yang kemudian hanya dibalas desahan nafas berat dari namja itu
***
“Kim Jaejoong” panggil namja paruh baya yang kini ada disampingnya
“Eh? Ahjussi?” kata Jaejoong kaget saat melirik ke arah suara yang memanggilnya
“Mungkin seharusnya aku mengatakan ini sejak lama” kata Tuan Park pada Jaejoong
Jaejoong hanya menatap wajah namja tua dihadapannya dengan tatapan mata yang penuh dengan kebingungan. Bila ia mengingat masa lalu, masa terkelam dalam hidupnya, ia dapat melihat segala amarah dan kebencian ditatapan mata namja ini, namun kini yang ia lihat hanyalah sebuah tatapan .... penyesalan. Yah, penyesalan.
“Maafkan aku” kata Tuan Park berhasil membuat kaget Jaejoong
“E-eh? Ahjussi?” kata Jaejoong kaget
“Maafkan aku, Jaejoong-a” kata Tuan Park lagi sambil emnundukkan kepalanya
“Dulu, aku sangat membencimu, hingga aku berniat untuk membunuhmu” kata Tuan Park berusaha menjelaskan pernyataannya
“A..” kata Jaejoong yang terputus kemudian
“Tapi sekarang aku tau bahwa kau tidak bersalah” katanya kemudian sedikit menegadahkan kepalanya dan menatap Jaejoong tepat dimatanya
“Kau juga dulu, pasti sangat membenciku bukan??” lanjut Tuan Park
“Aku tidak benci” jawab Jaejoong cepat yang membuat Tuan Park membelalakkan matanya
“Saat itu, aku tidak membencimu atau membenci kalian semua” kata Jaejoong sambil sedikit memalingkan matanya dari Tuan Park
“Aku hanya kesal” kata Jaejoong mengerucutkan bibirnya dan menatap pemandangan dihadapannya
“Aku kesal, karena tidak ada yang bisa percaya padaku dan aku percayai” kata Jaejoong lagi
“Aku kesal, karena aku harus sendirian” tuntasnya sambil kembali menatap Tuan Park dan tersenyum kearahnya
Tuan Park hanya dapat menatap Jaejoong dengan raut penuh penyesalan dalam setiap ukiran wajahnya. Rasa bersalah itu kembali menghantui dirinya. Ia merasa amat bersalah karena sudah menjatuhkan hukuman kepada orang yang salah. Kini ia semakin yakin dengan perkataan yang pernah diucapkan oleh Yoochun.
“Kau benar, Chun-a” batin Tuan Park
“Dia memang namja yang baik” batin Tuan Park sambil tersenyum ke arah Jaejoong
“Terima kasih” kata Tuan Park kemudian
***
Yoochun mengendarai mobilnya dengan pikiran yang kacau. Ia memegangi pelipis kepalanya yang kini terasa berdenyut cukup keras sehingga membuat kepalanya berputar. Segala kata demi kata yang diucapkan Yunho tadi seakan berkumpul dan membentuk awan kelam dalam kepalanya yang terus menerus menurunkan hujaman hujaman kesakitan pada kepalanya. Yoochun mengambil nafas panjang dan berat lalu mengeluarkannya perlahan serasa setiap nafas yang ia hirup kini lebih berharga dari sebelumnya.
Sejenak ia melirik ke arah kertas yang kini tengah tertata dikursi sampingnya. Kembali Yoochun menghirup nafas berat dan mengeluarkannya perlahan. Rasa bersalah kembali berhasil menggerogoti setiap inchi kehidupan dalam tubuhnya. Ia meraih ponselnya dan lalu menekan kesebuah nomor yang sudah sejak lama ingin ia hubungi
“Yoboseyo?” kata seorang namja diseberangnya
“Jaejoong-a” kata Yoochun sambil tersenyum menjawab panggilan dari seberang
“Yoochun-a?” kata Jaejoong kemudian
Sebuah senyum tipis terlihat kala Jaejoong kembali menyebutnya dengan panggilan yang biasa ia dengar. Betapa Yoochun amat merindukkan suara itu kembali memanggilnya seperti itu. seperti dulu. Saat semuanya masih baik baik saja.
“Aku punya berita bagus” kata Yoochun kemudian
“Benarkah? Apa itu?” kata Jaejoong penasaran
“Tentang donor mata. Aku sudah menemukan donor baru untuknya” kata Yoochun kemudian
“Benarkah??” kata Jaejoong terdengar bersemangat
“Ne” kata Yoochun sambil menganggukkan sedikit kepalanya walau oa tahu Jaejoong tidak akan melihatnya
“Baiklah, aku akan memberitahu Shin Di ka..” kata Jaejoong sedikit terpotong oleh kata kata Yoochun
“Tidak usah” kata Yoochun memotong kata kata Jaejoong
“Biar aku saja.. yang memberitahunya” kata Yoochun kemudian sambil menutup ponsel ditangannya
Kembali pikirannya bergolak didalam kepalanya dan membuat denyutan dikepalanya kembali terasa.
“Mungkin memang sudah seharusnya, aku tidak ada dalam jalan cerita ini lagi” batin Yoochun
TBC

Tidak ada komentar: